Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, tingginya angka kematian ibu terutama di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia, menjadikan Millenium Development Goals
2015 butir kelima yang berbunyi Meningkatkan kesehatan ibu sebagai target
yang harus dicapai. Dari 5 juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap
tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan
atau persalinan. Penyebab kematian tersebut antara lain perdarahan, eklampsia
atau gangguan akibat gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan,
partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi. Faktor lain yang menyebabkan
tingginya angka kematian ibu antara lain minimnya pendidikan, penggunaan
kontrasepsi dan persalinan yang kurang aman. Akses untuk mendapatkan
informasi mengenai kesehatan dan reproduksi masih perlu ditingkatkan agar
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat di
wilayah terpencil. Budidaya lain yang terjadi adalah bahwa perempuan yang
belum menikah merasa sangat tidak nyaman untuk membicarakan perihal
seks. Hal ini menunjukkan bahwa kasus kematian ibu masih memprihatinkan.
Salah satu upaya untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia adalah melalui upaya program pelayanan kesehatan obstetrik bagi
ibu hamil untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Sarwono Prawiroharjo, 2011).
Program tersebut dikenal dengan asuhan antenatal yang merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam membentuk intervensi strategis Four Pillar Safe
Mother Hood.
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayaan yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan/SPK (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Kemkes RI, 2010). Tenaga
kesehatan yang dimaksud di atas adalah dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, dokter umum, bidan dan perawat.
Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal
ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.
Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini
berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia 28 minggu,
sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28 36 minggu dan sebanyak
dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu.
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya
berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan
persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan
satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang
optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan
janin(Manuaba, 2001).

Namun, berdasarkan hasil ringkasan kajian mengenai kesehatan ibu


dan anak tahun 2012 menyatakan bahwa kebanyakan perempuan hamil (72
persen) di Indonesia melakukan kunjungan pertama, tetapi putus sebelum
empat kunjungan yang direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan. Kurang
lebih 16 persen perempuan (25 persen dari pedesaan dan delapan persen
perempuan perkotaan) tidak pernah mendapatkan pelayanan antenatal selama
kehamilan terakhir mereka.
Hal itu disebabkan karena rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan
frekuensi antenatal yang tidak teratur. Ada beberapa faktor penyebab ibu
hamil kurang termotivasi dalam melakukan antenatal care antara lain
kurangnya pengetahuan ibu tentang antenatal care, kesibukan, tingkat sosial
ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang, kurangnya kemudahan
untuk pelayanan maternal, asuhan medis yang kurang baik, dan kurangnya
tenaga terlatih(Prawirohardjo, 2006)
Ada beberapa faktor penyebab mengapa ibu tidak melanjutkan
kunjungan antenatal sampai kunjungan keempat (K4) yaitu Predisposition
Factor seperti pengetahuan umum akan kehamilan, sikap terhadap kehamilan,
perilaku selama hamil, faktor struktur sosial, dan dukungan keluarga.
Enabling Factor (faktor pemungkin/faktor pendorong) yaitu dalam hal ini
mencakup ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana pelayanan ANC.
Reinforcing Factor yang membuat ibu tidak melakukan kunjungan antenatal
berkaitan dengan perilaku tenaga kesehatan pada saat memberikan pelayanan
serta bentuk komunikasi yang kurang baik terhadap pasien sehingga pasien
kesulitan menangkap pesan yang diberikan petugas dalam menjaga dan
merawat kehamilan ibu.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka salah satu faktor predisposisi
yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan kunjungan antenatal atau tidak
menuntaskan kunjungan antenatal sampai selesai adalah mengenai
pengetahuan umum akan kehamilan dan pengetahuan mereka mengenai
asuhan antenatal. Oleh karena itu harus dilakukan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan ibu hamil mengenai antenatal care, salah satunya dengan
melakukan promosi kesehatan dan sosialisasi penyuluhan tentang pentingnya
antenatal care pada ibu hamil. Adanya sosialisasi dan penyuluhan ini
diharapkan ibu hamil dapat mengerti tentang pentingnya antenatal care.
Penyuluhan adalah proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisasi. Peserta penyuluhan
itu sendiri akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan teknis untuk
tujuan-tujuan tertentu(Sumantri, 2006)
Tipe Pendekatan
Perorangan
Perorangan dan kelompok

Massal

Jenis Metode Penyuluhan


Demonstrasi
Ceramah umum, diskusi, informasi dari
surat kabar, siaran radio dan TV,
pameran, karyawisata, widyaswasta, dan
demonstrasi
Informasi dari surat kabar, majalah,
poster, leaflet, siaran radio dan TV

Massal dan berkelompok

Ceramah umum, diskusi, informasi dari


kelompok, majalah, poster, leaflet, siaran
radio dan TV, pameran dan widyaswasta.

Sumber : Machmud SM. 2006


Berdasarkan tabel di atas, metode penyuluhan yang cocok dilakukan
kepada masyarakat umum secara massal antara lain ceramah umum, diskusi,
informasi dari beberapa media seperti poster, leaflet, siaran radio dan TV,
pameran, dll.(Machmud SM. 2006)
Sebagai media pengingat, penulis menggunakan metode kalender sebagai
sistem pencatatan waktu yang dinilai efektif karena perhitungannya tepat
berdasarkan titik-titik hari dan angka (tanggal) sebagai patokan. Kalender ini
berisikan biodata, jadwal kunjungan dalam format kalender, penjelasan 7 T,
komik MDGs 2015, note, dan konten lainnya.
Lampung merupakan provinsi dengan presentase kelahiran mendapat
ANC (K1) dan ANC minimal 4 kali yang merupakan indikator ANC lengkap
selama pemeriksaan kehamilan dengan nilai presentase sekitar 95,4% untuk
kunjungan ANC (K1) dan sekitar 80-83% untuk kunjungan ANC minimal 4
kali. Dengan kata lain, Lampung masih termasuk provinsi dengan kesadaran
ANC yang tinggi walaupun tidak setinggi 16 provinsi lainnya(Riskesdas,
2010)
Berdasarkan grafik Riskesdas, baik untuk kunjungan pertama (K1)
maupun insiden kunjungan ANC kurang dari empat kali untuk provinsi
lampung masih berada di pertengahan yaitu urutan ke-16 dengan angka
kunjungan antenatal kurang dari empat kali yang lebih tinggi dibandingkan
standar di Indonesia.
Desa Krawangsari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan merupakan
desa binaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang ketersediaan
pelayanan kesehatannya masih terbatas dan masih memerlukan perhatian
khusus. Desa Krawang Sari memiliki luas 1.062 hektar dan memiliki 6 dusun
(Dusun Jepang, Dusun Krawang Sari, Dusun Sidorejo, Dusun Rumbia Barat,
Dusun Rumbia Timur, dan Dusun Talang Sawo) yang tiap dusun ini memiliki
tingkat perkembangan ekonomi dan kesehatan yang tidak merata. Kondisi
umum Desa Krawangsari adalah mayoritas pedesaan dan persawahan yang
mencerminkan bahwa profil hampir seluruh mata pencaharian warga desa ini
adalah petani.
Berdasarkan hasil kunjungan penulis ke Desa Krawangsari didapatkan
bahwa pelayanan kesehatan di desa tersebut terbilang masih kurang dan masih
kurang terjangkau untuk dusun-dusun yang terletak lebih dalam seperti Dusun
Talangsawo. Pada desa tersebut terdapat satu bidan desa yang terletak dekat
dengan balai desa dan beberapa bidan umum (6 s.d 8 bidan) yang tidak semua
bidan menetap disana. Kemudian, diketahui juga bahwa posyandu di desa
tersebut hanya dilaksanakan satu bulan sekali. Berdasarkan hasil wawancara
penulis dengan kepala desa dan bidan desa didapatkan bahwa kondisi
kunjungan antenatal di desa tersebut cukup aktif dan tidak ada kasus kematian
ibu di desa tersebut. Hanya saja, ada beberapa ibu yang masih belum
melakukan kunjungan antenatal. Kunjungan yang dimaksud merupakan
kunjungan pada saat awal kehamilan (K1), namun masih banyak ibu hamil di
desa tersebut yang tidak menyelesaikan kunjungan sampai kunjungan keempat

(K4) mengingat kesibukan mereka sebagai petani dan pengetahuan mereka


yang kurang mengenai antenatal care.
Oleh karena itu, penulis memilih program penyuluhan pelayanan
antenatal dan pembuatan Calendar Antenatal Program (CAP) di Desa
Krawangsari Kecamatan Natar dengan harapan inovasi baru ini beserta
serangkaian program lainnya dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
masyarakat umum terutama ibu mengenai pentingnya Antenatal Care.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang muncul dalam proposal PKM-M kali ini
meliputi sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penyuluhan dan pembuatan Calendar Antenatal
Program (CAP) terhadap pengetahuan para ibu untuk melakukan
asuhan antenatal?
2. Bagaimana pengaruh penyuluhan dan pembuatan Calendar Antenatal
Program (CAP) terhadap kesadaran para ibu untuk melakukan asuhan
antenatal secara lengkap selama masa kehamilan (K1 s.d K4)?
3. Apakah Angka Kematian Ibu (AKI) berkurang di Desa Krawangsari
setelah dilaksanakan program ini?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari program ini antara lain :
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat umum dan ibu pada khususnya
mengenai asuhan antenatal di Desa Krawangsari Kecamatan Natar.
2. Meningkatkan kesadaran ibu untuk melakukan kunjungan antenatal
secara rutin di Desa Krawangsari Kecamatan Natar.
3. Mengurangi angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di Desa
Krawangsari Kecamatan Natar
4. Mendukung program pemerintah dalam upaya mewujudkan Millenium
Development Goals 2015 butir kelima.
1.4 Luaran
Dengan diadakannya promosi kesehatan dan pembuatan Calendar Antenatal
Program (CAP) di desa tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat Desa Krawangsari mengenai pentingnya kunjungan antenatal dan
ibu hamil di desa tersebut menjadi rutin melakukan kunjungan antenatal
sampai minimal kunjungan keempat (K4).
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari program ini antara lain :
1. Bagi penulis, program ini sebagai bentuk pengabdian yang merupakan
salah satu tugas dokter yang tercantum dalam sumpah dokter.
2. Bagi pembaca, program ini dapat meningkatkan pengetahuan pembaca
dan menjadi bahan rujukan untuk membuat inovasi baru terkait
peningkatan angka kesehatan ibu di Indonesia.
3. Bagi pemerintah, program ini dapat membantu upaya pemerintah dalam
meningkatkan kulaitas hidup masyarakat Indonesia yang merujuk pada
poin kelima Millenium Development Goals 2015

Anda mungkin juga menyukai