Anda di halaman 1dari 26

PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS TIPE-II PADA

LAKI-LAKI USIA 72 TAHUN (PENGOBATAN YANG TIDAK


TERKONTROL)
Oleh :
Anggun Permatasari, S.Ked (1018011110)

Pembimbing :
dr. Reni Zuraida, M. Si

LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (ADA 2013; Perkeni, 2011).
Berdasarkan data Global Esimates of Diabetes Prevalence for 2013 and
Projections for 2035, terdapat 381,8 juta orang di dunia menderita
DMT2 dengan kematian mencapai 8,3 juta orang. Indonesia, pada
tahun 2013, menduduki peringkat ketujuh dunia dengan jumlah
penderita DMT2 sebanyak 8,5 juta orang dan pada tahun 2035
diproyeksikan menempati posisi keenam dengan perkiraan sebanyak
14,1 juta orang (Guardiguata, 2013). Menurut data badan kesehatan
dunia (WHO) tahun 2013 Indonesia menempati peringkat ketujuh
dalam jumlah penderita diabetes di dunia. Terdapat sekitar 12 juta
jiwa penduduk Indonesia yang mengidap diabetes melitus (Kemenkes
RI 2013)
2

Edukasi merupakan dasar utama untuk


pengobatan dan pencegahan DM yang
sempurna. Pengetahuan yang minim tentang DM
akan lebih cepat menjurus ke arah timbulnya
komplikasi dan hal ini merupakan beban bagi
keluarga dan masyarakat (Agustina, 2009).

TUJUAN PENULISAN
Penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis
evidence based medicine pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta
penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka
penyelesaian masalah pasien dengan
pendekatan pasien centre dan family approach.

ILUSTRASI KASUS
Tn. S, 72 tahun, yang telah dinyatakan terkena penyakit
kencing manis selama 8 (delapan) tahun
datang ke Puskesmas Panjang pada tanggal 17
September 2015 dengan keluhan badan terasa lemas
sejak 4 hari terakhir.
Pasien mengaku kepala terasa berat dan badan terasa
linu-linu. Sejak 4 (empat) bulan yang lalu, kedua kaki dan
ujung jari-jari tangan pasien mulai sering terasa
kesemutan dan pasien mengabaikannya.

Pasien mengetahui penyakit kencing manis sejak 8 tahun


yang lalu, saat pemeriksaan darah, didapatkan gula
darah puasa pada saat itu >350 gr/dl. Dalam keluarga,
tidak dikrtahui ada yang memiliki riwayat kencing manis.
Selama ini pasien mengaku mengkomsumsi obat
glibenklamid 1x5mg secara teratur yang diberikan oleh
dokter.
Dengan mengonsumsi obat ini pasien mengatakan badan
terasa lebih enak, pasien rutin kontrol ke puskesmas
panjang, hingga pada akhir tahun 2014, pasien
melakukan pemeriksaan gula darah puasa didapat gula
darah 110 mg/dl, sejak saat itu pasien tidak pernah
kontrol dan hanya mengonsumsi glibenklamid 1x5mg.

METODE
Studi ini adalah Case Report. Data primer diperoleh
melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis),
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium di puskesmas.
Kunjungan rumah, melengkapi data keluarga, data
okupasi dan psikososial serta lingkungan. Penilaian
berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses dan akhir
studi secara kuantitatif dan kualitatif.

HASIL
Anamnesa:
Keluhan badan terasa lemas dan sering kesemutan
pada ujung kaki
Pemeriksaan Fisik :
Penampilan normal, tampak sakit ringan. Berat
badan 72 kg, tinggi badan 170 cm., IMT 24,91
(kegemukan). Tekanan darah 130/80mmHg, nadi
80x/menit, frekwensi napas 18x/menit, suhu
36,70C.
8

Status generalis :
Kepala, mata, hidung, mulut, dan telinga dalam batas
normal. Tenggorokan, leher, abdomen, paru, dan jantung
dalam batas normal. Ekstremitas superior dekstra et
sinistra dalam batas normal. Ekstremitas inferior dekstra
tertera dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang : Gula dasar sewaktu pada saat
pasien datang ke klinik adalah 259 mg/dl
Pemeriksaan gula darah puasa 170 mg/dl, Pemeriksaan
gula darah 2 jam postprandial 325 mg/dl.

DATA KELUARGA
Bentuk keluarga pada pasien ini adalah keluarga
inti. Menurut siklus Duvall, siklus keluarga ini
berada pada tahap VIII, dimana keluarga dalam
masa pensiun dan lansia.

10

GENOGRAM

11

HUBUNGAN ANTAR KELUARGA

12

DATA LINGKUNGAN RUMAH


Tinggal dengan istri dalam satu rumah yang berukuran
12m x 8m tidak bertingkat, memiliki 3 kamar tidur. Lantai
keramik, dinding tembok dan penerangan dan ventilasi
cukup. Rumah terlihat bersih, Penataan barang di dalam
rumah teratur. Rumah sudah menggunakan listrik, Mereka
tinggal di daerah lingkungan yang jarak antara rumah
cukup berdekatan.
Sumber air minum dari sumur bor, limbah dialirkan ke got,
jarak sefty tank dengan sumur 10 meter. Memiliki satu
kamar mandi dan satu jamban yang cukup dekat dengan
dapur. Bentuk jamban jongkok. Lantai kamar mandi tidak
licin dan tidak terdapat pegangan.
13

DIAGNOSTIK HOLISTIK AWAL


Aspek 1. Aspek personal
Alasan kedatangan: badan terasa lemas dan sering
kesemutan pada ujung kaki.
Kekhawatiran: kadar gula tinggi membuat keluhan
terus berlanjut hingga mengganggu aktivitas.
Harapan: kadar gula terkontrol, bisa terlepas dari
obat dan hidup normal seperti biasanya. Persepsi
pasien penyakit ini tidak akan bisa disembuhkan.

14

Aspek 2. Aspek Klinik


Diabetes Melitus tipe-II (ICD X: E11)
Aspek 3. Aspek resiko internal:
Laki-laki usia 72 tahun, kegemukan
Pasien tidak berobat secara rutin

Jarang berolahraga dikarenakan kurangnya


pengetahuan tentang gaya hidup yang dapat mencegah
komlikasi diabetes melitus.

15

Aspek 4. Aspek resiko eksternal


keluarga berobat ke layanan kesehatan jika
keluhan sudah benar-benar mengganggu
Skala fungsional : derajat 2 yaitu mampu
melakukan perawatan diri, tapi tidak dapat
melakukan pekerjaan berat

16

PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa :
Konseling pasien bahwa penatalaksanaan yang dilakukan harus
dilakukan seumur hidup.
Menginformasikan segala hal tentang diabetes melitus serta pola
hidup yang dianjurkan untuk pasien. Mengenai olahraga yang
minimal dilakukan 2-3x/minggu selama 30 menit dan makanan yang
rendah lemak serta diet bagi pasien DM.
Konseling kepada keluarga tentang pentingnya memberi dukungan
pada pasien dan mengawasi pengobatan seperti diet pasien, kapan
harus kontrol kembali, dan berolahraga.
Konseling kepada keluarga pasien tentang pentingnya memberi
dukungan pada pasien terkait masalah stressor
Konseling kepada keluarga pasien mengenai pentingnya prinsip
preventif dari pada kuratif
17

MEDIKAMENTOSA :
Golongan Sulfonilurea: Glibenclamid 5 mg diminum satu
kali sehari saat malam secara terus menerus

Golongan Biguanid: Metformin 500 mg diminum dua kali


sehari saat sarapan pagi dan makan siang secara terus
menerus
Mecobalamin 500 mcg diminum dua kali sehari

18

Aspek Personal
Pemberian edukasi tentang diabetes melitus serta
pola hidup yang dianjurkan. Mengenai olahraga
yang minimal dilakukan 2-3x/minggu selama 30
menit dan makanan yang rendah lemak serta diet
bagi pasien diabetes melitus, untuk
menggendalikan gula darah dan mencegah
komlikasi.
Aspek Klinik
Pemberian intervensi medikamentosa.
19

Aspek Risiko Internal

Pemberian edukasi mengenai kebutuhan gizi


seimbang dan penyesuaian pola makan pasien
agar sesuai dengan piramida gizi seimbang, serta
olahraga teratur yang dilakukan 2-3x/minggu
selama minumal 30 menit.
Keluarga dan Lingkungan
Edukasi kepada seluruh anggota keluarga untuk
mendukung pasien dalam pengobatan penyakit
yang diderita.
20

PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. S, usia 72
tahun. Pada kunjungan pertama pasien ke
puskesmas, diagnosis yang ditetapkan terhadap
pasien ini adalah diabetes melitus
Pada 1 Oktober 2015, dilakukan kunjungan ke
rumah pasien untuk mencari dan mengetahui pola
makan yang selama ini pasien lakukan dan
pengetahuan pasien mengenai gizi seimbang.

21

Untuk perilaku kesehatan keluarga pasien, pasien


diberikan edukasi mengenai pola makan dan
olahraga yang baik bagi pasien, tentu hal ini
membutuhkan adanya dukungan dari keluarga.
Selain harus menerapkan pola makan gizi
seimbang bagi pasien diabetes melitus, pasien
juga harus melakukan olahraga teratur (2-3 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit).
Pembinaan keluarga pada pasien ini
menerapkan konsep dokter keluarga, yakni
sebagai dokter pelayanan primer yang melayani
pasien secara holistik dan berkisambungan.
22

SIMPULAN
Diagnosis dari Diabetes melitus berdasarkan anamnesis yang meliputi
adanya poliuri, poli dipsi dan polifagia untuk diabetes melitus. pemeriksaan
penunjang, pemeriksaan penunjang berupa kadar gula darah sewaktu yang
pernah mencapai >350 mg/dl dan sudah sesuai dengan beberapa teori.

Didapatkan faktor internal berupa laki-laki usia 72 tahun, kegemukan,


pasien tidak berobat secara rutin, pasien jarang berolahraga dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang gaya hidup yang dapat mencegah
komlikasi diabetes melitus. Faktor eksternal yaitu keluarga berobat ke
layanan kesehatan jika keluhan sudah benar-benar mengganggu.
Pada pasien diberikan intervensi berupa edukasi mengenai pola makan
sesuai dengan gizi seimbang dan pola olahraga terus menerus dengan
menggunakan media leaflet. Dukungan keluarga diperlukan untuk membantu
pasien mengendalikan kadar gula darah. Setelah dilakukan intervensi
terdapat perubahan pola hidup pasien berupa makan, yaitu pasien sudah
mengurangurangi gula dalam makanan. Serta pola hidup berupa olah raga
yang dilakukan pasien setiap pagi dengan berjalan jalan kecil keliling
rumah selama 30 menit.
23

SARAN
Bagi pasien :
Tetap melakukan intervensi yang tela diberikan.
Memeriksakan kadar gula darah minimal sebulan sekali
Bagi keluarga :
Tetap memberikan dukungan dan menjadi pelaku rawat
bagi pasien.
Tetap melakukan intervensi yang telah diberikan.

24

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
dr. Reni Zuraida, M.Si atas bimbingan
dalam penulisan manuskrip ini, dr. Ida
Salfantina sebagai pembimbing selama di
Puskesmas Panjang.

25

TERIMAKASIH
26

Anda mungkin juga menyukai