Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

ANALISA KASUS

Sebelum dilakukan pembiusan, pasien mendapat obat anestesi premedikasi midazolam 3


mg dan fentanyl 100 mcg. Tujuan diberikannya premedikasi sebelum anestesi adalah agar pasien
merasa tenang dan meredakan kecemasan sebelum dilakukan pembedahan, dan juga untuk
memperlancar induksi. Midazolam merupakan obat golongan benzodiazepine yang memberikan
efek sedatif sehingga pasien menjadi lebih tenang. Fentanyl merupakan agonis opioid poten
turunan fenilpiperidin. Dosis 1-2 mcg/kgBB iv biasa digunakan untuk memberikan efek
analgetik saat dilakukan pembedahan.
Setelah diberikan premedikasi, pasien diinduksi menggunakan propofol dengan dosis 130
mg. Propofol merupakan obat anestesi intravena yang paling sering digunakan saat ini. Sifat
utama propofol adalah hipnotik. Setelah diinjeksi bolus, kadar propofol dalam darah menurun
cepat sebagai akibat redistribusi dan eleminasi. Setelah pemberian dengan dosis 2 mg/kgBB,
efek puncak sudah terlihat setelah 90-100 detik.
Untuk mempertahankan pasien agar terus dalam keadaan teranastesi, kemudian pasien
diberikan maintanance menggunakan inhalasi melalui laringeal mask airway (LMA). Walaupun
LMA tidak dapat menggantikan posisi ETT (khususnya pada prosedur operasi yang lama dan
yang memerlukan proteksi terhadap aspirasi) namun LMA mempunyai berbagai kelebihan.
LMA lebih mudah dimasukkan dan mengurangi rangsangan pada jalan nafas dibandingkan ETT
(sehingga dapat mengurangi batuk, rangsang muntah, rangsang menelan, tahan nafas,
bronchospame, dan respon kardiovaskuler) adalah dua keuntungan yang dimiliki LMA
dibandingkan ETT. Level anastesi yang lebih dangkal dapat ditoleransi dengan menggunakan
LMA dibandingkan ETT. Ditangan yang terampil, penempatan LMA dapat lebih mudah dan
lebih cepat dibandingkan menempatkan ETT, sehingga lebih memudahkan untuk resusitasi.
Trauma pada pita suara dapat dihindari karena LMA tidak masuk sampai ke lokasi pita suara.
Insidens kejadian suara serak setelah penggunaan LMA dapat dikurangi bila dibandingkan
dengan pemakaian ETT. Pemberian anestesi inhalasi N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas
ini bersifat anestetik lemah tetapi analgesik kuat. Pada anestesi inhalasi, N2O jarang diberikan

sendirian tetapi dikombinasi menggunakan salah satu cairan anestetik lain. Pada pasien ini
diberikan anestesi inhalasi berupa O2 2L/menit, N20 2L/menit, dan Isofluran 2 vol% sebagai
maintanance.
Selama operasi, kondisi pasien dalam keadaan stabil sehingga tidak diperlukan
penambahan obat-obatan lainnya. Kemudian setelah operasi selesai, pasien diberikan injeksi
Tramadol 100 mg, Ketorolac 30 mg, dan Ondansentron 4 mg. Ondansetron merupakan
antagonis selektif reseptor 5-HT3 menghambat mual dan muntah post operatif, karena agen
sitotoksik, maupun radiasi. Untuk penanganan mual dan muntah pasca-operasi injeksi dapat
diberikan secara intravena atau intramuskular tanpa pengenceran. injeksi diberikan sebagai
dosis tunggal 4 mg secara intramuskular atau melalui injeksi intravena lambat tidak kurang dari
30 detik (sebaiknya antara 2-5 menit), segera sebelum induksi anastesi atau diberikan segera
pasca-operasi apabila pasien mengalami mual dan muntah. Ketorolac tromethamine merupakan
suatu analgesik non-narkotik. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan
dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap
reseptor opiat. Dosis untuk bolus intravena harus diberikan selama minimal 15 detik. Mulai
timbulnya efek analgesia setelah pemberian IV maupun IM kira-kira 30 menit, dengan
maksimum analgesia tercapai dalam 1 hingga 2 jam. Durasi median analgesia umumnya 4
sampai 6 jam. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon pasien. Dosis
awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 1030 mg tiap 4 sampai 6 jam bila
diperlukan. Harus diberikan dosis efektif terendah. Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90
mg untuk orang dewasa dan 60 mg untuk orang lanjut usia. Tramadol (tramal) adalah analgesik
sentral dengan afinitas rendah pada resptor mu dan kelemahan analgesinya 10-20% dibanding
morfin. Tramadol dapat diberikan secara oral, i.m atau i.v dengan dosis 50-100 mg dan dapat
diulanh setiap 4-6 jam dengan dosis maksimal 400 mg per hari.

Anda mungkin juga menyukai