Anda di halaman 1dari 2

Air irigasi merupakan sumberdaya pertanian yang sangat strategis.

Berbeda
dengan input lain seperti pupuk ataupun pestisida yang dimensi peranannya relatif
terbatas pada proses produksi yang telah dipilih, peranan air irigasi mempunyai
dimensi yang lebih luas. Sumberdaya ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas
tetapi juga mempengaruhi spektrum pengusahaan komoditas pertanian. Oleh karena
itu, kinerja irigasi bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan produksi pertanian
tetapi juga berimplikasi pada strategi pengusahaan komoditas pertanian dalam arti
luas (Sumaryanto 2006).
Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama dengan
metode konvensional. Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung
biasa digunakan pada saat banjir dimana pengukuran dengan cara konvensional tidak
mungkin dilaksanakan karena faktor peralatan dan keselamatan tim pengukur.
Pengukuran debit dengan pelampung perlu memperhatikan syarat-syarat lokasi
sebagai berikut yaitu syarat lokasi pengukuran seperti pada metode konvensional,
kondisi aliran sedang banjir dan tidak melimpah, geometri alur dan badan sungai
stabil, jarak antara penampang hulu dan hilir minimal 3 kali lebar sungai pada kondisi
banjir (Gunawan 2008).
Kecepatan aliran dapat diketahui dengan 2 cara, yaitu menggunakan current
meter/water flow meter dan cara konvensional menggunakan pelampung. Besar debit
dan kecepatan aliran memiliki perbedaan namun tidak terlalu signifikan antara
perhitungan cara current meter dan perhitungan cara pelampung. Dari hasil
perhitungan dapat diketahui keakuratan cara current meter lebih tinggi dibandingkan
dengan cara pelampung (Bunganaen 2011).
Pelampung merupakan alat ukur kecepatan arus yang paling sederhana.
Pelampung bergerak terbawa oleh arus dan kecepatan arus didapat dari jarak tempuh
pelampung dibagi dengan waktu tempuh. Pelampung dapat berupa pelampung
permukaan, pelampung ganda, pelampung tongkat dan lain-lain. Cara ini dapat
dengan mudah digunakan meskipun permukaan air sungai itu tinggi. Cara ini sering
digunakan karena tidak dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-kayuan yang hanyut dan
mudah dilaksanakan (Richard 2005).
Pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya,
pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan
pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah

pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran


kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata-rata kali luas
penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2
penampang melintang. 2 pengukuran penampang melintang ini dicari penampang
melintang rata-ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua
penampang melintang yang diukur pada waktu bersama-sama disusun berimpitan
(Partowijoyo 2008).

Bunganaen W 2011. Analisis Efisiensi dan Kehilangan Air pada Jaringan Utama Daerah
Irigasi Air Sagu. J. Teknik Sipil. 1 (1): 80-93.
Gunawan, Randi. 2008. Analisis Sumberdaya Air Daerah Aliran Sungai Bah Bolon Sebagai
Sarana Pendukung Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun Dan Asahan.
Wahana Hijau Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah 2(1):2-25.
Partowijoto 2008. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Dalam Pengelolaan Air Irigasi Oleh
Masyarakat: Kendala Teknis dan Non Teknis. Prosiding Seminar Sehari Peningkatan
Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Melalui Pendekatan Partisipasi, IESC-RCA
bekerjasama dengan Jurusan Teknik Sipil FT UGM. Yogyakarta.
Richard P R 2005. Manual of Standard Operating Procedures for Hydrometric Surveys in
British Columbia Resources Inventory Committee. BC Press. Canada.
Sumaryanto 2006. Saluran Irigasi Berbasis Komoditas Sebagai Instrumen Peningkatan
Efisiensi Penggunaan Air Irigasi: Pendekatan dan Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Implementasinya. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor

Anda mungkin juga menyukai