TINJAUAN PUSTAKA
oleh
karena
pecahnya
pembuluh
arteri,
vena
dan
kapiler
(Wadjaja,1994).
Perdarahan Intraserebral : Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)
terutama karena hypertensi mengakibatkan drah masuk kedalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak
stroke.
Arterosklerosis
Kontrasepsi
Riwayat kesehatan keluarga adanya stroke
Umur (insiden meningkat sejalan meningkatnmya umur)
Stress emosional
5. Manisfestasi Klinik
Pada stroke non hemoragik gejala utramanya adalah timbulnya defisit
neurologis secra mendadak atau subakut. Dadahului gejala prodoromal, terjadi pada
waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila
embolus cukupbesar. (Mansjoer, 2000)
Menurut WHO, dalam Internasional Statistic Classification Of Diseases And
Related Health Problem 10 Revision, stroke dapat dibagi atas :
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi. Serangan seringkali setiap hari, saat aktivitas atau
emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah seringkali terjadi
sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma(65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% s.d 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam
samapai 19 hari)
b. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat
dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat befrvariasi. Ada gejala atau tanda
rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid
karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis
interna. Gejala neurologis yang timbul terghantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan likasinya. Manifestasi stroke dapat berupa:
Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
Gangguan sesibilitas pada satu atau lebih anggota badan
Perubahan mendadak status mental
Afasia (bicara tidak lancer,kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
Ataksia anggota badan
Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.
(Mansjoer, 2000)
menghasilkan bicara.
Disfasia atau afasia stau kehilangan bicara yang terutama ekspresif /represif.
Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
Gangguan Persepsi
Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang dimana sisi
Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit menginterprestasikan stimulasi
visual, taktil,auditorius.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, oklusi atau rupture.
b. Elektro Encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pasa gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c. Sianar X Tengkorak
Menggambarakan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
d. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis/alioran
darah/muncul plaque/arterosklerosis
e. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
f. MRI
Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada trombosisi,
emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan
hemoragi sub arachnoids/ perdarahan intracranial.
g. Pemeriksaan Foto Thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertenssi kroniks pada penderita
stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah bnerlawanan
dari massa yang meluas (Doengoes, 2000).
h. Pemeriksaan Laboratorium
1. Fungsi lumbal : tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yangmengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein
total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan denagan proses inflamasi.
2. Pemeriksaan darah rutin.
3. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akaut dapat terjadi hiperglikemia. Guala
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali. (Doengoes, 2000).
7. Komplikasi
a. Berhubungan dengan immobilisasi
Insfeksi pernafasan
Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
Konstipasi
Tromboflebitis
b. Berhubungan dengan mobilisasi
Nyeri pada bagian punggung
Dislokasi sendi
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
Epilepsi
Sakit kepala
Kraniotomi
d. Hidrosefalus
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila disertai
NGT
Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak kontraindikasi
b. Penatalaksanaan Medis
Trombolitik (streptokinase)
Anti platelet anti trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipridamol)
Antikoagulan (heparin)
Hemorrhagea (pentoxyfilin)
Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)
c. Penatalaksanaan Khusus /Komplikasi
Atasi kejang (antikonvulsan)
Atasi intracranial yang meninggi (manitol,gliserol,furosemid,intubasi steroid dll)
Atasi dekompresi (kraniotomi)
Untuk penatalaksanaan factor risiko
Atasi hipertensi (anti hipertensi)
kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
Gangguan tingkat kesadaran.
b. Sirkulasi
Adanya penyakit jantung (misalnya: Reumatik/ penyakit jantung vaskuler,
c.
d.
e.
f.
berlawanan/ pada ekstremitas dan kadang pada ipislateral (satu sisi) pada wajah.
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Status mental/tingkat kesadaran: koma pada tahap awal hemoragik,tetap sadar
kemampuan
menggunakan
motorik
saat
klien
ingin
h. Pernafasan
Merokok
Ketidakmampuan menelan, batuk/ hambatan jalan napas.
Pernapasan sulit, tidak teratur, suara napas terdengar/ ronkhi (aspirasi sekresi).
i. Keamanan
Motorik/ sensorik: masalah penglihatan, perubahan persepsi terhadap orientasi
tentang tubuh (stroke kanan), kesulitan melihat objek dari sisi kiri, hilangnya
sedikit.
Tidak sadar/ kurang kesadaran diri.
j. Interaksi Sosial
Masalah bicara, tidak mampu berkomunikasi.
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Status Mental
Tingkat kesadran: kualitatif dan kuantitatif.
Pemeriksaan kemampuan bicara.
Orientasi (orang, waktu, tempat).
Pemeriksaan daya pertimbangan.
Penilaian daya obstruksi.
Penilaian kosakata.
Pemeriksaan respon emosional.
Pemeriksaan daya ingat.
Pemeriksaan kemampuan berhitung.
Pemeriksaan kemampuan mengenal benda.
b. Nervus Kranialis
I Olfaktorius respons dan interpretasi bau
II Optikus ketajaman visual dan lapang pandang
III Okulomotor pergerakan mata ekstraokular, elevasi kelopak mata,
kontriksi pupil, bentuk lensa.