Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi fisiologi Telinga
Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena
memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga
menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian menghantarkan informasi
pendengaran kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam.3

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

Bagian-bagian telinga
a. Telinga Luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga,
lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang
telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian
daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya
menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk
menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan
tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.3
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani
(gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan
3

bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan
perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus
adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung
jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.
Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral
mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial
tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada
membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai
sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. Di dalam saluran terdapat banyak
kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya
bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran
terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam. Peradangan pada bagian
telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi karena kebiasaan mengorek
telinga & akan menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus (DM/sakit gula).3
Aurikula berfungsi mengumpulkan getaran udara, bentuknya berupa lempeng tulang
rawan yang elastis yang ditutupi kulit, memiliki otot intrinsic dan ekstrinsik serta di persarapi
oleh nervus fasialis. Seluruh permukaan diliputi kulit tipis dengan lapisan subkutis pada
permukaan anterolateral, serta di temukan rambut kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Meatus akustikus eksternal merupakan tabung berkelok kelok yang terbentang antara
aurikula dan membrane tempani, berfungsi menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke
membrane tempani.
Pada bagian luar banyak ditemukan rambut yang berhubungan dengan kelenjar sebasea,
sedangkan dalam liang ditemukan serumen berwarna coklat yang berfungsi sebagai pelindung.
Seruman merupakan modifikasi kelenjar keringat bergabung dengan kelenjar sebasea yang
bermuara langsung ke permukaan kulit.3

5
Gambar 2.2 Telinga Luar

b. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul
otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak
pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1
cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah
merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara
di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.
Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga
tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara
dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi
oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur
berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini
terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan
fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka
akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.
Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga
tengah dengan tekanan atmosfer.3
Maleus dan incus berputar pada sumbu anterior posterior yang berjalan melalui :
1. Legamentum yang menghubungan prosesus anterior malleus dengan dinding anterior
kafumtimpani.
2. Prosesus anterior maleus dengan prosesus brevis inkudis
3. Ligamentum yang menghubungkan prosesus bepis inkudis dengan dinding posterior kafum
timpani.
Selama menghantarkan getaran dari membrane tempani ke perilimf melalui osikula
mengalami pembesaran dengan 1,3 : 1 dan luas membrane tempani lebih kurang 17 kali lebih
besar dari luas basis stapes yang berakibat tekanan efektif pada perilimf meningkat menjadi 22: 1.

Tuba auditiva merupakan bagian yang meluas dari diding anterior kavum timpani ke bawah,
depan, dan medial sampai ke nasofaring. Bagian 1/3 posterior terdiri atas tulang dan 2/3 anterior
tulang rawan . berhubungan dengan nasofaring setelah berjalan di atas muskulus konstriktor
faring superior. Tuba auditiva berfungsi membuat seimbang tekanan udara dalam kavum timpani
dan nasofaring.
Antrum mastoideum merupakan bagian yang terletak di belakang kavum timpani dalam pars
petrosa ossis temporalis bentuknya bundar dengan garis 1 cm. diding anterior berhubungan
dengan kavum timpani dan dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigoideum dan
sereblum.
Sellulae mastoidea yaitu prosesus mastoideus mulai berkembang pada tahun ke dua
kehidupan.Sellulae mastoid adalah suatu rongga yang berhubungan dalam prosessus
mastoid,berhubungan dengan antrum dan kavum timpani sebelah atasnya serta dilapisi membrane
mukosa.
c. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan
VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan
kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior
dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang
berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan
dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah
lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti.. Di
dalam lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam
cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam
otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkularis, duktus
koklearis.
a. Atrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gempeng terpaut pada tempatnya oleh
jaringan ikat. Disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian depan dan sampingnya ada
daerah yang lonjong yang disebut macula akustika utrikola. pada dinding belakang atrikus
ada muara dari duktus semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut
utrikulosa sirkularis, saluran yang menghubungkan atrikulus dengan sakulus.

b. Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan dan
bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapatnya nervus
akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan serabut-serabut halus cabang nervus
akustikus yang berakhir pada macula akustika sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada
duktus reunien yang menghubungkan sakulus dengan duktus koklearis, di bagian sudut
sakulus ada saluran halus disebut duktus endolimfatikus, berjalan melalui aquaduktus
vestibularismenuju permukaan bagian bawah tulang temporalis dan berakhir sebagai kantong
buntu disebut sakus endolimfatikus yang terletak tepat di lapisan otak duramater.
c. Duktus semisirkularis, ada tiga tabung selaput semisrkularis yang berjalan dalam kanalis
semisrkularis (superior, posterior, dan lateralis). Penampangannya kira-kira sekitar sepertiga
penampang kanalis semisirkularis. Bagian duktus yang melebar disebut ampula selaput.
Setiap ampula mengandung satu celah siklus, sebelah dalam ada Krista ampularis yang
terlihat menonjol kedalam yang menerima ujung-ujung saraf.
d. Duktus koklearis merupakan saluran yang berbentuk agak segitiga seolah-olah membuat
batas pada koklea timpani. Atap duktus koklearis terdapat membrane vestibularis pada
alasnya terdapat membran basilaris. Duktus koklearis mulai dari kantong buntu (seikum
vestibular) dan berakhir tepat diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum
ampulare) pada membrane basilaris ditemukan organ korti sepanjang duktus koklearis yang
merupakan hearing sense organ.

Gambar 2.3 Telinga Dalam

Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan mediolus terdapat ganglion spiralis
yang sebagaian besar diliputi tulang bagian bawah dan menyatu dengan membrane basilaris
melintasi duktus koklearis dan melekat pada ligamentum basilaris.

Membran basilaris : dibentuk oleh lapisan serat serat kolagen, permukaan bawah yang
menghadap skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibbrosa yang mengandung pembuluh
darah.

Membran vestibularis : suatu lembaran jaringan ikat tipis, diliputi pada permukaan atas
vestibular oleh pelapis rongga perilimf yaitu jaringan epitel selapis gepeng yang terdiri atas sel
mesenkim.

Dektus koklearis : dektus ini mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi dan tidak beraturan,
di bawahnya terdapat jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler yang disebut stria
vaskularis. Dektus koklearis merupakan tempat sekresi endolimf dan termasuk organ korti.

Gambar 2.4 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang
pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang
terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di labirin osea terdapat koklea, vestibulum,
kanalis semisirkularis.3

kolea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga bagian yaitu skala
vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan
dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan
skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas skala
media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi
oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi
mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel
penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur,
sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.

Vestibulum, bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka fenestra ovale dan
fenestra rotundum dan pada bagian belakang atas menerima muara kanalis semisirkularis

Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri dari 3 saluran.
Saluran yang satu dengan yang lainnya membentuk sudut 90%, kanalis semisrkularis superior,
kanalis semisirkularis posterior dan kanalis semisirkularis lateralis.

Gambar 2.5 Tulang Labirin

Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan


yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga
dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam
cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa.
Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis
VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus.
Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis
VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis yang muncul dari koklea, bergabung
dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,
menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam

10

kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius
internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.3

2.2 Otitis Media Akut


2.2.1 Definisi
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah.1,2
Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah.
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tube eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis
media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME). Pembagian tersebut dapat di lihat pada gambar berikut:

Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronik, yaitu otitis media supuratif akut
(otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronik (OMSK/OMP). Begitu juga otitis

11

media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media
serosa kronik. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media spesifik, seperti
otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media
adhesive.
Otitis media serosa adalah kelainan umum berupa cairan streril di telinga tengah dibelakang
membran timpani yang utuh yang menyebabkan tuli konduktif.2
2.2.2 Etiologi
1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media yang
menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga akan terganggu
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya (misal : sinusitis,
hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis alergika). Pada anak-anak, makin
sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada
bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak
horisontal.
3. Bakteri
Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah Streptococcus
peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti
Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara
fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia
mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody.
Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba
eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius
terganggu, pencegahan infasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman
masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas. Pada anak,
makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA.
Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dan
letaknya agak horizontal.4
2.2.3 Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yang diebabkan oleh
bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tuba eustachius. Ketika bakteri
memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkan infeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut. Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius
menyebabkan stimulasi kelenjar minyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang
membran timpani. Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,
sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel (maleus, incus,

12

stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat bergerak bebas. Selain mengalami
gangguan pendengaran, klien juga akan mengalami nyeri pada telinga.
Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulan dapat berkembang
menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higiene kurang diperhatikan, terapi yang
terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya daya tahan tubuh yang kurang baik.4
2.2.4

Stadium Otitis Media Akut

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani akibat
terjadinya tekanan negative didalam telinga tengah, akibat absorbs udara. Kadang-kadang
membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna kerut pucat. Efusi
mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis
media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau
seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Secret yang telah terbentuk mungkin
masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edema yang terlihat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,
sehingga terbentuknya eksudat yang purulent di kavum timpani, menyebabkan membrane
timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri
ditelinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis
mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan
insisi membrane timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane
timpani akan rupture dan nanah keluar dari liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi,
luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi rupture, maka lubang tempat
rupture (perforasi) tidak mungkin menutup kembali.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman
yang tinggi, maka akan terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu
badab turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut
stadium perforasi.
5. Stadium Resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya kering.
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun
tanda pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang

13

keluar terus menerus atau hiang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa
otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi.3

Gambar 2.6 Otoscopy

2.2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.
a. Stadium Hiperemi
Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius yang mengalami
hiperemi dan edema
Demam
Pendengaran biasanya masih normal
b. Stadium Oklusi

Nyeri dan demam bertambah hebat


Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus
Pendengaran mulai berkurang

c. Stadium Supurasi
Keluar sekret dari telinga
Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani ruptur
Demam berkurang
Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme konduksi udara
dalam telinga tengah
d. Stadium Koalesen
Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari
e. Stadium Resolusi
Pendengaran membaik atau kembali normal.4
2.2.6

Terapi

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya


a. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes
hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak<12 tahun) atau HCl efedrin 1%

14

dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain
itu sumber infeki harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah
kuman, bukan oleh virus atau alergi.
b. Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.
Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin intramuscular agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika
dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka akan diberikan
eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari, dibagi
dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40
mg/kg BB/hari.
c. Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika , idealnya harus disertai dengan
miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis
lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari.
d. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar dan kadang terlihat secret keluar
secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H 2O2 3%
selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi
dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
e. Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada
lagi dan perforasi membrane timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan
tampak secret mengalir diliang telinga luar melalui perforasi dimembran timpani. Keadaan
ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan
demikian dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih
tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.5
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka
keadaan ini disebut otitis media supuratif sub akut. Bila perforasi menetap dan secret tetap keluar
lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif
kronik (OMSK). Pada pengobatan OMA terdapat beberapa factor risiko yang dapat menyebabkan
kegagalan terapi. Risiko tersebut digolongkan menjadi risiko tinggi kegagalan terapi dan risiko
rendah.5
2.2.7

Komplikasi
1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secara benar dan
adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah termasuk ke otak, namun ini
2.
3.
4.
5.

2.2.8

jarang terjadi setelah adanya pemberian antibiotik.6


Mastoiditis
Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
Keseimbangan tubuh terganggu
Peradangan otak
kejang

Pemeriksaan diagnostik

15

a. Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nadanada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas
ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang
paling terpengaruh.
Manfaat audiometri
1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga
2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi
3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak
b. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga pasien.
c. Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua
telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu
tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang
mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih
keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama
tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
d. Test Swabach
Tujuannya yaitu membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa
(normal) dengan probandus. Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh
getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo
temporale.
2.2.9 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMA pada anak antara
lain:
Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak
Pemberian ASI minimal selama enam bulan
Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
Hindari pajanan terhadap asap rokok
2.3 Rinitis Akut
2.3.1 Definisi
Rinitis akut adalah radang pada mukosa hidung yang berlangsung akut, kurang dari 12
minggu, dapat disebabkan karena infeksi virus, bakteri, ataupun iritan, yang sering ditemukan
karena menifestasi dari rinitis simplek (commen cold), influenza, penyakit eksantem (seperti
morbili, variola, varicela, pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal atau
trauma.7,8
2.3.2 Epidemiologi
Rinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan walaupun sering dianggap sepele
oleh para prektisi. Gejala-gejala rinitis secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien

2.3.3

16

karena gejala-gejala sistemik yang menyertainya seperti fatigue, sakit kepala, dan gangguan
kognitif.
Ada tiga hal yang dipandang dapat mempengaruhi keadaan klinis dari pasien-pasien dengan
rinitis akut. Hal tersebut termasuk usia, jenis kelamin, dan variasi musim terjadinya penyakit
tersebut. Togias telah meneliti bahwa 70% pasien yang didiagnosa dengan penyakit hidung
nonalergik terdapat pada usia dewasa > 20 tahun. Tetapi belum diketahui penyebab pasti dari
hubungan antara usia dengan rinitis alergik.9
Jenis kelamin dapat menjadi faktor risiko dari rinitis nonalergik. Settipane dan Klein
mengatakan bahwa 58% dari pasien rinitis nonalergik adalah wanita. Enberg menemukan 74%
pasien rinitis nonalergik adalah wanita. National rinitis Classification Task Force (NRCTF)
menemukan 71% pasien dengan rinitis nonalergik adalah wanita.9
Klasifikasi dan Etiologi
Rinitis akut terdiri atas 3 tipe, yaitu:7,8
1. Rinitis Virus
Rinitis virus terbagi 3, yaitu:
a)
Rinitis Simplek (Pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza)
Rinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi melalui droplet di udara.
Beberapa jenis virus yang berperan antara lain, adenovirus, picovirus, dan subgrupnya
seperti rhinovirus, coxsakievirus, dan ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir
dalam 2-3 minggu.
Pada awalnya terasa panas di daerah belakang hidung, lalu segera diikuti dengan hidung
tersumbat, rinore, dan bersin yang berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat
demam ringan. Mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Awalnya, secret hidung
(ingus) encer dan sangat banyak. Tetapi bisa jadi mukopurulen bila terdapat invasi sekunder
bakteri, seperti Streptococcus Haemolyticus, pneumococcus, staphylococcus, Haemophillus
Influenzae, Klebsiella Pneumoniae, dan Mycoplasma Catarrhalis.
b)Rinitis Influenza
Virus influenza A,B atau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan gejalanya mirip
dengan common cold. Komplikasi sehubungan dengan infeksi bakteri sering terjadi.
c) Rinitis Eksantematous
Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan rinitis, dimana
didahului dengan eksantemanya sekita 2-3 hari. Infeksi sekunder dan komplikasi lebih
sering dijumpai dan lebih berat.
2. Rinitis Bakteri
Rinitis bakteri dibagi 2, yaitu:
a) Infeksi Non-spesifik
Infeksi non-spesifik dapat terjadi secara primer ataupun sekunder.
1) Rinitis Bakteri Primer

17

Tampak pada anak dan biasanya akibat dari infeksi pneumococcus, streptococcus atau
staphylococcus. Membrane putih keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga
hidung, yang apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan.
2) Rinitis Bakteri Sekunder
Merupakan akibat dari infeksi bakteri pada rinitis viral akut
b) Rinitis Difteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rinitis difteri dapat bersifat
primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan dan dapat terjadi dalam bentuk akut
atau kronis. Dugaan adanya rinitis difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat
imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena cakupan
program imunisasi yang semakin meningkat.
Gejala rinitis akut ialah demam, toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin ada
paralisis otot pernafasan. Pada hidung ada ingus yang bercampur darah. Membrane keabuabuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket
dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan. Ekskoriasi berupa krusta coklat pada nares
anterior dan bibir bagian atas dapat terlihat. Terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin
sistemik, dan antitoksin difteri.
c) Rinitis Iritan
Tipe rinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang bersifat
iritatifseperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. Atau bisa juga disebabkan oleh
trauma yang mengenai mukosa hidung selama masa manipulasi intranasal,contohnya pada
pengangkatan corpus alienum. Pada rinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang
disebut dengan immediate catarrhal reaction bersamaan dengan bersin, rinore, dan hidung
tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat dengan menghilangkan faktor penyebab atau
dapat menetap selama beberapa hari jika epitel hidung telah rusak. Pemulihan akan
bergantung pada kerusakan epitel dan infeksi yang terjadi karenanya.9
2.3.4

a.

Stadium
Stadium prodromal, pada hari pertama:
rasa panas dan kering pada cavum nasi.
bersin-bersin.
hidung tersumbat.
sekret encer jernih seperti air.
Pemeriksaan (rhinoskopi anterior/RA) cavum nasi sempit, terdapat sekret serous
dan mukosa udem dan hiperemis.

b.

Stadium akut, hari kedua sampai keempat:


1)
2)

bersin-bersin berkurang.
obstruksi nasi bertambah, akibat obstruksi nasi akut terjadi hiposmia, gangguan

gustateris, rasa makanan tidak enak.


3) sekret kental kuning.
4) badan tak enak.
Pemeriksaan cavum nasi lebih sempit, sekret mukopurulen. Mukosa lebih udem
dan hiperemis.
c. Stadium Penyembuhan (resolusi) hari kelima sampai ketujuh:

18

Gejala-gejala di atas berkurang (udem dan hiperemis berkurang, obstruksi berkurang,


sekret berkurang). Kadang-kadang rinitis akut didahului gejala nasofaringitis sehingga
timbul gejala panas, batuk, dan pilek. Tetapi adanya faringitis atau laringitis akut tidak
selalu didahului oleh rinitis akut.10,11
2.3.5

Manifestasi Klinis
Rinitis akut pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang sulit dibedakan antara tipe yang
satu dengan tipe yang lainnya. Rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung, bersin, hidung
tersumbat, dan terdapatnya ingus yang encer hingga mukopurulen. Mukosa hidung dan konka
berubah warna menjadi hiperemis dan edema. Biasanya diikuti juga dengan gejala sistemik
seperti demam, malaise dan sakit kepala.8
Pada rinitis influenza, gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada otot. Pada
rinitis eksantematous, gejala terjadi sebelum tanda karekteristik atau ruam muncul. Ingus yang
sangat banyak dan bersin dapat dijumpai pada rinitis iritan.

2.3.6

Patofisiologi
Pada stadium permulaan terjadi vasokonstriksi yang akan diikuti vasodilatasi, udem, dan
meningkatnya aktifitas kelenjar seromucinous dan goblet sel, kemudian terjadi infiltrasi leukosit
dan deskuamasi epitel. Sekret mula-mula encer dan jernih kemudian berubah menjadi kental dan
lekat (mukoid) berwarna kuning mengandung nanah dan bakteri (mukopurulen). Toksin yang
berbentuk terbentuk terserap dalam darah dan limfe, menimbulkan gejala-gejala umum. Pada
stadium resolusi terjadi proliferasi sel epitel yang telah rusak dan mukosa menjadi normal
kembali.11

2.3.7

Diagnosis
Rinitis akut umumnya didiagnosis dari gambaran klinisnya. Walaupun pada dasarnya memiliki
tanda dan gejala yang hampir sama, tetapi terdapat juga beberapa karekteristik yang khas
membedakannya. Pada rinitis bakteri difteri, diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
kuman dari sekret hidung.8,12

2.3.8

Penatalaksanaan
Rinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah kurang lebih
12 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti
analgetik, antipiretik, nasal dekongestan dan antihistamin disertai dengan istirahat yang cukup.
Terapi khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri,
maka antibiotik perlu diberikan. Dekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak,
membuat pasien merasa lebih nyaman, namun tidak menyembuhkan.3,4,8

19

Lokal: tetes hidung, solution HCl ephedrine 1% dalam glucose 5%. Berfungsi untuk
melebarkan kavum nasi, pH sedikit asam yang akan menyebabkan eradikasi (desinfeksi) kuman
penyebab (mukosa cavum nasi normal pH =6,5 yaitu bersifat asam). Oleh karena lisozim
dinonaktifkan dalam suasana basa, maka setiap obat hidung harus mempunyai pH asam untuk
mencegah terjadinya aktivitas silia dan lisozim.
Umum: hindari tubuh kedinginan misalnya dengan mandi air hangat, makan makanan hangat,
pakaian hangat, tidur menggunakan selimut, dan sebagainya. Farmakologis untuk gejala sistemik
bisa diberika asetosal sebagai nlgetik dan antipiretik. Karena efek vasodilatasi perifernya,
asetosal bisa berfungsi sebagai penghangat tubuh. Bisa juga diberikan antihistamin untuk
mengurangi bersin-bersin.13
2.3.9

Pencegahan
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadnya rinitis akut adalah dengan menjaga
tubuh selalu dalam keadaan sehat. Dengan begitu dapat terbentuknya system imuitas yang
optimal yang dapat melindungi tubuh dari serangan za-zat asing. Istirahat yang cukup,
mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan olahraga yang teraturjuga baik untuk
menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, mengikuti program imunisasi lengkap juga dianjurkan,
seperti vaksinasi MMR untuk mencegah terjadinya rinitis eksantematous.8
Pencegahan tergantung kepada :9
Lebih sering mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah.
Memperkecil kontak dengan orang-orang yang telah terinfeksi.
Tidak berbagi sapu tangan, alat makan, atau gelas minum.
Menutup mulut ketika batuk dan bersin.
2.3.10 Komplikasi
a.
b.
c.
d.

Otitis media akut.


Sinusitis paranasalis.
Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laring, bronchitis, pneumonia.
Akibat tidak langsung pada penyakit-penyakti lain yaitu jantung dan asma bronkhial.

2.3.11 Prognosis
Rinitis akut merupakan self limiting disease umumnya sembuh dalam 7 -10 hari. Tapi dapat
lebih lama 3 minggu bila ada faringitis, laringitis atau komplikasi lain.12

Anda mungkin juga menyukai