BAB I
PENDAHULUAN
. 2
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................
..........................
2.1
Definisi
3
2.2 Metode Anestesi
Umum 3
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Anestesi
Umum... 3
2.4 Keuntungan Anestesi
Umum.. 5
2.5 Kekurangan Anestesi
Umum... 5
2.6 Stadium
Anestesia. 7
2.7 Manajemen
Perioperativ... 14
2.8 Tatalaksana Jalan
Napas 15
BAB III
KESIMPULAN
.21
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi
menghilangkan
secara
rasa
umum
sakit
adalah
ketika
suatu
dilakukan
tindakan
pembedahan
yang
dan
disertai
hilangnya
kedasaran
dan
bersifat
reversible.
otot.
Praktek
anestesi
umum
juga
termasuk
prosedur
anestesi.
Tahapannya
mencakup
induksi,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri sentral
disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Dengan
anestesia umum akan diperoleh trias anestesia yaitu(1):
Hipnotik
Analgesia
Relaksasi otot
Hanya eter yang memiliki trias anestesia. Karena anestesi
modern saat ini menggunakan obat-obat selain eter, maka
anestesi diperoleh dengan menggabungkan berbagai macam
obat(1).
2.2
II.
III.
(volatile
agent)
dan
diberikan
dengan
O 2.
II.
ke vena
Koefisien partisi darah/gas yaitu rasio konsentrasi zat
anstetika dalam darah terhadap konsentrasi dalam
III.
jantung
Faktor Jaringan
Perbedaan tekanan parsial obat anestetika antara
(jaringan
kaya
pembuluh
kelompok
darah/JKPD,
darah/JSPD)
Faktor Zat Anestetika
Pontensi dari berbagai macam obat anestetika ditentukan
oleh
MAC
(Minimal
Alveolus
Consentrasion),
yaitu
anestetika tersebut.
Faktor Lain
Ventilasi: semakin besar ventilasi, semakin cepat
pendalaman anestesi
Curah jantung; semakin
tinggi
curah
jantung,
Suhu;
semakin
turun
suhu,
semakin
larut
zat
2.5
mungkin
memberikan
trauma
psikologis.
Memungkinkan melakukan prosedur yang lama
Memudahkan control penuh ventilasi pasien
2.6
yang
misalnya
penurunan kesadaran
Risiko komplikasi pasca bedah lebih besar
Memerlukan persiapan pasien lebih seksama
STADIUM-STADIUM ANESTESIA(3)
I.
Sadium Induksi
Periode dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai
hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat
mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa
sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan
II.
III.
sampai
Plana 1:
dikerjakan intubasi.
Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot
interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil
midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum
tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempuma
interkostal
paralisis
total,
pupil
sangat
2.7
MANAJEMEN PERIOPERATIVE
Keseluruhan periode anestesia dimulai sejak pra-anestesia dan
diakhiri pada periode pasca-anestesia. Ketiga periode ini dikenal
dengan periode perioperatif
I.
Periode Prabedah(1,4)
Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan baik
elektif maupun darurat harus dipersiapkan dengan baik
fisik
pasien
secara
A.
B.
rekreasional
Riwayat kematian anggota keluarga diatas meja
operasi
Pemerisaan Fisik(1)
Kemungkinan
dapat
kesulitan
diperkirakan
dari
ventilasi
bentuk
dan
intubasi
wajah,
leher
dan sebagainya.
Pasien dengan sesak nafas dapat dilihat dari
posisi;
berbaring,
setengah
duduk
atau
Pengamatan
dan
pemeriksan
ini
C.
D.
sesak.
Auskultasi dada untuk memeriksa jantung dan
paru.
Pemeriksaan Laboratorium(1)
Uji laboratorium hendaknya sesuai indikasi.
Kebugaran Untuk Anestesi
Pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu
untuk menyiapkan agar pasien dalam keadaan bugar,
sebaliknya pada operasi sito penundaan yang tidak
E.
yang
dapat
terjadim
maka
pasien
yang
Pasien
American
Socienty
Anesthesiologist)
membuat
ASA IV
berat yang
menyebabkan
mampuan melakukan
ketidak
aktivitas
rutin,
meninggal dalam
24jam
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat
G.
golongan
antokholinergik,
sedative,
dan
pasien,
yang
analgetik.
Tujuan(3):
Menimbulkan
rasanyaman
bagi
bebas
nyeri,
dan
mencegah
mual-
muntah
Mengurangi sekresi kelenjar dan mnekan reflak
vagus
Memperlancar induksi
Mengurangi dosis obat anesthesia
Mengurasi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah
obat
II.
PERIODE INTRABEDAH(3)
A. Persiapan Anestesia
Sebelum memulai anestesi
selayaknya
disiapkan
bedah
adalah
memastikan
sumber
listrik
Sumber gas,
10
terutama
O2
harus
disambungkan
dengan
mesin
stetoskop.
diperiksa
apakah
paru
diperlukan
kanan
untuk
dan
kiri
konfirmasi
bunya
setelah
inubasi
endotrakeal.
T
:
Tubes; ETT yang sesuai ukuran, diserati satu
ukuran
A
:
T
:
I
:
diatas
dan dibawahnya
Airway; Guedel atau pipa nasofaringeal
Tapes;
Introducer; kawat untuk memudahkan
intubasi
C
:
Connector;
penghubung
nafas
S
:
Suction;
mesin
ETT
dan sirkuit
penghisap
untuk
membersihkan jalan
nafas
Setelah STATICS dan persiapan lain siap, barulah
dipersiapkan obat yang akan digunakan. Ketika Pasien
masuk ruang bedah, ada dua hal pertama yang harus
dilakukan, yaitu emmastikan patensi akses intravena
dan memasang alat pantau pada pasien.
B. Pemantauan dan Pencatatan
Pada hakikatnya, semua system tubuh perlu dipantau
selama anesthesia. Semua perubahan dalam anesthesia
dicatat dalam rekam medis anestesia. Berbagai kejadian
yang tidak diinginkan dapat terjadi selama anesthesia
dan
pembedahan.
Komplikasi
ini
dapat
kejang,
infeksi.
2. Kv :
hipertensi,
hipovolemia,
hipotensi,
mengenai
cedera
atau
aritmia,
perdarahan
11
3. Pernapasan :
Intubasi
esophagus,
endobronkial,
aspirasi,
intubasi
hipoksia
dan
hipovolemia,
pneumothorax, atelektasis paru.
4. Gastrointestinal : Distensi abdomen, perdarahan.
5. Hapatorenal: Gangguan koagulasi, metabolisme,
gagal
6. Lain-lain :
ginjal akut
Gangguan
asambasa
elektrolit,
hipotermia,
hipertermia
Pemantauan
dasar
mendeteksi
dan
hal-hal
paling
yang
sedikit
harus
mengancam
dapat
nyawa
oleh
keperluan
pemantauan
tanda-tanda
vital
PERIODE PASCABEDAH
Periode pascabedah merupakan tindaklanjut dari kondisi
pra bedah dan intrabedah. Jika dinilai kondisi pasien tidak
memuaskan,
selayaknya
diputuskan
untuk
memantau
Nilai
2
1
0
2
1
12
batuk
0
Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan
Apneu
3. Sirkulasi:
perbedaan
dengan
tekanan
2
preanestesi
1
Perbedaan 20
0
Perbedaan 20-50
Perbedaan lebih dari 50
4. Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas
2
atas perintah:
1
4 ekstremitas
0
2 ekstremitas
Tidak dapat
5. Warna kulit
Normal
2
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik
1
Sianotik
0
Tabel 4 : Aldrettes score (dikutip dari daftar pustaka 3).
tersering
morbiditas
pasca
bedah
adalah
dapat
merupakan
akibat
dari
tingginya
13
Teknik Anestesi(1)
1. Inhalasi sungkup muka
Indikasi:
Pada
operasi
berlangsung
terlentang
Kontra Indikasi:
singkat
dan
sedang,
dan
posisi
nafas,
dengan
miring/telungkup
2. Inhalasi sungkup laring
Indikasi:
Pada
operasi
berlangsung
terlentang
Kontra Indikasi:
kecil
posisi
kecil
singkat
dan
sedang,
dan
posisi
nafas,
dengan
posisi
miring/telungkup
3. Inhalasi pipa endotrakea nafas spontan
Indikasi:
Pada operasi didaerah kepala-leher
dengan
posis
singkat dengan
terlentang,
memerlukan
maksimal
Kontra Indikasi:
berlangsung
laparotomy,
intra
kranial,
operasi
torakotomi,
dengan
posisi
yang
laparotomi,
obat
2.8
14
Anestiesia
umum
dilakukan
dengan
pemberian
obat-obat
obat
anestetik
dapat
digunakan
untuk
induksi
dengan
anestetika
disosiatif
4. Etomidat
Kerjanya pada GABA tidak secara langsung. Tidak dianjurkan
diberikan dua kali bolus, mempunyai efeksamping mendepresi
korteks adrenal
5. Midazolam
Golonga benzodeazepin. Mempunyai awitan yang cepat, dan
mempunyai efek amnesia anterograd.
6. Opioid
Di Indonensia yang sering digunakan fentanyl dan sufentanil.
Fentanyl dikemas steril dalm bentuk ampul 2 dan 10ml, tiap
ml mengandung 50 g. Dosis fentanyl 2-50g/kg onset 5-10
menit dengan durasi 2-3 jam (intra-operative-anesthesia) 0,51,5g (post-opertive-analgesia) onset 2 menit dengan durasi
45 menit. Selain fentanyl juga ada morfin dan petidin. Morvin
mempunyai kekuatan 10x dari petidin, berarti dosis morfin
sepersepuluh dari dosis petidin, dan fentanyl 100 kalo dari
petidin(1). Efek samping membuat mata miosis, hipotensi,
bradikardi, mual, muntah, pengososngan labung terhambat,
spasme traktus biliaris. Droperidol dapat diberikan untuk
menghindari mual muntah. Obat gologan MAO inhibitor harus
diberhentikan 2 minggu sebelum operasi.
7. Anestetika inhalasi
Obat anestesia inhalasi adalah obat berupa gas atau cairan
yang mudah menguapdan diberikan melalui pernapasan
pasien. Campuran gas atau uap obat anestesia dan oksigen
15
paru
sesuai
dengan
sifat
masing-masing
gas.
pada
muscle-end
plate,
menghalangi
anatomi
jalan
napas
secara
baik
dan
benar.
Hidung
Menuju nasofaring
Mulut
Menuju orofaring
Hidung dan mulut dibagian depan dipisahkan oleh palatum
durum dan palatum molle dan dibagian belakang bersatu di
hipofaring. Hipofaring menuju esophagus dan laring dipisahkan
oleh epiglotis menuju ke trakea. Laring terdiri dari tulang rawan
tiroid, krikoid, epiglotis dan sepasang aritenoid, kornikulata dan
kuneiform(4).
1. Manuver Tripel Jalan Napas
Terdiri dari:
16
Mandibula
mandibula
Mulut dibuka
didorong
ke
depan
pada
kedua
angulus
berlubang
dengan
ujung
menyerupai
sendok
yang
17
laring
ialah
mencegah
bedan
asing
masuk
paru.
Pilar Faring
Uvula
Palatum Molle
Tabel 3 : Tampakan rongga mulut saat mulut terbuka lebar dan lidah menjulur
maksimal (dikutip dari daftar pustaka 4).
18
anatomi,
bedah
kasus,
bedah
posisi
khusus,
C. Komplikasi Intubasi
1. Selama intubasi
a. Trauma gigi geligi.
b. Laserasi bibir, gusi, laring.
c. Merangsang saraf simpatis.
d. Intubasi bronkus.
e. Intubasi esophagus.
f. Aspirasi.
g. Spasme bronkus.
2. Setelah ekstubasi
a. Spasme laring.
b. Aspirasi.
c. Gangguan fonasi.
d. Edema glotis-subglotis.
e. Infeksi laring, faring, trakea.
D. Ekstubasi
1. Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika:
a. Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan
b. Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi
19
20
KESIMPULAN
perencanaan
anastesi,
merencanakan
prognosis,
serta
pemberian
anestesi
umum
dapat
berupa
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku, Gde Tjokorda Gde Agung. Buku Ajar Ilmu Anestesia
dan Reanimasi. Jakarta : Indeks. 2010.
2. Soenarjo , Jatmiko HD. Anestesi Umum . Dalam : Anestesiologi.
Edisi Pertama , Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ,
2010.
3. Soenarto, Ratna F. Chandra, Susilo. Buku Ajar Anestesiologi.
Jakarta : Departemen Anestesiologi dan Intensive Care.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto
Mangunkusumo, 2012.
4. Said A.Latief dkk. Anestesi Umum . Dalam : Anestesiologi .
Edisi
Kedua,
Bagian
Intensif.Jakarta:Fakultas
Anestesiologi
Kedokteran
dan
Universitas
Terapi
Indonesia,
2002.
5. General
Anaesthesia
dikutip
dari
http://www.nlm.nih.gov/mdlineplus/ency/article/0074
:
pada
22