Anda di halaman 1dari 31

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
LG-SIMON (Leaky Gut Syndrome Immunotherapy Intravenous) :
Pemanfaatan Immunoglobulin (IgG) pada Kolostrum Sapi untuk Terapi
Imun Sindrom Kebocoran Usus Secara Intravenous
BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :

Wiwi Anggraeni
Yuli Fitria Sari
Triana Fakuwita
Miftahul Munir
Ashri Almiahsari

NIM. 13505010111192 / Angkatan 2013


NIM. 13505010111197 / Angkatan 2013
NIM. 135100200111009 / Angkatan 2013
NIM. 125050100111125 / Angkatan 2012
NIM. 135070501111024 / Angkatan 2013

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN. vi
RINGKASAN .................................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan
......................................................................................... 2
1.4 Luaran ............................................................................................. 2
1.5 Manfaat
............................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Leaky Gut Syndrome ........................................................................ 3
2.2 Kolostrum ............................................................................................ 3
2.3 Immunoglobulin .............................................................................. 4
2.4 Intravena
...................................................................................... 4
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 5
3.1 Tahapan Penelitian
....................................................................... 5
3.1.1 Lokasi Penelitian ........................................................................ 5
3.1.2 Pengambilan Sampel dan Pemisahan Whey Kolostrum ............ 5
3.1.3 Pemisahan IgG ............................................................................ 5
3.1.4 Pemeliharaan Tikus .................................................................... 6
3.2.4 Pemberian antibiotik dan IgG .................................................... 6
3.2.5 Uji urin ....................................................................................... 6
3.2 Indikator Capaian ............................................................................. 6
3.3 Variabel yang Diamati ......................................................................... 7
3.4 Teknik Pengambilan Data .................................................................... 7
3.5 Analisis Data ...................................................................................... 8
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................................... 8
4.1 Anggaran Biaya
.............................................................................. 8
4.2 Jadwal Kegiatan .................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 9

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P ................................................ 8

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Intravena pada tikus ...................................................................... 4


Gambar 2. Cara memegang tikus .................................................................. 4
Gambar 3. Cara menghandel tikus untuk pemberian obat baik injeksi maupun
peroral ............................................................................................................ 5
Gambar 4.Alat untuk penghandel hewan laboratorium khusus hewan pengerat
(rodensia). ...................................................................................................... 5
Gambar 5. Diagram Penelitian Pendahuluan .................................................. 7
Gambar 6. Diagram Penelitian Utama ............................................................ 8

DAFTAR LAMPIRAN
LAMIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pembimbing
yang ditandatangani (Lampiran 3.2) ..........................................................
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan (Lampiran 3.3) ....................
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
(Lampiran 3.4)............................................................................................
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti (Lampiran 3.5)................

11
11
20
22
24

vi

LG-SIMON (Leaky Gut Syndrome Immunotherapy Intravenous) :


Pemanfaatan Immunoglobulin (IgG) pada Kolostrum Sapi untuk Terapi
Imun Sindrom Kebocoran Usus Secara Intravenous
Wiwi Anggraeni,Yuli Fitria S,Triana Fakuwita, Miftahul Munir,Ashri Almiahsari
Ringkasan
Leaky Gut Syndrome adalah kerusakan tubuh utama (berupa goresan) yang
terdapat pada lapisan-lapisan usus yang lebih mudah menipis (keropos).
Immunoglobulin yang terdapat dalam kolostrum sapi merupakan pilihan utama
untuk mencegah penyakit ini. Kolostrum pada sapi mengandung immunoglobulin
yang tinggi dibanding ASI. Immunoglobulin (IgG) hanya ada sebanyak 2% pada
kolostrum manusia sedang pada sapi mengandung IgG 80% atau 40x IgG
kolostrum manusia. Kolostrum bisa didapatkan dalam jumlah banyak karena
kebutuhan anak sapi lebih sedikit dari jumlah kolostrum yang dikeluarkan induk
sapi, akan tetapi pemanfaatan kolostrum untuk kesehatan masih dalam bentuk
susu, oleh karena itu dibutuhkan alternative lain untuk penggantinya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian immunoglobulin (IgG)
terhadap Leaky Gut Syndrome.
Penelitian ini akan menggunakan 30 ekor tikus putih( Rattus norvegicus)
jenis Strain wistar yang berusia 3 bulan dengan berat 200-300 g.Penelitian ini
akan dilakukan di Universitas Brawijaya. Pengambilan IgG akan dilakukan di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, pemeliharaan dan intravena tikus
dilakukan di Laboratorium Farmakologi, tes urin dilakukan di Poliklinik
Universitas Brawijaya
Metode pemurnian immunoglobulin (IgG) dengan sentrifugasi. Metode
penelitian menggunakan 5 perlakuan. Perlakuan dilakukan pada 30 ekor tikus
putih jantan jenis Strain wistar berusia 3 bulan yang ditempatkan dalam kandang
metabolit dan terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu: kelompok 1 merupakan
pemberian 20 mg/kg bb antibiotik ,kelompok 2 merupakan pemberian 20 mg/kg
bb IgG, kelompok 3 merupakan pemberian 30 mg/kg bb antibiotik selama 1 bulan
kemudian 40 mg/kg bb IgG selama 1 bulan, kelompok 4 merupakan pemberian
40 mg/kg bb antibiotik selama 1 bulan kemudian 30 mg/kg bb IgG selama 1
bulan, kelompok 5 merupakan pemberian 40 mg/kg bb antibiotik selama 1 bulan
kemudian 40 mg/kg bb IgG. Variabel yang diamati adalah jumlah laktulose dan
mannitol yang ada di urine, intravenous IgG pada tikus, reaksi antibiotik terhadap
usus dan pengaruh IgG terhadap kebocoran usus. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini dianalisa secara statistika deskriptif.

Kata Kunci :Leaky Gut Syndrome, Kolostrum, Immunoglobulin

vii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekitar 70% penduduk diperkirakan menderita Leaky Gut Syndrome data
dari International Center for Nutritional Research (http://www.icnr,org).
Sekitar 90% penyakit masuk melalui gastrointestinal (usus) terutama pada
anak yang baru lahir (neonatus) sehingga dibutuhkan suatu perlindungan yang
mampu mencegah hal tersebut. Kondisi ini memerlukan faktor kekebalan yang
dapat menghalangi kuman patogen masuk ke dalam saluran gastrointestinal
(usus). Faktor kekebalan ini dapat diperoleh dalam bentuk kolostrum dari induk
sapi.
Sindrom Kebocoran Usus adalah nama yang diberikan kepada gangguan
kesehatan yang sangat umum, yaitu kerusakan tubuh utama (berupa goresan)
terdapat pada lapisan-lapisan usus yang lebih mudah menipis (keropos). Ada
ruang yang tidak normal antara sel-sel dinding usus yang memungkinkan
masuknya bahan-bahan beracun ke dalam aliran darah yang dalam kondisi sehat
bahan-bahan beracun tersebut akan dibersihkan dan dibuang. Jika usus menjadi
bocor akan mengakibatkan bakteri, jamur, parasit, toksin, protein yang tidak
tercerna, lemak dan kotoran masuk melewati usus yang rusak, menipis, keropos,
atau bocor. Padahal dalam kondisi usus sehat bahan-bahan tersebut biasanya tidak
terserap masuk ke dalam aliran darah. Kolostrum adalah satu-satunya zat yang
dapat menutup lubang dilapisan usus (Wyatt, 2014).
Penderita sindrom kebocoran usus kurang kuat melawan virus, bakteri,
parasit, dan infeksi jamur. Sindrom kebocoran usus tidak dapat diatasi secara
medik konvensional dengan penggunaan antibiotik atau obat-obatan kimia karena
akan semakin membuat kebocoran usus bertambah parah,sehingga satu-satunya
solusi pertimbangan hanya menggunakan pendekatan-pendekatan alami non obatobatan kimia, dan pendekatan makanan yang menyehatkan. Kolostrum kaya akan
sel aktif imunitas (kekebalan) tubuh, antibodi, dan protein protektif lainnya.
Kolostrum mengandung zat antibodi immunoglobulin yang berperan sebagai
pelindung area yang mudah terserang bakteri, seperti selaput paru-paru, usus dan
tenggorokan. Immunoglobulin yang terkandung dalam kolostrum akan diserap
oleh jaringan epitel pada usus dan menghasilkan lapisan lendir yang berfungsi
untuk melindungi usus pada saat mencerna (Rahmayanti, 2010).
Immunoglobulin (IgG) merupakan komponen terpenting dalam kolostrum
sejenis protein khusus yang dihasilkan tubuh (oleh sel limposit B) sebagai respons
spesifik mikroba. Kolostrum sapi mengandung semua kelompok immunoglobulin
yang ditemukan dalam kolostrum manusia yaitu IgG, IgA, IgE, IgD dan paling
berlimpah adalah IgG sekitar 2%, sedangkan kolostrum sapi mengandung IgG
hingga 80% atau 40 kali dari jumlah IgG kolostrum manusia (Bruce, C.E. 1969).
Menurut Esfandiari et al. (2003) induk sapi perah rata-rata menghasilkan
6-8 liter kolostrum dihari pertama setelah melahirkan, sedangkan anak sapi hanya

mengkonsumsi 4-5 liter/hari. Pada hari kedua dan selanjutnya produksi kolostrum
akan meningkat dengan kenaikan antara 1-2 liter/hari/ekor induk sapi. Oleh
karena itu dalam tiga hari akan ada kelebihan kolostrum sekitar 9-12 liter/ekor
induk sapi yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi manusia.
Statistik menunjukkan bahwa sekitar 75-90% dari populasi telah
dipengaruhi oleh intoleransi makanan dan kepekaan. Penelitian menunjukkan
bahwa Leaky Gut Syndrome mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Leaky
Gut Syndrome adalah suatu kondisi lemah kronis yang sering tidak terdiagnosis
oleh profesional medis. Banyak yang tidak mengakui tentang kondisi yang ada
ini. Akibatnya, banyak orang tidak mengetahui sehingga mereka saat ini
berurusan dengan gejala yang disebabkan oleh usus bocor yang telah berkembang
dari waktu ke waktu. Kita perlu menekankan masalah ini sangat nyata dan bahkan
lebih penting, kemudian kita perlu memahami bagaimana untuk menghentikan
perkembangan itu
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mencegah penyakit Leaky Gut Syndrome?
2. Bagaimana pengobatan Leaky Gut Syndrome tanpa medic konvensional?
3. Bagaimana
pemanfaatan
kolostrum
sapi
yang
mengandung
Immunoglobulin (IgG) lebih tinggi daripada kolostrum manusia?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk memberikan
suatu cara pencegahan penyakit Leaky Gut Syndrome. Pengobatan alternative
yang ditawarkan dengan memanfaatkan kolostrum sapi yang sebelumnya kurang
optimal pemanfaatannya, sehingga penyakit yang pengobatannya tidak bisa
dilakukan dengan cara medik konvensional dapat dilakukan dengan alternative
lain.
1.4 Luaran
Menggunakan kolostrum sebagai obat injeksi penyakit Sindrom
Kebocoran Usus yang bermanfaat, artikel ilmiah penelitian,dan dipublikasi dalam
seminar.
1.5 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan solusi alternative untuk
pengobatan Leaky Gut Syndrome bagi industri farmasi secara global. Penggunaan
immunoglobulin (IgG) yang tardapat dalam kolostrum sapi berpotensi
menetralisir bakteri, racun, virus, jamur dan beberapa parasit sehingga akan
mencegah Leaky Gut Syndrome dan dapat memberikan keuntungan ekonomis
bagi peternak ataupun dunia farmasi berupa peningkatan produksi. Hasil
penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan inovatif bagi
perkembangan ilmu Teknologi Hasil Ternak, terutama penggunaan kolostrum sapi
untuk mencegah penyakit.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Leaky Gut Syndrome
Pemberian antibiotik yang terlalu sering menyebabkan terbunuhnya
lactobacillus di usus, akibatnya terjadilah yeast overgrowth di saluran pencernaan.
Bentuk mycelium dan chlamydospore dari jamur candida albicans bisa melakukan
invasi ke dalam jaringan, sedangkan bentuk yeast biasanya berkelompok dalam
crypta intestin sehingga sulit dideteksi. Jamur dan yeast ini menempel pada
dinding usus sambil mengeluarkan toxin yaitu gliotoxins dan immunotoxins
lainnya yaitu mannan yang dapat melemahkan sistem imunitas tubuh. Akhirnya
terjadi lagi reinfeksi dan diberi lagi antibiotik yang akan membunuh bakteri
komensal dalam usus, terjadilah vicious cycle. Yeast juga memproduksi suatu
enzim seperti phospholipase ( phospholipid breakdown ) dan protease ( protein
breakdown ). Enzim ini dapat merusak mukosa usus sehingga timbul lubanglubang kecil di mukosa usus, ditambah dengan adanya hipermeabilitas dinding
usus maka terjadilah Leaky Gut Syndrome ( Ratnawati, 2003 ).
Diagnosis Leaky Gut Syndrome dapat dilakukan dengan metode
memonitor permeabilitas intestinal, permebilitas intestinalnya diukur dengan cara
mengukur kemampuan dua molekul gula non metabolit yaitu mannitol dan
lactulose . Mannitol mudah diabsorpsi dan dipakai sebagai marker/petanda dari
uptake transcellular, sedangkan lactulose hanya sedikit diabsorpsi dan dipakai
sebagai marker/petanda integritas mukosa. Mannitol (monosakarida) secara pasif
ditransport melalui epitel usus, rata-rata yang diabsorpsi yaitu 14 % dari dosis
yang diberikan dengan range 5% - 25%. Sebaliknya intestin impermeabel
terhadap laktulose (disakarida), yang diabsorpsi hanya < 1 %. Perbedaan ekskresi
lactulose dan mannitol di urin kemudian diukur. Ratio normal lactulose / mannitol
di urin yaitu < 0,03. Ratio yang lebih tinggi menandakan adanya Leaky Gut akibat
rusaknya tight junction. Test lactulose / mannitol ini dilakukan dalam keadan
puasa dan dilakukan dua kali ( Ratnawati, 2003 ).
2.2 Kolostrum
Dr.C.E.Bruce menunjukkan bahwa kolostrum manusia hanya
mengandung 2% IgG (immunoglobulin yang terpenting untuk tubuh), sementara
dalam kolostrum sapi mengandung IgG 40x lebih banyak. Berita baiknya,
kolostrum sapi mudah untuk didapatkan dalam jumlah yang besar (Bruce, C.E.
1969).
Selain kaya nutrisi, kolostrum mengandung komponen bioaktif dalam
jumlah besar, di antaranya immunoglobulin. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsentrasi IgG total hasil pemerahan pertama cukup tinggi, dengan
konsentrasi sebesar 25.753,13mg.ml. Imunoglobulin utama yang terkandung di
dalam kolostrum sapi adalah immunoglobulin gamma (IgG), oleh karena itu,
kolostrum merupakan sumber lgG yang sangat bermanfaat (Esfandiari, 2008).

2.3 Immunoglobulin
Imunoglobulin seperti protein lain dapat mengalami kerusakan bila
terpapar temperatur tinggi. Green et al. (2003) melakukan pasteurisasi kolostrum
dengan pendekatan High Temperature Short Time (HTST). Kolostrum
dipasteurisasi dengan suhu 72 C selama 15 detik. Perlakuan tersebut menurunkan
konsentrasi IgG rata-rata sebesar 28,4%. Penelitian lain menunjukkan bahwa IgG
dalam kolostrum yang dipasteurisasi dengan suhu 71,7 C selama 15 detik
menurunkan konsentrasi IgG sampai 25% (Stabel et al. 2004). Penelitian
McMartin et al. (2006) memperlihatkan bahwa pemanasan kolostrum dengan
suhu 60 C dalam waktu 120 menit tidak mempengaruh konsentrasi IgG. Selain
itu, perlakuan tersebut juga tidak mengubah viskositasnya. Pasteurisasi
konvensional pada suhu 63 C selama 30 menit hanya menurunkan 12,3% IgG
(Melyan et al. 1995).
2.4 Intravena
Antibodi jika diberikan secara oral akan melewati proses pencernaan
sebelum dapat menimbulkan efek, pH rendah pada lambung akan menurunkan
konsentrasi imunoglobulin secara signifikan. Imunoglobulin susu juga didegradasi
dalam saluran pencernaan oleh enzim proteolitik seperti pepsin, tripsin,
kemotripsin, karboksipeptidase, dan elastase. Imunoglobulin dipecah menjadi
fragmen F(ab)2, Fab, dan Fc ( Mehra et al 2006 ).
Injeksi adrenalin dilakukan secara intra vena pada ekor tikus, yang
dilakukan dengan cara; 1)masukkan tikus ke dalam kotak berlobang, sehingga
ekor bisa ditarik keluar, 2) kompres ekor tikus dengan kapas yang dibasahi air
hangat selama sekitar 5 menit agar terjadi vasodilatasi vena, 3) injeksi vena
dengan kemiringan 15 derajat, lalu diaspirasi. Apabila telah yakin jarum sudah
masuk ke dalam vena (spuit terdapat darah saat diaspirasi), maka injeksi perlahan
dilakukan (Maliya,2008).

Gambar 1. Intravena pada tikus

Gambar 2. Cara memegang tikus

Gambar 3. Cara menghandel tikus untuk pemberian obat baik injeksi maupun
peroral.

Gambar 4. Alat untuk penghandel hewan laboratorium khusus hewan pengerat


(rodensia).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tahap Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel akan dilakukan di daerah Pujon sebagai sentra sapi
perah tertinggi di Malang. Perawatan dan intravena tikus putih akan dilakukan di
Laboratorium Farmakologi, ekstraksi immunoglobulin (IgG) dilakukan di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, uji urine dilakukan di Poliklinik
Universitas Brawijaya.
3.1.2 Pengambilan Sampel dan Pemisahan Whey Kolostrum
Sampel kolostrum dari hasil pemerahan pertama sapi setelah melahirkan
diambil sebanyak 800 ml dipanaskan pada suhu 60C selama 120 menit agar
konsentrasi IgG tidak berkurang. Skim kolostrum dipisahkan dari kolostrum
dengan cara sentrifugasi (12.000 rpm) selam 30 menit pada suhu 4C. Skim
kolostrum yang didapatkan ditambah dengan HCL 2 N hingga pH 4,6. Endapan
kasein yang terbentuk dipisahkan dari whey dengan menggunakan sentrifugasi
(12.000 rpm) selama 30 menit pada suhu 4C. Whey asam ini dinetralkan ke pH
6,8 dengan NaOH 2 N dan disentrifugasi kembali (I2.000 rpm) selama 30 menit
pada suhu 4C. Supernatan diambil untuk pemisahan immunoglobulinnya.
3.1.3 Pemisahan IgG
Pemisahan immunoglobulin (IgG) dari whey kolostrum dilakukan dengan
metode ekstraksi misel terbalik. Whey kolostrum diencerkan sampai 5 kali

volume awalnya dengan 50 mM phosphate buffer pH 6.35 yang mengandung 100


mM sodium klorida. Larutan tersebut kemudian dicampur dengan isooctane yang
mengandung 50 mM bis-(2-ethylhexyl) natrium sulfosuccinate (AOT) dengan
volume yang sama, dan disentrifugasi pada 200 rpm pada 25 C selama 10 menit.
Setelah ekstraksi, campuran dipisahkan ke fase air dan fase misel terbalik dengan
sentrifugasi.
3.1.4 Pemeliharaan Tikus
Tikus yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) jenis
strain wistar yang berusia 3 bulan dengan berat 200-300 g yang diperoleh dari
BPOM Surabaya. Tikus yang digunakan berjumlah 30 ekor dan ditempatkan pada
kandang metabolit dimana 1 kandang berisi 6 tikus. Tikus diadaptasikan selama 5
hari dengan pemberian ransum standar BPOM. Setelah 5 hari tikus diberi
perlakuan.
3.1.5 Pemberian antibiotik dan IgG
Pemberian antibiotik dilakukan secara oral dengan menggunakan sonde
lambung. Pemberian antibiotik jenis tetracycline sesuai dengan Farmakope
Indonesia III 20 mg/kg bb, 30mg/kg bb dan 40 mg/kg bb 4 kali sehari Sementara
pemberian IgG dilakukan secara Intravena/intravenous melalui pembuluh darah
tikus dengan dosis yang sama dengan dosis antibiotik 2 kali seminggu. Perlakuan
dilakukan pada 30 ekor tikus jantan jenis Strain wistar yang terbagi menjadi
beberapa kelompok,yaitu:
1. Kelompok 1 merupakan pemberian 20 mg/kg bb antibiotik.
2. Kelompok 2 merupakan pemberian 20 mg/kg bb IgG.
3. Kelompok 3 merupakan pemberian 30 mg/kg bb antibiotik selama 1 bulan,
kemudian 40 mg/kg bb IgG selama 1 bulan.
4. Kelompok 4 merupakan pemberian 40 mg/kg bb antibiotik selama 1 bulan,
kemudian 30 mg/kg bb IgG selama 1 bulan.
5. Kelompok 5 merupakan pemberian 40 mg/kg bb antibiotik selama 1 bulan,
kemudian 40 mg/kg bb IgG.
3.1.6 Uji Urin
Sebelum perlakuan tikus dipuasakan selama 18-24 jam lalu diberi louding
dose dengan air hangat dosis 50 ml/kg bb secara oral. Lalu diberi minuman berupa
campuran 5 gr mannitol dan 5 gr lactulose dengan menggunakan sonde lambung
Setelah 6 jam diukur jumlah laktulose dan mannitol yang ada di urine. Urine
ditampung dalam gelas piala. Jika di urine didapatkan lactulose berarti usus telah
mengabsorpsinya. Pada keadaan normal lactulose yang diabsorpsi < 215 mg, tapi
pada Leaky Gut Syndrome dapat mengabsorpsi sampai 500 mg.
3.2 Indikator Capaian
1. Lokasi Penelitian : Pada tahap ini ditentukan tempat yang akan dijadikan
tempat penelitian.
2. Pengambilan Sampel dan Pemisahan Whey Kolostrum : Pada tahap ini
diperoleh sampel yang akan diuji.

3. Pemisahan IgG : Tahap ini merupakan perkembangan tahap pemisahan


whey sehingga diperoleh IgG secara murni.
4. Pemeliharaan Tikus : Pada tahap ini diperoleh hewan coba yang sesuai
standar penelitian.
5. Pemberian antibiotik dan IgG : Tahap ini merupakan tahap awal untuk
memperoleh dan menyusun data.
6. Tes urin : Tahap ini merupakan perkembangan tahap pemberian antibiotik
dan IgG sehingga diperoleh perbandingan data penelitian.
3.3 Variabel yang Diamati
1. Jumlah laktulose dan mannitol yang ada di urine.
2. Intravenous IgG pada tikus.
3. Reaksi antibiotic terhadap usus.
4. Pengaruh IgG terhadap kebocoran usus.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama merupakan penelitian
pendahuluan serta tahap kedua merupakan penelitian utama. Penelitian
pendahuluan meliputi (1) persiapan kolsotrum untuk pengekstraan (2) pemurnian
IgG. Penelitian utama meliputi (1) pemeliharaan tikus dikandang metabolit (2)
pemberian antibiotik dan IgG (3) pengujian urin tikus.
Penelitian Pendahuluan
Kolostrum
di
pasteurisasi
di suhu
60C selama
120 menit

Pengenceran
whey 5 kali
volume awal
dengan 50mM
phosphate
buffer pH
6,35(100 mM
sodium
klorida)

Sentrifuga
si 12000
rpm 30
menit suhu
4C

HCL 2n
pH 4,6(
sentrifugas
i 12000
rpm 30
menit 4C

Larutan
dicampur
dengan
isooctane(50
mM bis-(2ethylhexyl)
natrium
sulfosuccinate
(AOT) ) pada
volume yang
sama

NaOH 2 N
pH 6,8
(sentrifuga
si 12000
rpm 30
menit 4C)

Sentrifugasi
200 rpm 25C
10 menit

Gambar 5. Diagram Penelitian Pendahuluan

= Whey

Pemishan ke
fase cair dan
fase misel
terbalik
dengan
sentrifugasi
sampai
terbentuk
supernatan

Penelitian Utama

Tikus
dalam
kandang
metabolit
diadaptasik
an selama
5 hari
dengan
ransum
standar
BPOM

Tikus diberi
Antibiotik
selama 1
bulan
dengan dosis
dan
perlakuan
yang sudah
ditentukan

Tikus dites
urinnya

Tikus
diberi
Ekstrak
IgG
selama
satu bulan
dengan
dosis dan
perlakuan
yang
sudah
ditentukan

Tikus
dites
urinnya

Gambar 6. Diagram Penelitian Utama


3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa secara statistika
deskriptif. Statistika deskriptif adalah bidang statistika yang membicarakan cara
atau metode mengumpulkan, menyederhanakan, dan menyajikan data sehingga
bisa memberikan informasi.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Tabel 2.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P
No Jenis pengeluaran
1 Peralatan Penunjang
2 Bahan Habis Pakai
3 Perjalanan
4 Lain-lain
Jumlah(Rp)
4.2 Jadwal Kegiatan
Lampiran 3.1 Jadwal Kegiatan
No Bulan
1
2
Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4
Jenis Kegiatan
1
Persiapan bahan
2
Persiapan
laboratorium
3
Adaptasi tikus
4
Pengekstakan dan

Biaya (Rp)
3.068.000
4.150.000
2.480.000
1.625.000
11.323.000

3
4
1 2 3 4 1 2 3 4

5
6
7
8
9
10
11

koleksi
Immunoglobulin
Pemberian
antibiotik
Tes urin
Pemberian
immunoglobulin
Tes urin
Tabulasi dan
analisis data
Pembuatan paper
Pembuatan
laporan akhir

Daftar Pustaka
Bruce, CE. 1969 Natural History, , Feb. Dr. C. E. Bruce demonstrates that human
contains only 2% IgG (the bodys most important immunoglobulin) while
contained a phenomenal up to 20 times that amount.
Esfandiari A, Widhyari SD, Wibawan IWT, Sajuthi D, Sutama IK. 2003.
Pemanfaatan Keterlimpahan Kolostrum Sapi sebagai Sumber
ImunoglobulinPengganti dalam Rangka Transfer Kekebalan Pasif pada
Anak Kambing Neonatus. Laporan Penelitian Hibah Bersaing XVI.
Lembaga Penelitian danPemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian
Bogor
Esfandiari A, Wibawan IWT, Murtini S, Widhyari SD, Prasetyo BF. 2008.
Produksi Kolostrum Antivirus Avian Influenza Dalam Rangka
Pengendalian Inveksi Virus Fluburung. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
13(2): 69-79.
Maheswari RRA, Setiawan J, Mulyanto S. Batubara I, Sumantri C, Farajallah A.
2007. Lactoferrinn Identification on Kacang Goat Milk Using Single
Radial Immunodifusion and Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrylamyde
Gel Electrophoresis Methods. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
12(3):163-172.
Maliya A, Pratiwi A. 2008. Pengaruh Pemberian Perasan Pare Terhadap Profil
Lipid Serum Tikus Wistar. Jurnal Kesehatan.1(2): 91-96.

10

McMartin S, Godden S, Metzqer L, Feirtaq J, Bey R, Stabel J, Goyal S, Fetrow


J,Meylan M, Rings M, Shulaw WP, Kowalski JJ, Bech-Nielsen S, Hoffsis
GF. 1995. Survival of Mycobacterium paratubercolosis and Preservation
ofImmunoglobulin G In Bovine Colostrum Under Experimental Condition
Simulation Pasteurization. Am J Vet Res.57:1580-1585.
Mehra R, Marnila P, Korhonen H. 2006.Milk Immunoglobulins for Health
Promotion. Int Dairy J.16(11): 1262-1271.
Ratnawati, H.2003.Leaky Gut sebagai Penyebab
pada ASD JKM. 2(2): 42-55

Gangguan Gastrointestinal

Stabel JR, Hurd S, Calvente L, Rosenbusch RF. 2004. Destruction of


Mycobacterium Paratuberculosis, salmonella spp., and Mycoplasma
spp.in Raw Milk by A Commercial onfarm high-temperature, short-time
Pasteurizer. J Dairy Sci. 87: 21772183.
Su CK, Chiang BH. 2003. Extraction of Immunoglobulin-G from Colostral Whey
by Reverse Micelles. J Dairy Sci. 86:16391645.
Wells S, Jones HC. 2006. Heat treatment of bovine colostrum. I: effect of
temperature on viscosity and immunoglobulin G level. J Dairy Sci.
89(6):2110-2118.
Wu M, Wang X, Zhang Z, Wang R. 2014. Isolation and Purification of Bioactive
Proteins from Bovine Colostrum.www.intechopen.com: di akses pada 23
september 2014 pukul 9:53 am WIB
Wyatt, DA.2014. Leaky Gut Syndrome & Bovine Colostrum. Director of Research
Center for Nutritional Research. www.centerfornutritionalresearch.org:
diakses pada 19 september 2014 pukul 11:02 am W

11

12

13

14

15

16

3.2.3 Biodata Dosen Pembimbing


A. IdentitasDiri
1
Nama lengkap (dengan Firman Jaya,S.Pt.,MP
gelar)
Jabatan Fungsional
Asisten Ahli
2
Jabatan Struktural
3
Golongan/ Pangkat
III-B/ Penata Muda Tk. II
4
NIP/NIK/Identitas
19820308 201012 1 001
5
lainnya
NIDN
0008038205
6
Tempat dan Tanggal
Bandung, 8 Maret 1982
7
Lahir
Alamat Kantor
Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas
8
Peternakan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang 65145
Nomor Telepon/Faks
0341-575852, 553513/ 0341-584727
9
Alamat email/ website
fapet@ub.ac.id/www.fapet.ub.ac.id
10
Alamat Rumah
Jl. Watu Gilang 17 A Malang 65145
11
Nomor Telepon/Faks/
- / Hp. 081 334656604
12
HP
Alamat e-mail/ blog
firmanjaya@ub.ac.id
13
lone_manutd@yahoo.com
www.firmanjaya.lecture.ub.ac.id
Lulusan yang Telah
14
Dihasilkan
Keahlian
Senyawa bioaktif madu, susu dan
15
mikrobiologi
Mata Kuliah yang
1. Agribisnis Aneka Ternak
16
Diampu
2. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Susu
3. Mikrobiologi
4. Peralatan dan Teknik Analisis
Laboratorium
5. Biokimia
6. Penanganan Hasil Ternak
B. Riwayat Pendidikan
S1
S2
S3
Nama
Perguruan
Tinggi
Bidang Ilmu

Universitas
Brawijaya

Universitas
Brawijaya

Teknologi Hasil
Ternak

Teknologi Pangan

17

Tahun MasukLulus
Judul
Penelitian

2000-2006

2006-2008

Pengaruh
Pemberian Ekstrak
Propolis terhadap
Sistem Kekebalan
Seluler
pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus)
Strain Wistar

Efek Proses
Pemanasan pada
Aktifitas Antioksidan
Rimpang Jahe Gajah
(Zingiber officinale
roscoe) dan
Pemanfaatan Madu
sebagai Antioksidan
Alami untuk
Minuman Fungsional
- Prof.Dr.Ir.Hari
Purnomo, M.App.Sc
- Prof.Dr.Ir.Simon B.
Widjanarko,M.App.S
c

- Dr.Ir.Lilik Eka
Radiati,MS
- Khotibul Umam
Al Awaly, S.Pt.,
M.Si
- Dr. Umi Kalsum
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terkahir
Sumber Dana

Pembimbing

No

Tahun

Judul Penelitian (sebagai)


Sumber

Jumlah
(Juta Rp)

2011

Kajian Penggunaan Carboxy


Methyl Celulosa (CMC) sebagai
Bahan Penstabil Ditinjau dari
Kualitas Fisikokimia dan
Organoleptik Es Mambo
Probiotik (Anggota)

DPP/SPP
FPt-UB

3.000.000

2012

DPP/SPP
FPt-UB

3.000.000

20122014

Kajian Kefir Susu Kambing


dengan Faktor
Penambahan Madu dan Lama
Fermentasi (Ketua)
Peningkatan Agroindustrin Susu
Melalui Harmonisasi
Implementasi Good Farming
Practices, Diversifikasi Produk
dan Traceability di Kabupaten
Probolinggo (Anggota)

Riset
Andalan
Perguruan
Tinggi dan
Industri
(RAPID)

195.000.000

18

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun


Terakhir
Sumber Dana
Judul Pengabdian kepada
No Tahun
Jumlah
Masyarakat
Sumber
(Juta Rp)
1

2011

Penyusunan dan Pelatihan


Pemanfaatan Daging Ayam Petelur
Afkir sebagai Produk Nugget
(Anggota)

DPP/SPP
FPt-UB

1.500.000

2012

Penyuluhan dan Pelatihan


Pembuatan Bakso Ayam di Desa
Sumberejo Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang
(Ketua)

DPP/SPP
FPt-UB

1.500.000

2013

IbM Kelompok Usaha Unggas Kota


Batu

DIKTI

2014

IbM Kelompok Usaha Es Krim


Nabati (Mellorine) Kota Batu

DIKTI

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun


Terakhir
Volume,
Nama Jurnal
Nomor,
No Judul Artikel Ilmiah
Halaman
dan Tahun
1. Pengaruh Pemberian Propolis terhadap
9 (1): 1-9,
Jurnal
Sistem Kekebalan Seluler pada Tikus
2008
Teknologi
Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar.
Pertanian
2. Pengaruh Substitusi Susu Sapi dengan
4 (1): 46-54, Jurnal Ilmu
Susu Kedelai serta Besarnya Konsentrasi
2009
dan
Penambahan Ekstrak Nenas (Ananas
Teknologi
comosus) terhadap Kualitas Fisik dan
Hasil Ternak
Kimia Keju Cottage
3. Peningkatan Kinerja Inseminator dalam
9 (2): 147Jurnal Buana
Pengembangan Budidaya Peternakan Era
152,2009
Sains
Otonomi Daerah.
4. The Effects of Type and Time of Thermal 17: 335-347, International
Processing on Ginger (Zingiber
2010
Food
officinaleRosc.) Rhizome Antioxidant
Research

19

Compounds and Its Quality.


Journal
5. Pembuatan Minuman Probiotik (yoghurt)
16 (1): 13Jurnal Ilmu
dari Proporsi Susu Sapi
17, 2011
dan
dan Kedelai dengan Isolat Lactobacillus
Teknologi
casei dan Lactobacillus plantarum
Hasil Ternak
6
Sifat Fisiko-Kimia Mayonnaise dengan
21 (1): 1-6,
Jurnal IlmuBerbagai Tingkat Konsentrasi Minyak
2011
ilmu
Nabati dan Kuning Telur Ayam Buras
Peternakan
F. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada Pertemuan/
Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
Nama Pertemuan
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
No
Ilmiah/ Seminar
Tempat
1.
11th ASEAN FOOD The Extracts of Thermal
Brunei
CONFERENCE
Processed Ginger (Zingiber
Darussalam 212009
officinale Rosc.) Rhizome
23, Oktober
Combined with Honey as
2009
Natural Antioxidant to Produce
Functional Drink
th
2
The 4 SAADC 2013 Natural Antioxidant Properties Lanzhou, 26-31
of Functional Drink Prepared
Juli 2013
by Combination of Local
Honey and Red Ginger Extract
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
risikony
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan sebagai Dosen Pembimbing PKM.
Malang, 22 September 2014
Dosen Pembimbing,

Firman Jaya, S.Pt.,MP


NIP. 19820308 201012 1 0

20

Lampiran 3.3 Justifikasi Anggaran Kegiatan


1.Peralatan Penunjang
Material

Justifikasi
Pemakaian
Untuk ekstraksi
immunoglobulin
dari kolostrum

Kuantitas
1

Harga
Satuan (Rp)
200.000

Untuk intravena
tikus putih

300.000

300.000

Untuk intravena
tikus

75.000

375.000

Untuk
pasteurisasi
kolostrum
Sewa alat
Untuk proses
sentrifugasi
ekstraksi
(sentrifugator) immunoglobulin
PH meter
Untuk
mengukur PH
Sewa gelas
Untuk
piala
menampung
urin
Tes urin di
Untuk tes urin
Poliklinik UB
Spuit
Untuk intravena

100.000

100.000

100.000

100.000

175..000

175..000

30

15.000

450.000

60

10.000

600.000

Sewa
Laboratorium
Teknologi
Hasil Ternak
Laboratorium
Farmakologi
Fakultas
Kedokteran
Alat
penghandel
hewan
pengerat
Sewa alat
pasteurisasi

240

Jumlah (RP)
200.000

3.200
768.000
Sub Total (Rp) 3.068.000

2.Bahan Habis Pakai


Material

Tikus putih
HCL 2 N
NaOH 2 N

Justifikasi
Pemakaian
Hewan
coba
Ekstraksi
IgG
Ekstraksi

Kuantitas

30

Harga
Satuan
(Rp)
35.000

Jumlah
(RP)
1.050.000

100.000

100.000

100.000

100.000

21

IgG
Kolostrum
Sampel
Antibiotik (Tetracyclin)
Sampel
Sodium klorida
Ekstraksi
IgG
AOT(BIS(2Ekstraksi
ETHYLHEXYL)SODIUM IgG
SULFOSUCCINATE)
Posohate Buffered
Ekstraksi
IgG
Mannitol
Tes urine
Lactulose
Tes urine
Ransum tikus
Makanan
tikus
Kandang dan peralatan
Untuk
memelihara
tikus

8
10
10

20.000
64.000
3.500

160.000
640.000
35.000

185.000

185.000

150.000

150.000

1
1
5

135.000
120.000
95.000

135.000
120.000
475.000

200.000

1.000.000

Sub Total (Rp) 4.150.000


3.Perjalanan
Material
Perjalanan
survey ke
Batu,
Malang
Perjalanan
pengambilan
sampel
Perjalan ke
Poliklinik
UB
Perjalanan
ke BPOM
Surabaya
Perjalanan
ke Malang
Perjalanan
ke malang

Justifikasi
Perjalanan
Survei tempat
pengambilan
sampel

Kuantitas

Jumlah (RP)

Harga
Satuan (Rp)
100.000

Membeli sampel

100.000

800.000

Tes urine

30.000

180.000

Membeli tikus
putih dan
ransum standart
BPOM
Membeli
kandang dan
perlengkapan
Membeli bahan
kimia,spuit,gelas
piala,dan sonde

80.000

400.000

100.000

400.000

100.000

400.000

300.000

22

lambung
Sub Total (Rp)

2.480.000

4.Lain-lain
Material

Dokumentasi
Proposal
Laporan
kemajuan
Laporan
akhir
Artikel
ilmiah
Seminar

Justifikasi Perjalanan

Sewa kamera
Kertas,print,dll
Kertas,print,dll

1
1
1

Harga
Satuan
(Rp)
50.000
50.000
75.000

Kertas,print,dll

100.000

100.000

Kertas,print,publikasi,dll 1

150.000

150.000

Pendaftaran

Kuantitas

Jumlah
(RP)
50.000
50.000
75.000

600.000
1.200.000
Sub Total (Rp) 1.625.000
Total Keseluruhan (Rp) 11.323.000

Lampiran 3.4 Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas


No

Nama / NIM

Program
Studi

Bidang
Ilmu

Wiwi Anggraeni
/135050101111192

Peternakan

Peternakan

Alokasi
Waku
(Jam /
Minggu )
28

Yuli Fitria S
/135050101111197

Peternakan

Peternakan

28

Triana Fakuwita
/135100200111009

Teknologi
Pertanian

Keteknikan 28
Pertanian

Uraian
Tugas

PJ
Pengambi
lan Bahan
dan
Pengekstr
aan Whey
Kolostru
m
PJ
Perizinan
dan
Logbook
PJ
Analisa
Data dan
Melakuka
n Tes

23

Miftahul Munir
/125050100111125

Peternakan

Peternakan

28

Ashri Almiahsari
/135070501111024

Kedoktera
n

Farmasi

28

Urin
PJ
Perlengka
pan dan
Pengekstr
aan IgG
PJ
Keuangan
dan
Memberi
Perlakuan
Pada
Tikus

24

Anda mungkin juga menyukai