Anda di halaman 1dari 5

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL

MATCH DAY 7
WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)
A. Sejarah WTO
World Trade Organization (WTO) adalah suatu organisasi perdagangan antarbangsabangsa dengan kekuasaan regulasi, judicial, review dan pengayoman yang didirikan
berdasarkan Uruguay Round dari General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), dengan
maksud untuk mencapai suatu perdagangan dunia yang lebih tertib, lancar, bebas, liberal,
transparan dan prediktif dengan sengketa yang dapat diselesaikan secara adil.
Sejarah WTO sebenarnya dimulai dari GATT, yang mana GATT sering mengadakan
putaran-putaran perundingan yang membahas perdagangan dunia. Pada saat Putaran
Kedelapan (the Uruguay Round) yang dilakukan di Punta del Este, Uruguay disepakati untuk
membentuk organisasi perdagangan dunia yang disebut dengan WTO tersebut. Putaran
Uruguay yang semula dimaksudkan untuk jangka waktu 4 tahun, ternyata menghabiskan
waktu tidak kurang dari 7 tahun, yakni yang berakhir pada tanggal 15 Desember 1993
kemudian ditandatangani oleh 125 negara anggotanya pada tanggal 15 Desember 1994 di
Marrakesh, Marocco.
Paket agreement yang dihasilkan oleh Putaran Uruguay ini terdiri dari 2 (dua)
bagian, yaitu sebagai berikut:
1. The Final Act, yang terdiri dari dokumen dengan jumlah halaman lebih kurang 500 (lima
ratus) halaman yang meresmikan berdirinya World Trade Organization (WTO) dan
mengamendir aturan-aturan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang
sudah ada, dan,
2. Annexed to the Final Act, yang terdiri tidak kurang dari 22.500 (dua puluh dua ribu lima
ratus) halaman, yang merupakan individual national schedule terhadap akses pasar yang
berkenaan dengan barang, jasa dan pertanian.
Sebagaimana diketahui bahwa WTO resminya berdiri pada tanggal 1 Januari 1995
berdasarkan Rekomendasi Uruguay Round yang kemudian diresmikan melalui Perjanjian
Marrakesh, semula dimaksudkan sebagai suatu sekretariat untuk mengatur GATT yang
bermarkas di Geneva, Swiss. Salah satu kelebihan WTO adalah memiliki badan penyelesai
sengketa (Dispute Settlement Body) yang akan mengadili sengketa di antara para
anggotanya dan memberikan sanksi bagi negra anggotanya yang tidak mengindahkan
putusannya. Di samping itu, salah satu kekhasan WTO adalah pengambilan putusannya
yang dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat (konsensus) dengan segala kelebihan
dan kekurangannya.
Indonesia sebagai salah satu negara yang ada di dunia telah meratifikasi pendirian
WTO melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57).
Ratifikasi tersebut menandakan bahwa Indonesia menyetujui pembentukan WTO dan
menggabungkan diri, sehingga terikat dengan aturan-aturan perdagangan WTO.

B.Tujuan dan Manfaat WTO


Adapun tujuan dan manfaat WTO antara lain sebagai berikut:
1. WTO menjaga perdamaian
Salah satu penyebab yang memicu Perang Dunia Ke-2 adalah masalah praktek
perdagangan dari negara-negara yang saling memproteksi produknya dan hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri serta membangun rintangan-rintangan dagang
(trade barriers) yang memperparah depresi ekonomi (great depresion).
WTO secara konsekuen berusaha untuk menghilangkan trade barriers,
menghilangkan proteksi dan meminimalisir besarnya tariff. Hal ini dapat menstimulasi
timbulnya terus terciptanya perdamaian di antara negara-negara yang saling berinteraksi
dalam bidang perdagangan.
2. WTO menyelesaikan sengketa secara baik
Sebagaimana diketahui WTO mempunyai suatu badan penyelesai sengketa (Dispute
Settlement Body) dengan dilengkapi aturan yang cukup kompetitif.
3. WTO mendasari aksinya kepada aturan main yang jelas
WTO tidak berdasarkan kekuasaan (power) tetapi berdasarkan peraturan.
Agreement-agreement WTO berlaku untuk semua anggota, baik negara besar atau kecil.
4. WTO memangkas biaya-biaya hidup
Salah satu sasaran WTO adalah mendorong perdagangan bebas antara lain dengan
jalan menghapuskan proteksi perdagangan, karena proteksi perdagangan memerlukan biaya
yang mahal, dengan dihapuskannya proteksi, biaya atau harga barang menjadi semakin
murah.
5. WTO melindungi konsumen
Dengan dilaksanakannya prinsip perdagangan bebas, membuat negara-negara
bersaing untuk meningkatkan kualitas produknya agar mampu bersaing. Hal ini membuat
konsumen akan mempunyai banyak pilihan dan harga akan semakin kompetitif serta mutu
barang menjadi semakin baik.
6. WTO menaikan pendapatan
Banyak angka statistik menunjukkan bahwa income negara atau individu semakin
tinggi setelah dibukanya perdagangan bebas.
7. WTO merangsang pertumbuhan ekonomi
Sering dikatakan bahwa perdagangan bebas dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi yang berarti juga memperluas lapangan pekerjaan. Akan tetapi, dalam hal ini jika
negara yang bersangkutan tidak dapat menyesuaikan diri akan terjadi hal sebaliknya.
Misalnya pekerjaan dalam negeri akan banyak hilang karena masuknya barang impor atau
industri padat teknologi yang mematikan industri dalam negeri.
8. WTO memangkas biaya perdagangan
WTO memperlakukan beberapa prinsip perdaganngan seperti nondiskriminasi,
transparansi, meningkatkan kepastian, penyederhanaan dan standarisasi prosedur pabean,
menghilangkan red tape, data base informasi yang tersentralistik, fasilitas perdagangan dll.
Pemberlakuan prinsip tersebut akan banyak memangkas biaya-biaya perdagangan yang
tidak diperlukan, sehingga membuat sistem perdagangan menjadi semakin efisisen.
9. WTO menghindari kepentingan sempit dari kelompok tertentu
Bisa jadi ada kepentingan sempit dari kelompok tertentu yang menginginkan agar
dilakukannya pembatasan impor atau hambatan dagang lainnya. Bila hal tersebut dilakukan

akan dihukum bersalah oleh WTO, dengan begitu negara-negara anggota WTO terhindar
dari kepentingan-kepentingan sempit seperti itu.
10. WTO mendorong terciptanya pemerintahan yang baik
Banyak ketentuan dalam WTO yang mendorong secara langsung atau tidak langsung
bagi terciptanya suatu pemerintahan yang baik. Contohnya WTO menganjurkan adanya
transparansi bagi pengaturan perdagangan di setiap negara anggota dan pemberlakuan hak
yang sama antara masing-masing negara anggota atau mempersamakan kedudukan
produsen dalam negeri dengan luar negeri. Prinsip-prinsip seperti itu akan memotong jalur
korupsi sekiranya ada di kalangan pengambil kebijaksanaan dari suatu negara.
Di samping manfaat WTO sebagaimana tersebut di atas, ada beberapa
kebijaksanaan WTO yang mensuport daya guna dan manfaat dari WTO. Kebijaksanaankebijaksanaan tersebut adalah sebagai berikut:
- membantu melakukan promosi ekspor;
- mendukung perkembangan ekonomi yang sedang berkembang atau ekonomi dalam masa
transisi;
- bekerjasama dalam pembuatan kebijaksanaan ekonomi global;
- memberikan akses informasi kepada publik
- notifikasi rutin jika ada anggota yang melakukan trade measure yang baru atau
mengubah yang lama.
Sedangkan yang menjadi fungsi dari WTO adalah seperti yang terdapat dalam Article
III dari Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia), yaitu sebagai berikut:
 Memfasilitasi implementasi, administrasi, operasi, dan menjalankan tujuan-tujuan dari
agreement pendirian WTO dan multilateral trade agreements.
 Menyediakan framework dalam rangka implementasi, administrasi, dan operasi dari

plurilateral trade agreements.


 Menyediakan forum untuk negosiasi di antara para anggotanya terhadap masalah yang
berkenaan dengan hubungan dagang multilateral berdasarkan agreement pendirian WTO.
 Menyediakan framework terhadap implementasi dari hasil-hasil negosiasi di antara para
anggotanya terhadap masalah yang berkenaan dengan hubungan dagang multilateral.
 Menatausahakan the understanding on Rules and Procedure Governing the Settlement of
Disputes.
 Menatausahakan the Trade Policy Review Mechanism.
 Bekerjasama secara patut dengan badan-badan internasional khususnya dengan
International Monetary Fund (IMF) dan the International Bank.
 Menyelesaikan sengketa perdagangan dengan menatausahakan Dispute Settlement
Understanding (DSU).
 Memonitor kebijaksanaan perdagangan internasional.
C. Perjanjian-perjanjian Dalam WTO
Banyak perjanjian atau kesepakatan yang tela dibuat dan diberlakukan oleh WTO
kepada negara-negara anggotanya. Secara garis besar perjanjian dan kesepakatan yang
dibuat antara lain tentang:
1. Kesepakatan pembentukan WTO.
2. Perdagangan barang (basic principles-General Agreement on Tariff And Trade (GATT)).

3. Perdagangan jasa (basic principles-General Agreement in Services (GATS)).


4. Pengaturan tentang Hak Milik Intelektual (basic principles-Agreement on Trade Related
Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs)).
5. Prosedur penyelesaian sengketa.
6. Perlakuan khusus bagi negara-negara berkembang.
7. Prinsip-prinsip perdagangan bebas lainnya.
D. Prinsip-prinsip Dasar WTO
Dalam menjalankan tugasnya untuk mendorong terciptanya free trade yang tertib
dan adil, WTO memberlakukan beberapa prinsip, yang terpenting ada 4 prinsip utama,
yaitu:
1. Prinsip Most Favoured Nations
Prinsip ini maksudnya adalah bahwa suatu perdagangan mestilah dijalankan
berdasarkan asas nondiskriminasi, yakni tidak membeda-bedakan antara satu anggota
GATT/WTO dan anggota lainnya.
2. Prinsip Tariff Binding
Setiap negara anggota WTO terikat dengan berapapun besarnya tariff yang telah
disepakati. Yang dimaksud dengan tariff tidak lain dari suatu pajak yang ditarik oleh
pemerintah atas barang-barang impor, yang menyebabkan menjadi semakin tingginya harga
barang tersebut di pasar domestik.
Tariff impor mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
a) Tariff sebagai pajak.
b) Tariff untuk melindungi produk domestik.
c) Tariff untuk membalas negara pengekspor yang memproteksi produk yang diekspor
tersebut.
d) Tariff sebagai redistribusi yang terselubung.
3. Prinsip National Treatment
Prinsip perlakuan yang sama terhadap pelaku bisnis domestik dan non domestik.
4. Prinsip Non-Tariff Barriers
Prinsip non-tariff barriers atau non-tariff measures adalah tindakan dari negaranegara tertentu anggota WTO yang dengan maksud melindungi industri dalam negerinya,
melakukan perlindungan-perlindungan tertentu yang dilakukan tidak dengan cara yang
bersifat tariff measures. Hal ini tidaklah dapat dibenarkan, jika harus memberikan
perlindungan haruslah dengan perlindungan tariff. Model-model perlindungan yang bersifat
non-tariff sangat beragam, beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
h) credit guarantees;
a) sistem
quota
(restriksi
i) tax incentive;
kuantitatif);
j) custom inspections;
b) regulasi kesehatan, hewan,
k) custom duty and other charge
tanaman, hak buruh, HAM,
of imports;
keamanan nasional;
l) marks of origin;
c) arbutrary technical standards;
d) kurangnya transparansi;
m) state trading;
n) import or export licenses;
e) technical standards;
f) subsidi ekspor;
o) melanggar freedom of transit;
g) subsidi produksi;
p) dumping;

q) fees and formalities yang


berkenaan
dengan
eksporimpor;
r) consular transaction;

s) licensing;
t) pembatasan exchange control;

u)
v)
w)
x)

statistical services;
documentation and certification;
analysis and inspection;
guarantine,
sanitation
and
fumigation;

y) Dll
Karena sangat beragamnya model perlindungan yang bersifat non-tariff, maka
sangatlah sulit untuk diatasi masalah ini. Karena itu sangat diharapkan kesadaran dari
masing-masing anggota untuk bersikap fair untuk sama-sama menunjang pemberlakuan
prinsip perdagangan dunia yang bebas ini.
E. Kontroversial Terhadap WTO
Walaupun banyak orang di banyak negara dapat merasakan faedah dari eksistensi
WTO, tetapi banyak juga yang mengajukan kritik baik oleh pengamat ataupun oleh pihak
pelaku perdagangan. Kelemahan-kelemahan mendasar yang sering dianggap merupakan
kontroversial dari WTO adalah sebagai berikut:
1. WTO melanggar otoritas nasional suatu negara.
2. WTO tidak transparan dalam mengambil keputusan.
3. Putusan WTO tidak dapat dipaksakan berlakunya.
4. WTO memaksakan kehendak kepada negara-negara anggotanya.
5. WTO menciptakan perdagangan bebas at any cost.
6. WTO hanya berkepentingan dengan kepentingan komersil dan tidak memprioritaskan
pembangunan.
7. WTO hanya berkepentingan dengan kepentingan komersil dan tidak memprioritaskan
proteksi lingkungan hidup.
8. WTO hanya berkepentingan dengan kepentingan komersil dan tidak memikirkan
masalah keamanan makanan, kesehatan dan keamanan manusia.
9. WTO berakibat pada hilangnya pekerjaan banyak orang dan memperlebar jurang antara
yang kaya dan yang miskin.
10. Negara kecil kurang berperan di WTO.
11. WTO menjadi alat lobi bagi negara besar.
12. Negara yang lemah tidak punya pilihan selain bergabung dengan WTO.
13. WTO tidak demokratis.

Catatan: semua materi dalam bab ini disarikan dari Munir Fuady, 2004, Hukum Dagang
Internasional (Aspek Hukum dari WTO), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 24-81.
Perkembangan terkini WTO dapat diakses melalui website resmi WTO http://www.wto.org

MP7

Anda mungkin juga menyukai