Anda di halaman 1dari 6

Analisa Resiko Gempa di Pengeboran Minyak Tiaka Field (Helmy D)

69

Analisa Resiko Gempa


Kasus : Proyek Pengeboran Minyak Di Tiaka Field
Helmy Darjanto, Ir, MT
ABSTRAK
Tiaka field terletak di zona gempa subduksi Sulawesi Utara maupun
sesar-sesar dangkal Palu-Koro yang memiliki aktifitas seismik yang
cukup tinggi. Dari record data gempa tahun 1970 2000 zona
tersebut di atas terhadap lokasi Tiaka didapat magnitude rata-rata,
kedalaman rata-rata dan radius rata-rata masing-masing sebesar 6.1,
55 km dan 298 km. Di Tiaka Field ini akan dibangun areal reklamasi
untuk pengeboran minyak. Oleh karena area tersebut termasuk zona
gempa tinggi maka diperlukan analisa resiko gempa. Hasil dari anlisa
tersebut menyatakan bahwa perlu diperhatikan keberadaan struktur
pengeboran terhadap percepatan gempa yang terjadi.
Kata kunci: zona gempa tinggi, resiko gempa.

PENDAHULUAN
Tiaka field terletak di zona gempa subduksi Sulawesi Utara maupun sesarsesar dangkal Palu-Koro yang memiliki aktifitas seismik yang cukup tinggi.
Dari record data gempa tahun 1970 2000 zona tersebut di atas terhadap
lokasi Tiaka didapat magnitude rata-rata, kedalaman rata-rata dan radius
rata-rata masing-masing sebesar 6.1, 55 km dan 298 km. Gambar 1
memperlihatkan data gempa dan lokasi Tiaka.

Gambar 1. Data Gempa Lokasi Tiaka


Di lokasi Tiaka tersebut akan dibangun area reklamasi untuk pengeboran
minyak. Oleh karenanya diperlukan anlisa resiko gempa.
Resiko Gempa. Peristiwa gempa merupakan suatu peristiwa acak yang
tidak dapat diramalkan secara tepat baik waktu, besar dan lokasinya.
Analisa kegempaan hanya dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa
probabilitas terjadinya gempa di suatu daerah dengan intensitas tertentu
selama periode ulang tertentu. Probabilitas ini mencerminkan terjadinya
resiko gempa. Resiko gempa (R N) adalah kemungkinan terjadinya suatu
gempa dengan intensitas (percepatan, kecepatan, lamanya goncangan)
serta perioda ulang rata-rata tertentu, selama suatu masa guna (lifetime)
bangunan. Dalam analisis resiko gempa dikenal pula resiko tahunan

70

NEUTRON, Vol.5, No. 1, Februari 2005

(RA).Perioda ulang rata-rata (T) dari


perbandingan terbalik dari resiko tahunan.
T

1
RA

suatu

intensitas

merupakan

(1)

Resiko yang akan dicari untuk suatu jangka waktu yang pasti biasanya
dihubungkan dengan umur bangunan yang ditinjau. Dengan asumsi bahwa
resiko-resiko dalam tahun-tahun yang berurutan tidak saling bergantungan,
maka hubungan antara resiko per tahun (R A) dan resiko dalam jangka waktu
N tahun (RN) dapat dinyatakan sebagai berikut :
(2)
RN 1 (1 R A )N
Berdasarkan besarnya waktu perioda ulang rata-rata ataupun resiko
tahunan, Federation Internationale de la Precontrainte (FIP, 1977) telah
membuat klasifikasi tingkatan beban gempa kedalam tiga kategori, yaitu :
1. Sedang, dengan waktu ulang rata-rata 10 - 20 tahun.
2. Kuat, dengan waktu ulang rata-rata 50 - 100 tahun.
3. Sangat kuat, dengan waktu ulang rata-rata 100 - 500 tahun.
Analisis Resiko Gempa Model Gumbel. Model Gumbel (point source)
adalah teorema probabilitas total yang berkaitan dengan nilai ekstrim.
Model tersebut merupakan model statistik jenis I atau lebih dikenal dengan
Distribusi Gumbel. Dengan distribusi tersebut, akan ditentukan peak ground
acceleration (PGA) Tiaka field untuk berbagai periode ulang. Pengaruh dari
setiap kejadian gempa pada titik yang ditinjau ditentukan dalam bentuk
percepatan dengan menggunakan fungsi-fungsi atenuasi, dengan asumsi
bahwa masing-masing kejadian gempa adalah independen terhadap titik
tersebut.
Distribusi gempa menurut Gumbel :
.e M

;M 0
(3)
G(M) e
dimana :

= jumlah gempa rata-rata per tahun,

= parameter yang menyatakan hu-bungan antara distribusi gempa dengan magnitude,


M
= momen magnitude gempa.

Fungsi Atenuasi. Analisis resiko gempa memerlukan nilai percepatan


tanah akibat gempa. Pada analisis resiko gempa apabila lokasi yang ditinjau
tidak mempunyai data rekaman gempa, maka untuk memperkirakan
besarnya percepatan maksimum tanah digunakan fungsi atenuasi. Yang
dimaksud
dengan
fungsi
atenuasi
adalah
suatu
fungsi
yang
menggambarkan korelasi antara intensitas gerakan tanah setempat (i) dan
magnitude (M) serta jarak (R) dari suatu sumber titik dalam daerah sumber.
Fungsi atenuasi merupakan alat yang penting dalam implementasi resiko
kegempaan dalam perencanaan bangunan tahan gempa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi atenuasi adalah sebagai berikut :
1. Mekanisme Gempa. Gempa-gempa besar biasanya terjadi karena
pergeseran tiba-tiba lempeng tektonik yang mengakibatkan terlepasnya
enerji yang sangat besar. Pergeseran lempeng tektonik ini bisa terjadi
pada daerah subduction, ataupun pada patahan yang tampak di
permukaan bumi. Gempa yang terjadi pada daerah subduction biasanya
merupakan gempa dalam yang mempunyai kandungan frekwensi yang
berbeda dengan gempa dangkal. Oleh karena itu sebagaimana yang
diusulkan oleh Idriss (1991), rumus-rumus atenuasi untuk gempa
subduction harus dipisahkan dari gempa strike slip.

Analisa Resiko Gempa di Pengeboran Minyak Tiaka Field (Helmy D)

71

2. Jarak Episenter. Respon spektrum dari gempa yang tercatat pada


batuan mempunyai bentuk yang berbeda tergantung jarak episenternya
(near, mid dan far field). Jitno et. Al (1995) menyajikan hasil analisis
gempa Loma Prieta, yang dilakukan Mohraz (1992), yang
memperlihatkan adanya pengaruh jarak episenter terhadap bentuk
respon spektra.
3. Kondisi Tanah Lokal. Juga mempunyai peran yang sangat penting
dalam menentukan respon suatu daerah terhadap gelombang gempa.
Respon gempa yang tiba di batuan dasar bisa diperkuat, diperlemah
atau berubah kandungan frekwensinya karena tersaringnya getaran
berfrekwensi tinggi.
Ada beberapa fungsi atenuasi yang telah dikembangkan, diantaranya
fungsi atenuasi Joyner & Boore (1981, 1988), Crouse (1991), Fukushima &
Tanaka (1992), Sadigh (1997), dan lain-lain. Fungsi-fungsi atenuasi
tersebut diturunkan berdasarkan data pengamatan kegempaan dimasa
lalu dengan memakai metoda penyesuaian kuadrat terkecil terhadap data
pengamatan tersebar.
Joyner & Boore (1988). Fungsi atenuasi yang diperoleh oleh Joyner &
Boore adalah fungsi atenuasi untuk percepatan horizontal maksimum,
kecepatan horizontal maksimum. Fungsi ini menggunakan data dari North
America dan pertama kali dipublikasikan pada tahun 1981. Khusus untuk
percepatan horizontal maksimum, persamaan yang diusulkan oleh Joyner &
Boore adalah :
a 10 0.43 0.23 MW 6 log r 0.0027.r (4)
(5)
r r0 2 82
dimana :
a
= percepatan (g),
MW
= momen magnitude,
r0
= jarak terdekat dari lokasi ke pro-yeksi vertikal dari gempa akibat aktifitas patahan
pada permuka-an tanah (km)
Crouse (1991). Fungsi atenuasi yang diturunkan oleh Crouse berdasarkan
data gempa dengan mekanisme subduction yang diambil dari zona
subduction Cascadia Pasifik Utara bagian barat dengan karakteristik
percepatan arah horizontal dan damping 5 %. Persamaan yang diperoleh
dari analisis data tersebut adalah :
a e

(11.5 0.657.M 2.09. ln R 63.7.e 0.128.M 0.00397


.h

(6)

dimana :
a
= percepatan (g),
M
= magnitude gempa,
R
= jarak terdekat dari lokasi ke sum-ber gempa (km),
H
= kedalaman fokus (km).

Fukushima & Tanaka (1992). Fungsi atenuasi ini dikembangkan untuk


percepatan maksimum horizontal yang berlaku untuk sumber gempa
disekitar Jepang. Rumusan fungsi atenuasi yang dihasilkan adalah :

0.42.MW 0.0033.R 1.22 0.14.L

0.42.MW log R 0.025.10

a 10

(7)

dimana :
a
= percepatan (g),
MS = magnitude gelombang permu-kaan (surface wave magnitude),
R
= jarak terdekat dari lokasi ke sumber gempa (km),
L
= 1 untuk sumber gempa di luar Jepang.

72

NEUTRON, Vol.5, No. 1, Februari 2005

Sadigh (1997). Fungsi atenuasi yang dikembangkan oleh Sadigh (1997)


sudah mengakomodasi kebutuhan untuk mengembangkan koefisien untuk
magnitude lebih besar dan lebih kecil dari M = 6.5 dengan mekanisme
gempa strike-slip. Rumusan fungsi atenuasi yang dihasilkan adalah :
a e

(1.2741.10.M 2.10. ln Rrup e 0.485 0.524.M

(8)

dimana :
a
= percepatan (g),
M
= magnitude gempa,
Rrup = jarak terdekat dari lokasi ke sum-ber gempa (km).

DATA dan METODE


Data. Data gempa yang digunakan dalam perencanaan ini sebanyak 31
(n=31), dari tahun 1970 sampai dengan 2000 yang tersebar di Sulawesi
Utara dan sekitar Palu-Koro.
Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tahun Lintang Bujur Focus
(km)
1970
0,4
119,3
8
1971
-2,6
119,6
35
1972
-0,6
121,7
33
1973
-0,1
123,9
55
1974
1,7
126,4
33
1975
0,8
122,6
70
1976
-1,9
120,3
38
1977
-1,7
120,5
54
1978
0,5
126,0
60
1979
1,0
120,4
28
1980
-2,7
122,1
46
1981
-1,3
122,4
70
1982
0,1
123,3 187
1983
1,1
121,1
40
1984
-0,1
122,5 242
1985
-2,0
119,7
43
1986
0,9
126,9
13
1987
0,7
126,2
32
1988
1,5
126,4
65
1989
0,1
123,3 151
1990
1,2
122,9
25
1991
1,2
122,8
31
1992
-0,8
122,4
54
1993
0,5
121,5
96
1994
-0,6
123,2
29
1995
0,8
126,0
33
1996
1,0
120,4
33
1997
1,2
122,5
24
1998
-1,3
123,7
33
1999
-1,7
122,5
33
2000
1,3
120,9
33

M
7,0
6,0
5,3
6,0
6,1
6,0
5,1
6,0
6,0
6,0
5,5
5,0
6,0
6,0
6,1
6,6
6,0
6,5
6,1
6,8
7,4
7,1
5,0
6,4
5,4
6,1
6,9
6,8
6,1
6,1
5,7

Metode. Dalam perencanaan diambil percepatan gempa yang terbesar dari


beberapa perhitungan percepatan gempa di atas.

Analisa Resiko Gempa di Pengeboran Minyak Tiaka Field (Helmy D)

73

HASIL dan PEMBAHASAN


Hasil. Hasil perhitungan perce-patan gempa (dalam satuan gal) dari 4
persamaan atenuasi dapat dilihat pada Tabel 2 & 3 di bawah ini :
Tabel 2. Hasil Perhitungan Percepatan Gempa (1)
Perio
100
Thn
200
Thn
300
Thn
500
Thn
Jenis

Fukushima
& Tanaka
(1992)

Joyner &
Boore
(1988)

106,102

94,724

115,831

102,321

121,523

106,765

128,693

112,363

Subduction

Shallow
Crustal

Tabel 3. Hasil Perhitungan Percepatan Gempa (2)


Perio
100
Thn
200
Thn
300
Thn
500
Thn
Jenis

Crouse
(1991)

Sadigh
(1997)

167,575

99,477

181,802

108,655

190,124

114,024

200,609

120,789

Subduction

Strike Slip

Pembahasan. Dari 4 persamaan atenuasi, persamaan Crouse (1991)


memberikan hasil yang realistis. Percepatan gempa direncanakan 500
tahunan karena untuk pengeboran minyak dibutuhkan investasi besar.
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan. Besarnya percepatan gempa a500 = 0.2 g adalah sesuai
dengan zona gempa 5 pada Peraturan Gempa Indonesia. Oleh karenanya
seluruh perencanaan struktur harus memasuk-kan pengaruh gempa.
Saran. Untuk kondisi pemba-ngunan konstruksi di zona 5 perlu ditinjau
terhadap potensi likufaksi dan respon spectra yang sesuai dengan daerah
lokasi proyek tersebut.
REFERENSI
Darjanto, H., 2002, Review and Detail Design Tiaka Oil Field Development
Project, Final Report, Jakarta.
Irsyam M., 2001, Seismic Risk Analysis, Short Course Geo Millenium ke-32,
Bandung.
Kramer, SL., 1996, Geotcnical Earthquake Engineering, University of Washington.

74

NEUTRON, Vol.5, No. 1, Februari 2005

Anda mungkin juga menyukai