Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teoritis Stroke


1. Definisi
Stroke atau penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan
otak baik secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis
dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak
(Doenges,2000). Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral, merupakan suatu
gangguan neurologis fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada
pembuluh darah serebral (Price dan Wilson,1994).
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer dan Bare, 2001).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat berupa
defisit neurologis vocal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian. Semata-mata disebabkan oleh peredaran darah otak non
traumatic (Mansjoer, 2000).
2. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu ;
a. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Stroke hemoragik
adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer
substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis,
disebabkan

oleh

karena

pecahnya

pembuluh

arteri,

vena

dan

kapiler

(Wadjaja,1994).
Perdarahan Intraserebral : Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)
terutama karena hypertensi mengakibatkan drah masuk kedalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak

karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena


hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus,pons dan serebelum
(Siti Rohani, 2000).
Perdarahan Subarachnoid : Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma
berry atau AVM aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak (Juwono,
1993:19).
Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub arachnoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme
pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik,
afasia, dll). (symposium nasional keperawatan himpunan perawat bedah saraf
Indonesia, siti rohani, 2000).
b. Stroke non haemorhagik (CVA infark)
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
1) TIA (Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam sakja. Gekjala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2) Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis
terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau
beberapa hari.
3) Stroke komplit
Gangguan neurologi yang sudah menetap atau permanen. Sesuai den gan
istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
3. Etiologi
Penyebab stroke dapat dibagi tiga yaitu:
a. Trombosit serebri

Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab


utama dimana thrombosis serbral yang adalah penyebab paling umum dari stroke
(Smelzer, 2005).
Trombosit ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah di
buktikan oleh ahli patologi, biasanya ada kaitannya dcengan kerudsakan local
dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis (Price, 2005).
b. Emboli serebri
Embiolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama
stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengna penderita
thrombosis . kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam jantung
sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit
jantung (Price, 2005).
4. Faktor Risiko
a. Hipertensi
Merupakan factor risiko utama. Hipertensi dapat disebabkan arterosklerosis
pembuluh darah serebral. Sehingga pembuluh darah tersebut mengalami penebalan
dan degenerasi yang kemudian pecah atau menimbulkan perdarahan.
b. Penyakit kardiovaskuler
Misalnya emblisme serebral berasal dari jantung seperti penyakit arteri
koronaria, gagal jantung kongestif, MCI, hipertrofi ventrikel kiri.
Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan CO, sehingga perfusi darah keotak
menurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang akhirnya dapat terjadi stroke.
Pada arterosklerosis elastisitas pembuluh darah menurun, sehingga perfusi ke otak
menurun juga akhirnya terjadi stroke.
c. Diabetes mellitus
Pada penyakit dm sksn mengalami penyakit vaskuler, sehingga terjadi
mikrovaskularasi dan terjadi arterosklerosis, terjadinya arterosklerosis dapat
memnyebabkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi islemia, iskemia
menyebabkan perfusi otak menurun dan pada akhirnya terjadi storke.
d. Merokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga memungkinkan penumpukkan arterosklerosis dan kemudian b erakibat
pada stroke.
e. Alkoholik

Pada alcohol dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak


dan kardiak areitmia serta kelainan motikitas peembuluh darah sehingga terjadi
emboli serebral.
f. Peningkatan kolesterol
Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan arterosklerosis dan
terbentuknya emboli lemak sehingga aliran darah lambat termasuk ke otak, maka
perfusi otak menurun.
g. Obesitas
Pada obesitas kadar kolesterol tinggi. Selain itu dapat mengalami hipertensi
karena terjadi gangguan pada pembuluh cdarah. Keadaan iniberkontribusi pada
h.
i.
j.
k.
l.

stroke.
Arterosklerosis
Kontrasepsi
Riwayat kesehatan keluarga adanya stroke
Umur (insiden meningkat sejalan meningkatnmya umur)
Stress emosional

5. Manisfestasi Klinik
Pada stroke non hemoragik gejala utramanya adalah timbulnya defisit
neurologis secra mendadak atau subakut. Dadahului gejala prodoromal, terjadi pada
waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila
embolus cukupbesar. (Mansjoer, 2000)
Menurut WHO, dalam Internasional Statistic Classification Of Diseases And
Related Health Problem 10 Revision, stroke dapat dibagi atas :
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi. Serangan seringkali setiap hari, saat aktivitas atau
emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah seringkali terjadi
sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma(65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% s.d 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam
samapai 19 hari)
b. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat
dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat befrvariasi. Ada gejala atau tanda
rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid

karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis
interna. Gejala neurologis yang timbul terghantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan likasinya. Manifestasi stroke dapat berupa:
Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
Gangguan sesibilitas pada satu atau lebih anggota badan
Perubahan mendadak status mental
Afasia (bicara tidak lancer,kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
Ataksia anggota badan
Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.
(Mansjoer, 2000)

Gejala khusus pada pasien stroke :


Kehilangan Motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
control volunter terhadap gerakan motorik, misalnya
Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
Menurunnya tonus otot abnormal
Kehilangan Komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi,
misalnya :
Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk

menghasilkan bicara.
Disfasia atau afasia stau kehilangan bicara yang terutama ekspresif /represif.
Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari

sebelumnya.
Gangguan Persepsi
Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang dimana sisi

visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis


Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi tubuh yang

sakit dan mengabaikan sisi atau ruang yang sakit tersebut.


Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan
hubungandua atau lebih objek dal area spasial.

Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit menginterprestasikan stimulasi
visual, taktil,auditorius.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, oklusi atau rupture.
b. Elektro Encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pasa gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c. Sianar X Tengkorak
Menggambarakan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
d. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis/alioran
darah/muncul plaque/arterosklerosis
e. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
f. MRI
Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada trombosisi,
emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan
hemoragi sub arachnoids/ perdarahan intracranial.
g. Pemeriksaan Foto Thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertenssi kroniks pada penderita
stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah bnerlawanan
dari massa yang meluas (Doengoes, 2000).
h. Pemeriksaan Laboratorium
1. Fungsi lumbal : tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yangmengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein
total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan denagan proses inflamasi.
2. Pemeriksaan darah rutin.
3. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akaut dapat terjadi hiperglikemia. Guala
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali. (Doengoes, 2000).

7. Komplikasi
a. Berhubungan dengan immobilisasi
Insfeksi pernafasan
Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
Konstipasi
Tromboflebitis
b. Berhubungan dengan mobilisasi
Nyeri pada bagian punggung
Dislokasi sendi
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
Epilepsi
Sakit kepala
Kraniotomi
d. Hidrosefalus
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila disertai

muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil


Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan oksigen

1-2 liter/ menit bila ada hasil gas darah.


Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter
Control tekanan darah, dipertahankan normal
Suhu tubuh harus dipertahankan
Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik , bila
terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan pipi

NGT
Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak kontraindikasi
b. Penatalaksanaan Medis
Trombolitik (streptokinase)
Anti platelet anti trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipridamol)
Antikoagulan (heparin)
Hemorrhagea (pentoxyfilin)
Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)
c. Penatalaksanaan Khusus /Komplikasi
Atasi kejang (antikonvulsan)
Atasi intracranial yang meninggi (manitol,gliserol,furosemid,intubasi steroid dll)
Atasi dekompresi (kraniotomi)
Untuk penatalaksanaan factor risiko
Atasi hipertensi (anti hipertensi)

Atasi hiperglikemi (anti hiperglikemi)


Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Umur,jenis kelamin,ras,suku bangsa dll
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat hipertensi
Riwayat penyakit kardiovaskuler misalnya emblisme serebral
Riwayat tinggi kolesterol
Obesitas
Riwayat dm
Riwayat aterosklerosis
Merokok
Riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi dan meningkatnya
kadar eksterogen
Riwayat konsumsi alkohol

c. Riwayat Kesehatan Sekarang


Kehilangan komunikasi
Gangguan persepsi
Kehilangan motorik
Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisi (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri,
kejang otot)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat penyakit degenaratif dalam keluarga
2. Pemeriksaan Data Dasar
a. Aktivitas atau Istirahat
Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan

sensasi atau paralisis (hemiplegia).


Merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot).
Gangguan tonus otot (flaksid, spastik), paralitik (hemiplegia) dan terjadi

kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
Gangguan tingkat kesadaran.

b. Sirkulasi
Adanya penyakit jantung (misalnya: Reumatik/ penyakit jantung vaskuler,

c.

d.

e.

f.

endokarditis, polisitemia, riwayat hipotensi postural).


Hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme/ malformasi vaskuler.
Frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidakefektifan fungsi/ keadaan jantung.
Integritas Ego
Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Emosi labil ketiedaksiapan untuk makan sendiri dan gembira.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
Eliminasi
Perubahan pola berkemih seperti: inkontinensia urin, anuria.
Distensi abdomen, bising usus (-).
Makanan/ Cairan
Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut/ peningkatan TIK.
Kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi dan tengkorak).
Disfagia, riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah.
Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal), obesitas.
Neurosensori
Adanya sinkope/ pusing, sakit kepala berat
Kelemahan, kesemutan, kebas pada sisi terkena seperti mati/ lumpuh.
Penglihatan menurun: buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan

monokuler), penglihatan ganda (diplopia).


Serntuhan: Hilangnya rangsangan sensoris kontra lateral (ada sisi tubuh yang

berlawanan/ pada ekstremitas dan kadang pada ipislateral (satu sisi) pada wajah.
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Status mental/tingkat kesadaran: koma pada tahap awal hemoragik,tetap sadar

jika thrombosis alami.


Gangguan fungsi kognitif: penurunan memori.
Ekstremitas: klemahan/ paralise (kontralateral), tidak dapat menggenggam,

reflex tendon melemah secara kontralateral.


Afasia: gangguan fungsi bahasa, afasia motorik (kesulitan mengucapkan kata)

atau afasia sensorik (kesulitan memahami kata-kata bermakna).


Kehiloangan kemampuan mengenali/ menghayati masuknya sensasi visual,
pendengaran, taktil (agnosia seperti gangguan kesadran terhadap citra diri,
kewaspadaan kelainan terhadap bagian yang terkena, gangguan persepsi,
kehilangan

kemampuan

menggunakan

menggunakannya (perdarahan/ hernia).


g. Nyeri

motorik

saat

klien

ingin

Sakit kepala dengan intensitas berbeda (karena arteri karotis terkena).


Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan pada otot/ fasia.

h. Pernafasan
Merokok
Ketidakmampuan menelan, batuk/ hambatan jalan napas.
Pernapasan sulit, tidak teratur, suara napas terdengar/ ronkhi (aspirasi sekresi).
i. Keamanan
Motorik/ sensorik: masalah penglihatan, perubahan persepsi terhadap orientasi
tentang tubuh (stroke kanan), kesulitan melihat objek dari sisi kiri, hilangnya

kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.


Tidak mampu mengenali objek, warna dan wajah yang pernah dikenali.
Gangguan berespon terhadap panas dan dingin, gangguan regulasi tubuh.
Tidak mandiri, gangguan dalam memutuskan, perhatian terhadap keamanan

sedikit.
Tidak sadar/ kurang kesadaran diri.
j. Interaksi Sosial
Masalah bicara, tidak mampu berkomunikasi.
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Status Mental
Tingkat kesadran: kualitatif dan kuantitatif.
Pemeriksaan kemampuan bicara.
Orientasi (orang, waktu, tempat).
Pemeriksaan daya pertimbangan.
Penilaian daya obstruksi.
Penilaian kosakata.
Pemeriksaan respon emosional.
Pemeriksaan daya ingat.
Pemeriksaan kemampuan berhitung.
Pemeriksaan kemampuan mengenal benda.
b. Nervus Kranialis
I Olfaktorius respons dan interpretasi bau
II Optikus ketajaman visual dan lapang pandang
III Okulomotor pergerakan mata ekstraokular, elevasi kelopak mata,
kontriksi pupil, bentuk lensa.

IV Troklearis pergerakan mata kebawah dan kedalam


V Trigeminalis sensasi pada wajah, kulit kepala, kornea, dan membrane
mukosa oral serta nasal pergerakan rahang untuk mengunyah.
VI Abdusens pergerakan mata ke lateral
VII rasa pada 2/3 anterior lidah, pergerakan wajah,penutupan mata,
pergerakan bibir saat bicara
VIII Vestibulokoklear pendengaran dan keseimbangan
IX Glossofaringeus rasa pada 1/3 posterior lidah, reflex tersedak faring,
sensasi dari gendang telinga dan saluran telinga
Menelan dan otot-otot fonasi pada faring.
X Vagus sensasi dari faring, visera, badan karotis, dan sinus karotis
XI Assesorius Spinal pergerakan otot trapezius dan sternokleidomastoideus
XII Hipoglossus pergerakan lidah saat bicara, artikulasi suara, dan menelan.
c. Fungsi Motorik
Masa otot, kekuatan otot, dan tonus otot. Pada pemeriksaan ini ekstremitas
diperiksa lebih dulu.
Fleksi dan ekstensi lengan.
Abduksi dan adduksi lengan.
Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan.
Adduksi dan abduksi jari.
Abduksi dan adduksi pinggul.
Fleksi dan ekstensi lutut.
Dorsofleksi dan fleksi plantar pergelangan kaki.
Dorsofleksi dan fleksi plantar ibu jari kaki.
d. Fungsi Sensori
Sentuhan ringan.
Sensasi nyeri.
Sensasi posisi.
Sensasi getaran.
Lokasi taktil.
e. Fungsi Serebelum
Tes jari hidung.
Tes tumit lutut.
Gerakan berganti.
Tes Romberg.
Gaya berjalan.
f. Refleks
Biceps
Triceps
Brachioradialis
Patella
Achilles

4. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d interupsi aliran darah, gangguan oklusi,
hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral.
b. Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neurovaskuler, kelemahan dan flaksid/
paralisis hipotonik (awal), kehilangan perceptual/ kognitif.
c. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan
neuromuscular, kehilangan tonus/ kontrol otot fasia, kelemahan/ kelelahan umum.
d. Kurang perawatan diri b.d perubahan biofisik, psikososial, perceptual kognitif,
kerusakan neuromuscular, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/
koordinasi otot, kehilangan perseptual/ kognitif, nyeri.
e. Perubahan persepsi sensori berhubungan transmisi, integrasi (trauma neurologis
atau deficit), stress psikologis (penyempitan lapang perceptual)
f. Gangguan harga diri berhubungan biofisik, psikososial, perceptual kognitip.
g. Resiko terhadap kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular/perceptual.

Anda mungkin juga menyukai