Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

1.Abdul Muin Bumulo


2.Indriati Ishak
3.Khoirul Nur Kholis
4.Londrawati L. Ibrahim
5.Moh. Adrian Hudodo
6.Murtin Ismail
7.Sri Novrianda Lapasi
8.Sri Wahyuni Badjuka
9.Veronita Widiyastuti Aliwu

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


kepada Allah SWT. Karena dengan izin dan kuasa-Nyalah makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Konsep Epidemiologi dan Penggunaannya dalam
Praktik Keperawatan yaitu mengenai konsep dasar tentang Epidemiologi.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik kami yang telah
menyusun tugas ini, dan bermanfaat pula kepada pembaca makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menemukan kesulitan, akan
tetapi dengan adanya ketekunan dan kesabaran akhirnya tugas ini dapat penulis
selesaikan.

Gorontalo, 02 Oktober 2014

Kelompok 5

DAFTAR ISI

Namelist Of Group 5.........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan...................................................................................................

4
5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Definisi..................................................................................................
Ruang Lingkup......................................................................................
Metode-metode Epidemiologi..............................................................
Peran Epidemiologi...............................................................................
Pengukuran Epidemiologi.....................................................................
Epidemiologi Penyakit Menular...........................................................

6
7
8
13
14
18

BAB III KESIMPULAN...................................................................................

24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

25

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi yang berarti pada,
Demos yang berarti penduduk, dan Logos yang berarti ilmu. Jadi epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari hal hal yang berkaitan dengan masyarakat.
Pada zaman kejayaan Yunani dan Romawi Kuno, telah dikenal adanya
proses penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan
faktor lingkungan. Hal ini telah dikemukakan oleh Hippocrates (abad ke 5 SM)
dalam tulisannya yang berjudul Epidemics serta dalam catatannya mengenai Airs,
Waters, and Places, dimana beliau telah mempelajari masalah penyakit
dimasyarakat dan mencoba mengemukakan berbagai teori tentang hubungan
sebab akibat terjadinya penyakit dalam masyarakat. (Nasri N, 2000)
Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian epidemiologi,
yang dulunya lebih menekankan ke arah penyakit menular ke arah arah masalah
kesehatan dengan ruang lingkup yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena
transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran pola hidup,
peningkatan sosial, ekonomi masyarakat dan semakin luasnya jangkauan
masyarakat. Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat
menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara
penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penyakit wabah
tersebut. Kemudian tahap berikutnya berkembang lagi menyangkut penyakit yang
infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non infeksi
seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll. Perkembangan selanjutnya mulai
meluas ke hal-hal yang bukan penyakit seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan,
kenakalan remaja, penyalahgunaan obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah
kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah
keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan,
pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek
epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.

Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantangan


bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakantindakan yang tidak melenceng dari jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi
pemicu perkembangan pesat tersebut adalah perkembangan pengetahuan dan
teknologi yang semakin canggih yang menuntut peningkatan kebutuhan
masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan sehingga kehidupan masyarakat
yang semakin kompleks. (Efendi, 1998)
B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar tentang Epidemiologi dalam lingkup
keperawatan dan penggunaanya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Berikut ini terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai epidemiologi.
Last (1988) mendefinisikan bahwa

epidemiologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (factor penentu)


masalah kesehatan atau yang berkaitan dengan status atau kejadian spesifik pada
populasi serta ilmu yang menjelaskan kejadian suatu penyakit dimasyarakat
Wade Hampton Frost (1972) seorang guru besar epidemiologi school of
Hygiene, mengatakan bahwa epidemiologi adalah pengetahuan tentang fenomena
massal (mass phenomena) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural
history) penyakit menular.
Greenwood (1934) Profesor di school of hygiene and topical medicine
London, mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas di mana dikatakan
bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian
mengenai kelompok ppenduduk (herd people).
Omran (1974) merupakan suatu studi mengenai terjadinya dan distribusi
keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga
determinannya dan akibat-akibat

yang terjadi pada kelompok penduduk dan

masyarakat
Hacmonhan dan pugh (1970) epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari penyebaran dan factor-faktor yang menentukan terjadinya suatu
penyakit dalam populasi
WHO (Regional commit enacting ke- 42 di Bandung) mendefinisikan
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari
peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan
yang menimpa sekelompok masyarakat serta menerapkan ilmu tersebut untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut. (Wahit Iqbal, 2009)

B. Ruang Lingkup
1. Epidemiologi penyakit menular
Sebagai bentuk dan upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit
menular yang saat ini hasilnya sudah tampak
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
Upaya untuk mencegah penyakit yang tak menular seperti: kanker, penyakit
sistemik, penyakit akibat kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat.
3. Epidemiologi klinik
Bentuk yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan untuk
membekali para klinisi atau dokter/paramedic tentang cara pendekatan
masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi kependudukan
Cabang epidemiologi yang menggunakan system pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta factor-faktor yang memengaruhi berbagai perubahan
demografi yang terjadi di dalam masyarakat.memberikan analisis tentang sifat
karakteristik penduduk secara demografi dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dalam masyarakat. Juga berperan dalam berbagai aspek
kependudukan dan keluarga berencana, serta digunakan sebagai dasar dalam
mengambil kebijakan dan menyusun perecanaan yang baik.
5. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Salah satu system pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah,
mencari factor penyebab timbulnya suatu masalah, serta penyusunan rencana
pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Bentuk
pendekatan ini dapat digunakan oleh para perencana pelayanan kesehatan,
baik dalam bentuk penilaian hail suatu kegiatan kesehatan yang bersifat
umum maupun dengan sasaran yang khusus.
6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Occupational and environmental epidemiologi merupakan salah satu bagian
epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan kesehatan tenaga
kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat

fisik, kimia, biologis, maupun social budaya serta kebiasaan hidup para
pekerja.
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat,
baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun
analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat.
8. Epidemiologi gizi
Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat, dimana masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup
masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis factor yang
berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang
bersifat biologis maupun yang berkaitan dengan masalah social. (Wahit Iqbal,
2009)
C. Metode-metode epidemiologi
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau metode
yakni :
1. Epidemiologi deskriptif (descriptive epidemiology)
Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit
berubah menurut perubahan variable-variable epidemiologi yang terdiri dari
orang (person), tempat (place),dan waktu (time).
Orang (Person)
Di sini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial,
pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur
keluarga, dan paritas.
1) Umur
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikanpenyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di
dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Dengan cara ini dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola
kesakitan atau kematian menurut golongan umur.
2) Jenis Kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih


tinggi di kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di
kalangan pria pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu
dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan
oleh faktor-faktor intrinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin, atau perbedaan hormonal, sedangkan yang kedua diduga karena
berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok,
minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan
pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
3) Kelas sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur,
seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan
pula tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka
kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
4) Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan, yakni:
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, bendabenda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang telah dikenal sebagai
faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, dan ulcus lambung)
c. Ada tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di
kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan di mana kuran adanya
gerak badan
d. Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit maka dapat
terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.

e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan


pekerjaan di tambang.
5) Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan

pemanfaatan

pelayanan

kesehatan

maupun

pencegahan.

Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin


oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat,
membayar transpor, dan sebagainya.
6) Golongan etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan makan,
susunan genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan
perbedaan di dalam angka kesakitan atau kematian.
7) Status perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka
kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai, dan
janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun
kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
8) Besarnya keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9) Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan
(penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
10) Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan umpamanya terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakitpenyakit tertentu, seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik,
stenosis, dan seterusnya. Tetapi kesemuanya masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.
Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna
untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan

10

mengenai etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan


antara:
1. Batas daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas alam (pegunungan, sungai, laut atau
padang pasir).
4. Negara-negara dan
5. Regional
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi
suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu
wabah dan pada penyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Di dalam
memperbandingkan angka kesakitan atau kematian antardaerah (tempat) perlu
diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat).
1. Susunan umum
2. Susunan kelaminan
3. Kualitas data, dan
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
dasar di dalam analisis epidemiologis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan
penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor
etiologis. Melihat panjangnya waktu di mana terjadi perubahan angka
kesakitan maka dibedakan:
1) fluktuasi jangka pendek, di mana perubahan angka kesakitan
berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan.
2) Perubahan-perubahan secara siklus di mana perubahan-perubahan angka
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari,
beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun, dan
3) Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
waktu yang panjang, bertahun-tahun atau puluhan tahun, yang disebut
secular trends.
2. Epidemiologi Analitik (Analytic Epidemiology)
Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data dan informasiinformasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif. Ada tiga studi tentang
epidemiologi ini, yaitu:

11

a. Studi riwayat kasus (case history studies). Dalam studi ini akan
dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena
penyakit dengan kelompok orang tidak terkena (kelompok kontrol).
Contoh: Ada hipotesis yang mengatakan bahwa penyebab utama kanker
paru-paru adalah rokok. Untuk menguji hipotesis ini diambil sekelompok
orang penderita kanker paru-paru. Kepada penderita ini ditanyakan tentang
kebiasaan merokok.
Dari jawaban pertanyaan tersebut akan terdapat dua kelompok, yakni
penderita yang tidak merokok. Kemudian, kedua kelompok ini diuji
dengan uji statistik, apakah ada perbedaan yang bermakna antara kedua
kelompok tersebut.
b. Studi Kohort (kohort studies). Dalam studi ini sekelompok orang
dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian,
diambil sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri yang sama
dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada
penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol.
Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut
dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut bermakna
atau tidak.
Contoh: Untuk membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama
penyebab kanker paru-paru, diambil dua kelompok orang yang satu
kelompok terdiri dari orang-orang yang merokok dan satu kelompok lagi
terdiri dari orang-orang yang tidak merokok. Kemudian, diperiksa apakah
ada perbedaan pengidap kanker paru-paru antara kelompok perokok dan
kelompok non-perokok.
3. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada
kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang
tidak dikenakan percobaan). Contoh : untuk menguji keampuhan suatu
vaksin, dapat diambil suatu kelompok anak kemudian diberikan vaksin
tersebut.
Sementara itu diambil sekelompok anak pula sebagai kontrol yang hanya
diberikan placebo. Setelah beberapa tahun kemudian, dilihat kemungkinan-

12

kemungkinan timbulnya penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut,


kemudian dibandingkan antara kelompok percobaan dan kelompok kontrol.
(Notoatmodjo, 2007)
D. Peran Epidemiologi
Epidemiologi diharapkan dapat berperan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan
epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah
kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan. Bentuk peran itu dapat
dijabarkan dalam 7 peran utama (Valanis, 10), yaitu:
1. Investigasi etiologi penyakit
2. Identifikasi faktor risiko
3. Identifikasi sindrom dan klasifikasi penyakit
4. Melakukan diagnosis banding (differential diagnosys) dan perencanaan
pengobatan
5. Surveilan status kesehatan penduduk
6. Diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanan kesehatan
7. Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat.
Selain itu Beoglehole (WHO 1977) mengemukakan 4 peran utama
epidemiologi, yakni:
1. Mencari kausa; faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan dan yang
menyebabkan terjadinya penyakit.
2. Riwayat alamiah penyakit: perlangsungan penyakit, bisa sangat mendadak
(emergency), akut dan kronik.
3. Deskripsi status kesehatan masyarakat; menggambarkan proporsi menurut
status kesehatan, perubahan menurut waktu, perubahan menurut umur, dan
lain-lain.
4. Evaluasi hasil intervensi,; menilai bagaimana keberhasilan berbagai
intervensi seperti promosi kesehatan, upaya pencegahan dan pelayanan
kesehatan. (Bustan. 2006)
E. Pengukuran Epidemiologi
Di dalam uraian ini akan diuraikan berbagai ukuran kesakitan dan
kematian yang lazim dipakai dalam survei atau penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Ukuran dasar yang akan dibicarakan disini adalah rate.
Dalam hubungan dengan kesakitan akan dibicarakan insidence rate,
prevalance rate, (poin period prevalance rate), attack rate, dan dalam hubungan
dengan kematian akan dibicarakan crude death rate, disease specific rate dan

13

adjusted death rate. Sebelum membicarakan masing-masing tersebut perlu


dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1) Untuk penyusunan rate dibutuhkan tiga elemen, yakni (a) jumlah orang yang
terserang penyakit atau yang meninggal,(b) jumlah penduduk dari mana
penderita berasal (reference population), dan (c) waktu atau periode dimana
orang-orang terserang penyakit.
2) Apabila pembilang terbatas pada umur, seks atau golongan tertentu maka
penyebut juga harus terbatas pada umur, seks, atau golongan yang sama.
3) Bila penyakit terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit
penyakit, maka penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai
risiko (population at risk).
1. Incidence Rate
Incide rate dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang terjadi
di kalangan penduduk selama priode waktu tertentu.
jumlah kasus baru suatu penyakit selama periodetertentu
incindence rate=
x 1000
populasi yang mempunyai resiko
Incidence rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada
pertengahan tahun jangka waktu yang bersangkutan dalam persen.
2. Attack Rate
Attack rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
satu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen.
Jumlah kasus selama epidemi
Attak rate=
x 1000
populasi yang mempunyai resikoresiko
3. Prevalence Rate
Prevalanece rate mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yang
menderita suatu penyakit pada satu titik waktu tertentu.
jumlah kasuskasus penyakit yang ada pada suatutitik waktu
x 1000
jumlah penduduk seluruhnya
4. Period Prevalence

prevalencerate=

14

Period Prevalence adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen
atau permil.
jumlah kasus penyakit yang selama periode
x 1000
penduduk rataratadari periodetersebut
5. Crude Death Rate(CDR) (mid period population)
period prevalance=

pertengahan
jumlah kematian dikalangan penduduk
di suatudaerah dalam satutahun
CRD=
x 1000
jumlah penduduk ratarata(tahun di daerah dan tahun yang sama)
Catatan :
1) Jumlah penduduk disini bukanlah merupakan penyebut yang sebenarnya,
oleh karena berbagai golongan umur mempunyai kemungkinan mati yang
berbeda-beda, sehingga perbedaan dalam susunan umur antara beberapa
penduduk akan menyebabkan perbedaan dalam crude death rate meskipun
rate untuk berbagai golongan umur sama.
2) Kekurangan-kekurangan dari crude death rate ini adalah (1) terlalu
menyederhanakan pola yang kompleks dari rate, dan (2) penggunaannya
dalam perbandingan angka kematian antara berbagai penduduk yang
mempunyai susunan umur yang berbeda, tidak dapat seara langsung
melainkan harus melalui prosedur penyesuaian(adjusment).
3) Meskipun mempunyai kekurangan-kekurangan tersebut diatas, crude
death rate ini digunakan secara luas oleh karena (a) sifatnya yang
merupakan summary rate dan (b) dapat dihitung dengan adanya
informasi yang minimal.
4) Crude death rate digunakan untuk perbandingan-perbandingan menurut
waktu dan perbandingan-perbandingan internasional.
5) Untuk penyelidikan epidemiologi akan diperlukan summary rate yang
tidak mempunyai kelemahan-kelemahan, seperti crude rate. Rate seperti
diperoleh dengan mengadakan penyesuaian pada susunan umur dari
erbagai pendduk yang akan diperbandingkan angka kematiannta, dengan
sendirinya adjustment rate ini adalah fiktif.

15

6. Age Spesific Death Rate (Angk Kematian pada Umur Tertentu)


Sebagai contoh :age spesific ratepada golongan umur 20-3- tahun :
jumlah kematian antaraumur 2030 tahun
di suatudaerah dalam waktu atutahun
deathrate age specifik=
x 1000
jumlah penduduk berumur antara2030 th
pada daerah dan tahun yang sama
7. Cause Disease Specific Death Rate (Angka Kematian Akibat Penyakit
Tertentu
Sebagai contoh : kematian karena TBC :
jumlah kematian pada TBC di
suatu daerah dalam waktu satu tahun
cause (TB ) specifikdeath rate=
x 1000
jumlah penduduk ratarata ( pertengaha n tahun )
pada daerah dan tahun yang sama
(Notoatmodjo, 2007)
8. Fatal Case Rate
Fatal Case Rate adalah jumlah seluruh kematian karena satu penyebab dalam
jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah seluruh penderita pada waktu
yang sama dalam persen.
jumlah seluruh kematian
karena penyakit tertentu
Fatal caserate=
x 1000
jumlah seluruh penderita
penyakit tertentu
9. Maternal Mortality Rate
Maternal mortality Rate adalah jumlah kematian ibu karena kehamilan,
persalinan dan nifas dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup
pada tahun yang sama dengan persen.
jumlah kematian ibu karena
kehamilan , kelahiran dannifas
Maternal mortality rate=
x 1000
jumlah kelahiran hidup
pada tahun yang sama

16

10. Infant Mortality Rate


Infant Mortality rate adalah jumlah seluruh kematian bayi (umur dibawah 1
tahun) pada satu jangka waktu (satu tahun) dibagi dengan jumlah seluruh
kelahiran hidup dalam persen.
jumlah kelahiran hidup x 1000

jumlah seluruh
(Efendi, 1998)
kematianMenular
bayi
F. Maternal
Epidemiologi
Penyakit-Penyakit
mortality
rate=

1. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit


Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari
agen, induk semang atau lingkungan. Pendapat ini tergambar di dalam istilah
yang dikenal luas dewasa ini, yaitu penyebab majemuk (multiple causation
of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single causation). Di
dalam usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai
timbulnya

penyakit,

mereka

telah

membuat

model-model

tersebut

dilakukanlah eksperiman terkendali untuk menguji sampai dimana kebenaran


dari model-model tersebut.
Tiga model yang dikenal dewasa ini ialah (a) segitiga epidemiologi (the
epidemiolgic triangle),(b) jaring-jaring sebab akibat (the web of causation),
dan (c) roda (the wheel).
a. Segitiga epidemiologi (the epidemiolgic triangle)
Induk semang (Host)

Penyebab Penyakit
Lingkungan (Environtmen)
b. Jaring-jaring sebab akibat (the web of causation)
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah
keseimbangan

antara

mereka,

berkurangnya yang bersangkutan.

17

yang

berakibat

bertambah

atau

Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang
berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses seab
dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah
atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik.
c. roda (the wheel)

Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, maka roda


memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam
timbulnya penyakit dengan tidak begitu meneankan pentingnya agent.
Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung
pada penyakit yang bersangkutan. Sebagai contoh, peranan lingkungan
sosial lebih besar dari yang lainnya pada sunburn peranan lingkungan
biologis lebih besar dari yang lainnya pada penyakit yang penularannya

18

melalui vektor(vektor home disease) dan peranan anti genetic lebih besar
dari yang lainnya pada penyakit keturunan.
Dengan

model-model

tersebut

diatad

henaknya

ditunjukkan bahwa

pengetahuan yang lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya


penyakit tidaklah diperlukan bagi usaha-usaha pemberantasan yang efektif.
2. Penyakit menular
Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang dapat
ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara
langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan
adanya (hadirnya) agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat
berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain
karena 3 yakni Agent (penyebab penyakit), Host (induk semang), Route of
transmission (jalannya penularan).
a. Agent-agent infeksi (Penyebab Infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting dalam epidemiologi
yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :
1) Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
2) Golongan riketsia, misalnya : tifus.
3) Golongan bakteri, misalnya disentri.
4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistoma, dan
sebagainya.
5) Golongan jamur

yakni

bermacam-macam

panu,

kurap,

dan

sebagainya.
6) Golongan cacing, yakni bermacam-maca cacing perut seperti ascaris
(cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang, dan
sebagainya.
Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetaphidup (survive),
maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)

Berkembang baik.
Bergerak atau berpindah dari induk semang
Mencapai induk semang baru
Menginfeksi induk semang tersebut.

Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan


manusia adalah suatu aktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap

19

bibit penyakit (penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri,


sehingga ia tetap hidup. Disini timbul istilah reservoir, yang diartikan
sebagai berikut :
1) Habitat, tempat bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang
2) Survival, tempat bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada
habitat, sehingga ia tetap hidup.
Reservoir tersebut dapat berupa manusia,binatang, atau benda-benda
mati.
Reservoir di dalam manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia antara
lain, campak (measles), cacar air (small pox), tifus (typhoid), miningitis,
gonorrhoea, dan sifilis. Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus
yang aktif dan carrier.
Carrier
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya,
tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang tersebut dapat
menularkan penyakitnya kepada orang lain. Carriers adalah sangat
penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio, tifus, meningococal
meningitis dan amebiasis. Hal ini disebabkan karena :
1) Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang
sakitnya)
2) Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa
mereka menderita/kena penyakit
3) Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari.
4) Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang
relatif lama.
Reservoir pada binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya
adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang
vertebrata yang dapat menulr pada manusia. Penularan penyakit-penyakit
pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni :

20

1) Orang makan daging binatang yang menderita penyakit misalnya,


cacing pita
2) Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui
pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan
nyamuk
3) Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang,

misalnya

rabies.
Benda-benda mati sebagai reservoir
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati
pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit
penyakit ini berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh
karena itu, bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi
dimana ia dapat hidup, maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh
clostradium tetani peyebab tetanus, C. otulinum penyebab keracunan
makanan, dan sebagainya.
b. Penyebaran penyakit
Macam-macam penularan (mode of transmission). Mode penularan adalah
suatu mekanisme dimana agent/penyebab penyakit tersebut ditularkan dari
orang ke orang lain, atau dari reservoir kepada induk semang baru.
Penularan ini melalui berbagai cara antara lain:
1) Kontak (contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsungmaupun kontak tidak
langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi.
2) Pernapasan (inhalation)
3) Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan atau minuman.
4) Penetrasi pada kulit
Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit
mislanya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria
atau melalui luka, misalnya tetanus.
5) Infeksi melalui plasenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita
penyakit pada waktu mengandung, misalnya sifilis dan toxoplasmosis.
c. Faktor induk semang (host)

21

Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorag ditentukan oleh faktorfaktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan kata lain penyakit
dapat

terjadi

pada

seseorang

tergantung/ditentukan

oleh

kekebalan/resistensi orang yang bersangkutan.


d. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau cara
yang dapat dilakukan :
1) Eliminasi reservoir (sumber penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit
dapat dilakukan dengan :
a) Mengisolasi penderita (pasien)
b) Karantina
c) Memutus mata rantai penularan
d) Melindungi orang-orang yang rentan
(Notoatmojo, 2007)

BAB III
KESIMPULAN
Pengertian

epidemiologi

secara

umum

adalah

suatu

cabang ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi, dan


determinan suatu penyakit yang terjadi pada suatu kelompok
pada suatu populasi.
Epidemiologi memiliki beberapa ruang lingkup. Metodemetode dalam epidemiologi terdiri dari epidemiologi deskriptif,
epidemiologi analitik, Epidemiologi eksperimen. Epidemiologi
22

memiliki peran dalam pembangunan kesehatan masyarakat


secara keseluruhan. Terdapat beberapa pengukuran epidemiologi
dapat berupa berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang
digunakan dalam survei atau penyelidikan. Terdapat tiga model
terjadinya penyakit dalam epidemiologi penyakit menular yaitu,
segitiga epidemiologi (the epidemiolgic triangle),(b) jaring-jaring
sebab akibat (the web of causation), dan (c) roda (the wheel).

DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta

23

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mubarak, Wahit Iqbal. Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatans Masyarakat: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba medika

Noor Nasri. 2000. Dasar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta,

24

Anda mungkin juga menyukai