Anda di halaman 1dari 10

PRESENTASI KASUS STASE IKA

BAB I
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama Pasien: MI
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 3,5 tahun
Alamat
: Godean Sleman
Tanggal Datang
: 26 maret 2015
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Kejang
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kejang. Anak kejang
selama kurang dari 30 detik, pada saat kejang anak kaku
seluruh tubuh dan setelah kejang anak kembali sadar dengan
keadaan lemas. 1 hari sebelumnya anak demam tinggi
mencapai 39 derajat. Sudah diberikan obat penurun panas
namun demam tidak juga turun. Anak juga mengeluh nyeri
ketika menelan 3 hari sebelum demam. Sekitar 8 jam setelah
kejang timbul bercak bercak merah pada tangan, kaki, dan
badan anak. BAB BAK baik, batuk (-), pilek (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat kejang demam.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat kejang demam dikeluarga.
C. Pemeriksaan
Keadaan Umum
: lemes, compos mentis
Berat Badan : 12 kg
Vital sign
HR
: 120x/menit
RR
: 24x/menit
Suhu : 39,9C

Pemeriksaan Kepala dan Leher


Palpebra : edema (-/-)
Konjunctiva
: anemi (-/-)

Faring hiperemis
Tidak ada pembesaran kelenjar
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada tanda radang
Auskultasi : peristaltik (+)
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, nyeri suprapubik (-)
Pemeriksaan Genitalia
Tidak ditemukan kelainan, tanda radang (-), kelainan anatomis
(-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas : terdapat ruam makulopapular
Ekstremitas bawah
: terdapat ruam makulopapular, edem
(-)
Status Gizi
BB/U
: baik (-2 SD 2 SD)

D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium urinalisis
Jenis
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

11,3
14,2
253
34

4-10
150-450

g/dl
Rb/ul
Rb/ul
%

E. Diagnosis
Kejang Demam Sederhana e.c scarlet fever dd Morbili
F. Terapi
Amoxicilin sirup 3 x 1 cth
Paracetamol sirup k/p 1 cth
Diazepam

BAB II
PEMBAHASAN

Morbili atau measles adalah penyakit virus akutyang disebabkan


oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak
awal masa prodormal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya
ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.

Manifestasi klinis

Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari).
Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang

ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.


Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium
prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari
gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam.
Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum
munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada
konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal.
Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah
terkena radang Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk
campak muncul pada hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik
putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis berwarna
kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada
mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan
pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah
bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum
timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam
kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya
menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi
yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala
gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali
muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher,
belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi
makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan
dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke
punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar
hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada
wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan
urutan munculnya (Phillips, 1983). Saat awal ruam muncul akan tampak
berwarna kemerahan yang akan tampak memutih dengan penekanan. Saat
ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak
memudar bila ditekan.

Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan


pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam
yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga
menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita
juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali (Phillips, 1983).
Mekanisme ISK sendiri sangat bervariasi, tergantung dari faktor
pejamu (host) dan faktor organismenya. Mekanisme tersering
adalah bakteri dari feses, karena kurang terjaga kebersihannya,
maka bakteri tersebut menjalar secara ascending. Bakteri akan
melekat dan membentuk koloni pada saluran kemih sehingga
dapat menyebabkan peradangan.
Pada kasus ini, pasien datang ke poli dengan keluhan BAK
disertai darah. Pada pemeriksaan fisik, tidak didapatkan kelainan, suhu
normal, edema palpebra dan tungkai tidak ada, nyeri suprapubik dan
nyeri ketok sudut kostovertebral juga tidak ditemukan. Dari anamnesis

dan pemeriksaan fisik, muncul differential diagnosis yaitu ISK dan GNA.
Sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosisnya.

Dari

hasil

pemeriksaan

laboratorium

urinalisis,

didapatkan eritrosit dan leukosit pucat yang meningkat. Hal ini


menandakan adanya darah dalam urine dan infeksi bakteri. Sehingga
dari pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis kerja ISK dapat
ditegakkan namun tetap mengikutsertakan GNA sebagai diagnosis
banding. Hal ini sesuai dengan pedoman pelayanan medis IDAI yang
menyebutkan
menunjukkan

bahwa

hasil

leukosituria

dan

pemeriksaan
hematuria.

urinalisis
Namun

pada

karena

ISK
pada

pemeriksaan fisik tidak ditemukan demam, nyeri suprapubik, yang


merupakan penanda adanya infeksi, maka diagnosis GNA tetap
disertakan, mengingat ditemukan juga hematuria. ISK sendiri tidak
selalu ditandai dengan demam dan nyeri suprapubik, karena mungkin
saja asymptomatik atau infeksi baru saja berlangsung sehingga respon
tubuh belum terlihat.
Terapi yang diberikan untuk pasien ini adalah antibiotik golongan
cephalosporin yaitu Cefixime 2 x cth. Dosis yang digunakan adalah 3
4 mg/kgBB dan sediaan yang tersedia adalah 100 mg/5ml, sehingga
diberikan cth saja. Antibiotik tersebut diberikan selama 7 hari atau 1
minggu, dengan advice kontrol kembali 1 minggu kemudian untuk
mengevaluasi perbaikan gejala dan mengevaluasi diagnosis banding
GNA-nya. Namun jika dalam rentang 1 minggu ada perburukan klinis
maka pasien harus segera periksa kembali. Pasien juga diedukasi untuk
meningkatkan

asupan

cairan

serta

menjaga

kebersihan

daerah

genitalia.
Berdasar pedoman IDAI maupun WHO, tatalaksana ISK seperti
pada kasus diatas sudah tepat. Pasien diberi antibiotik secara empirik
selama 7 hari untuk eradikasi infeksi akut. Pasien pada kasus tidak
perlu dipondokkan karena tidak ada kriteria demam tinggi, muntah
hebat, dan nyeri kolik. Jika setelah 7 hari pasien mengeluh tidak ada
perbaikan gejala maka pertimbangkan untuk kultur urine.

BAB III
KESIMPULAN

a. ISK adalah terdapat adanya pertumbuhan bakteri di dalam


saluran kemih
b. ISK dapat symptomatik dan asymptomatik tergantung pada
faktor host dan organismenya
c. Gejala klinis yang sering terdapat pada ISK adalah demam, nyeri
suprapubik,

nyeri

ketok

sudut

kostovertebral,

peningkatan

frekuensi BAK, dan nyeri saat BAK


d. Pada urinalisis kasus ISK menunjukkan adanya leukosituria dan
hematuria bahkan sampai proteinuria
e. Tatalaksana pada kasus ISK adalah dengan pemberian antibiotik
untuk eradikasi infeksi akut dan asupan cairan yang cukup serta
menjaga kebersihan daerah genitalia

DAFTAR PUSTAKA

IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis IDAI.


IDI. 2013. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer.


WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah
Sakit.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

INFEKSI SALURAN KEMIH


1. Pengertian ( Definisi)

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah adanya


pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih,
meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi
di kandung kemih.

2. Anamnesis

1.
2.
3.
4.
5.

Demam
Sakit waktu BAK
Frekuensi BAK meningkat
Nyeri perut atau pinggang
Urin berbau menyengat

3. Pemeriksaan Fisik

1.
2.
3.
4.

Demam
Nyeri ketok sudut kostovertebral
Nyeri tekan suprasimfisis
Kelainan pada genitalia eksterna seperti
fimosis, hipospadia, epispadia, dan
kelainan tulang belakang spina bifida

4. Kriteria Diagnosis

Menurut PPM IDAI, batasan diagnosis ISK adalah


pertumbuhan bakteri yang mencapai 100.000 un
koloni per ml urin segar pancar tengah (midsteam
urine) pagi hari.

5. Diagnosis Kerja

ISK

6. Diagnosis Banding

1.
2.
3.
4.
5.

Cystitis
Urethritis
Pyelonefritis
ISK rekuren
Bacterial asymptomatic

1.
2.
3.
4.

Pada urinalisis dapat ditemukan,


Proteinuria
Leukosituria (leukosit >5/LPB)
Hematuria (eritrosit >5/LPB)
Bakteriuria pada kultur urin

7. Pemeriksaan Penunjang

8. Tata Laksana
Tindakan Operatif
Terapi Konservatif
Lama perawatan

1. Antibiotik secara empirik selama 7-10 har


untuk eradikasi fase akut
2. Koreksi bedah sesuai dengan kelainan
saluran kemih yang ditemukan
3. Selain antibiotik, perlu asupan cairan yang
cukup

9. Edukasi

1. Perawatan higiene daerah perineum dan


periuretra
2. Pencegahan konstipasi

10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Kepustakaan

Advitam
: dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
I/II/III/IV
A/B/C
1. IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis
IDAI.
2. IDI. 2013. Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer.
3. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai