Anda di halaman 1dari 7

Uraian teknis budidaya mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen

terhadap komoditi yang anda usahakan


Wortel (Daucus carota) termasuk ke dalam famili Umbelliferae berasal dari asia
tengah yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah di seluruh dunia. Tanaman ini
banyak ditanam di daerah beriklim sub tropika atau di dataran tinggi di daerah
tropika.
Persyaratan Tumbuh
Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman wortel adalah 15-21oC. Suhu
demikian cocok untuk pertumbuhan akar dan bagian atas tanaman sehingga warna
dan bentuk akar dapat optimum. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan wortel
adalah tanah yang drainasinya baik, pH 5-8, kaya bahan organik dan subur dengan
ketinggian 1.200-1.500 mdpl. Tanah lempung berpasir cocok untuk budidaya
wortel karena mudah untuk penetrasi akar sehingga pertumbuhannya dapat
mencapai ukuran panjang dan besar yang optimum. Kelembaban tanah merupakan
hal yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman wortel (Susila, 2006).
Teknik Budidaya Wortel
Berikut teknik budidaya tanaman wortel menurut Susila (2006) :
1. Pembibitan
Pilihlah tanaman wortel yang umurnya sudah cukup tua 3 bulan, tumbuh
subur dan juga sehat. cabut tanaman wortel pilihannya tadi, selanjutnya amati
umbi-nya, Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon indukan, bentuk
umbi normal, tidak cacat, warna kulit mengkilap kuning/jingga serta halus.
Potong pada ujung umbi wortel maksimal sepertiga bagiannya, pangkas pula
tangkai daun bersama daunnya, sisakan 10 cm yang lekat pada umbi. Siapkan
lahan untuk pembibitan tanaman wortel dalam bentuk bedengan-bedengan
yang diolah secara sempurna diberi pupuk kandang secara optimal. Buatkan
lubang tanam dengan alat bantu cangkul dengan jarak tanam 40-60 cm x 40-60
cm. Tanamkan umbi wortel pada lubang media tanam yang sudah dibuat,
padatkan juga tanahnya secara perlahan-lahan hingga menutup bagian leher
batang. Buat alur-alur dangkal disepanjang barisan tanaman wortel 5 cm dari
batang. Lakukan pemberian pupuk buatan berupa campuran ZA + SP + KCL
(1:2:2) sebanyak 10 gr/bibit tanaman, kemudian pupuk tersebut ditutup dengan

tanah tipis . Pelihara bibit wortel selama 3 bulan, hingga menghasilkan


tangkai buah dan biji dalam jumlah banyak. Petiklah tangkai buah wortel yang
sudah tua atau kering, lalu jemur hingga kering untuk diambil bijinya.
2. Penyemaian bibit
Biji wortel ditaburkan secara langsung di media tanam, dapat jugga disebarkan
secara merata disetiap bedengan atau dengan dicicir memanjang dalam barisan.
Jarak antara barisan paling tidak 15 cm, kemudian jika sudah tumbuh dapat
dilakukan penjarangan sehingga tanaman wortel itu berjarak 3-5 cm satu sama
lainnya. Kebutuhan benih atau bibit setiap are-nya antara 150-200 gram. Untuk
Biji wortel biasanya akan mulai berkecambah setelah berumur 8-12 hari.
3. Persiapan Lahan
Mula-mula tanah dicangkul sedalam kurang lebih 40 cm, dan diberi pupuk
kandang atau kompos sebanyak 15 ton setiap hektarnya. Selanjutnya dibuatkan
bedengan-bedengan selebar 100 - 150 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar
bedengan 50-60 cm dan panjang tergantung pada keadaan lahan.
4. Penanaman
Tata cara penanaman benih wortel dengan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Sebarkan (taburkan) benih wortel secara merata dalam alur-alur/garitangaritan yang tersedia.
b. Tutup benih wortel dengan tanah tipis sedalam 0,5-1 cm.
c. Buat alur-alur dangkal sejauh 5 cm dari tempat benih arah barisan
(memanjang) untuk meletakkan pupuk dasar. Jenis pupuk yang diberikan
adalah campuran TSP 400 kg ( 200 kg P2 O5/ha) dengan KCl 150 kg (
75 kg K2O/ha).
d. Sebarkan pupuk tersebut secara merata, kemudian tutup dengan tanah tipis.
e. Tutup tiap garitan (alur) dengan dedaunan kering atau pelepah daun pisang
selama 7-10 hari untuk mencegah hanyutnya benih wortel oleh percikan
(guyuran) air sekaligus berfungsi menjaga kestabilan kelembaban tanah.
Setelah benih wortel tumbuh di permukaan tanah, penutup tadi segera di
buka kembali.
5. Pemeliharaan
Penyiraman terus-menerus hingga biji berkecambah. Penjarangan dilakukan
untuk tanaman yang tumbuh rapat, sehingga diperkirakan jarak tanamnya 5 cm.
Lakukan juga penyiangan gulma. Pembumbunan pangkal umbi yang kelihatan
di permukaan tanah. Tambahkan pemupukan ke dua pada saat tanaman umur 11,5 bulan. Terdiri dari urea 50 kg/ ha dan KCl 20 kg/ha, dengan dialur 5 cm
dari tanaman.

6. Pengendalian hama dan penyakit


Hama yang menyerang tanaman wortel adalah

Ulat

tanah

(Agrotis

ipsilon Hufn.), Kutu daun (Aphid, Aphis spp.), Lalat atau magot (Psila
rosae). Sedangkan Penyakit yang sering menyerang tanaman wortel adalah
Bercak daun Cercospora, Nematoda bintil akar, Busuk alternaria. Pengendalian
secara kimiawi bisa dilakukan menggunakan insektisida Furadan 3 G atau
Indofuran 3 G pada waktu tanam atau disemprot dengan menggunakan
Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
7. Panen
Panen pada umumnya sekitar umur 3-4 bulan, tergantung varietasnya. Saat
panen yang tepat umbi tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Pemanenan
dilakukan secara hati-hati. Sebaiknya tanah digemburkan dahulu lalu umbi
dicabut atau dapat juga dengan bantuan garpu.
Ciri-ciri tanaman wortel sudah dapat dipanen adalah sebagai berikut:
a. Tanaman wortel yang telah berumur 3 bulan sejak sebar benih atau
tergantung varietasnya. Varietas Ideal dipanen pada umur 100 sampai 120
hari setelah tanam.
b. Ukuran umbi telah maksimal dan tidak terlalu tua. Panen yang terlalu tua
atau terlambat panen ini dapat menyebabkan umbi menjadi keras dan
berkatu, sehingga kualitas wortel menjadi rendah atau tidak laku
dipasarkan. Demikian juga untuk panen terlalu awal hanya akan
menghasilkan umbi berukuran kecil, sehingga produksi wortel menjadi
turun.
8. Pasca panen
Perlakuan pasca panen adalah sebagai berikut :
Setelah dikumpulkan umbi dicuci bersih dengan air yang mengalir, sambil
dilakukan seleksi. Kemudian tiriskan diatas para-para hingga kering. Bila
tempat penjualan tidak terlalu jauh, umbi diikat dengan daunnya dengan berat
sekitar 1,1-1,3 kg. Bila tempat penjualanya jauh, daun dipotong sampai
pangkal, deikian juga ujung umbi yang kecil. Dengan tujuan memudahkan dan
meringankan saat pengangkutan.
Hasil indentifikasi dan analisis permasalahan sistem budidaya tanaman dari
praktek-praktek petani selama ini guna menuju pengembangan pertanian
berbasis ekologis,

Berdasarkan data statistik tahun 1990 dan tahun 2000, diketahui adanya
peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat di DAS Konto dari 587 jiwa/km2
pada tahun 1990 menjadi 657 jiwa/km2 di tahun 2000. Peningkatan jumlah
penduduk ini disinyalir telah memicu pengalihgunaan hutan menjadi sistem
penggunaan lahan lain. Dalam kurun waktu 10 tahun hutan telah mengalami
penurunan luasan sebesar 20 % ( 1967.21 ha) atau rata-rata 196.7 ha per tahun.
Penurunan luasan hutan ini diikuti dengan peningkatan luasan padang rumput,
perkebunan, semak belukar dan tanggul pasir. Sebagian besar lahan hutan (18%)
berubah menjadi semak belukar dan sisanya menjadi padang rumput, perkebunan
atau tanggul pasir. Alih guna hutan ini menentukan berkembangnya sistem
agroforestri di wilayah DAS Konto ditandai dengan peningkatan luasan areal
perkebunan sebesar 240.78 ha dalam kurun waktu 10 tahun.
Di Sub DAS Konto hulu, Kab Malang terjadi alih tata guna lahan
pertanian. Dimana pada awalnya di daerah DAS Konto ini merupakan kawasan
hutan alami. Akan tetapi mengalami perubahan menjadi kawasan agroforestry.
Bahkan untuk sekarang ini beberapa lahan digunakan untuk tanaman tanaman
semusim seperti sayursayuran. Hal ini sangat berbahaya bagi di DAS Konto.
Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai juga menjadi penyebab terjadinya erosi pada
lahan. Dalam hutan alam pegunungan DAS Konto diperkirakan sekitar 25% dari
jumlah pohon asli telah ditebang, tingkat pengurangan luas bidang dasar sekitar
8% setahun (Perhutani KPH Malang, 2011). Dengan terbukanya lahan, maka
memungkinkan terjadinya limpasan permukaan menjadi lebih besar sehingga
semakin besar pula kemungkinannya terjadi erosi.
Namun, disisi lain Wilayah DAS Konto yang masuk ke Pujon dicirikan
dengan sistem budidaya hortikultura dan peternakan. Kawasan ini merupakan
penyuplai sayur dan buah-buahan di Jawa Timur. Komoditas utama yang ditanam
adalah wortel, brokoli, kubis dan kentang. Tanaman hortikultura ini tidak hanya
diusahakan di lahan milik pribadi namun juga di lahan Perhutani dengan cara
ditumpangsarikan dengan pohon seperti pinus, damar dan eukaliptus.
Uraian bagaimana petani menyelesaikan masalah tersebut selama ini,

Upaya pengelolaan DAS yang digunakan adalah memilih alternatif


pengelolaan lahan dan tanamannya dengan cara penerapan agro-teknologi dan
agro-forestri yang didasarkan pada pertimbangan keefektifannya dalam menekan
limpasan permukaan dan disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Teknologi yang direkomendasikan harus dapat dilakukan oleh masyarakat
setempat dengan melihat sumberdaya lokal, dapat diterapkan dan dapat diterima
masyarakat secara sosial ekonomi (Fakhrudin, 2001). Jenis tanaman dan pola
tanam yang direkomendasikan disesuaikan dengan kondisi biofisik wilayah dalam
artian kesesuaian aspek lahan, permintaan pasar dan dapat diterima oleh
masyarakat setempat. Oleh karena itu jenis tanaman yang direkomendasikan
untuk DAS Konto Hulu adalah jenis tanaman yang biasa diusahakan seperti,
tanaman wortel, kol, kubis, jagung, apel, kacang tanah yang merupakan tanaman
musiman dan ada juga tanaman tahunan. Sedangkan secara teknologi masyarakat
setempat sudah ada yang menerapkan teknik konservasi yaitu dengan membuat
teras guludan dengan tanaman penguat, teras bangku, penanaman mengikuti garis
kontur, dan menggunakan mulsa.
Rekomendasi solusi terhadap permasalahan budidaya
a. Cara Vegetatif
Merupakan cara terbaik dalam mengkonservasi lahan karena dengan
adanya vegetasi, tanah akan terlindung dari pukulan air hujan dan yang
terpenting akan sangat memperbesar kemampuan lahan untuk meresapkan air
ke dalam tanah. Cara ini dapat dilaksanakan baik secara lokal maupun
regional. Semakin pendek, kuat batang, rimbun, kecil daun, kuat-panjangbanyak akar dan padat tanaman umumnya semakin baik. Cara vegetatif ini
meliputi reboisasi kawasan hutan, pengembangan hutan masyarakat (sutera
alam, lebah madu, jamur kayu) jalur hijau, perkebunan, agroforestry,
perumputan, pertamanan, pagar hidup, strip croping, contour farming,
multiple croping (tumpangsari), tumpang gilir, dll.
Menurut Nakano, 1976 kapasitas infiltrasi pada hutan konifer adalah 246
mm/jam, hutan daun lebar 272 mm/jam dan rumput 191 mm/jam (4). Selain
meningkatkan besarnya resapan air, vegetasi dapat juga mengurangi erosi dan

menghasilkan air yang berkualitas baik, menghasilkan oksigen (udara segar),


Menjadikan lahan lebih produktif, memperindah pemandangan, dan
membangun kembali neraca unsur hara.
b. Cara Mekanis/ Teknis
Bertujuan untuk memperkecil dan memperlambat aliran permukaan
dan menyalurkan aliran ke tempat yang tersedia yang ketiganya secara
otomatis akan memperbesar jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Cara
mekanis/ teknis ini antara lain :
1. Membuat teras/ sengkedan Untuk menciptakan fungsi datar pada lahan
yang miring karena umumnya daerah resapan air berada pada morfologi
bergelombang yang kemiringannya cukup besar, beberapa jenis teras adalah
(4) :
- Teras datar : undakan relatif panjang dan cocok untuk daerah yang
relatif datar (kemiringan < 3%)
- Teras kridit : panjang tiap undakan 5 - 12 m dan diterapkan pada
daerah yang bercurah hujan tinggi dan kemiringan lahan 3 - 10%
dimana lapisan tanahnya agak kedap air.
- Teras pematang/ guludan : panjang undakan 2 - 3 m dan cocok
untuk daerah dengan slope 10 - 40%.
- Teras bangku : undakan relatif pendek dan cocok untuk daerah
dengan kemiringan lahan antara 15 - 50%. Teknologi terasering
dapat meningkatkan peresapan air sampai 75% untuk teras bangku
dan 68% untuk teras guludan dan mengurangi erosi sampai 99%
(7).
2. Membuat saluran air/ parit jebakan Dimaksudkan untuk menahan air di
parit sehingga mempertinggi kelembaban tanah di bagian hilirnya. Cara ini
dilaksanakan secara lokal ataupun regional dalam suatu kawasan tertentu.
3. Membuat dam penahan/ pengendali Bendungan/ reservoir/ waduk dapat
dimanfaatkan sebagai penyedia air irigasi, PLTA, air industri dan domistik,
pengendali banjir, serta untuk pariwisata. Checkdam merupakan bangunan
melintang sungai untuk menahan bahan sedimen serta melandaikan
kemiringan dasar sungai. Cara ini dilaksanakan secara regional.
Daftar Pustaka

Susila, Anas D. 2006. Paduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor : Departemen


Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Anda mungkin juga menyukai