Anda di halaman 1dari 1

Suhandayani, 2007

Widoyono, 2007
Penelitian Sirait 2010 di kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan,
memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA
pada balita.

Savitha et al. 2007 = pendidikan dengan ISPA


Syahril di kota Banda Aceh (2006) hubungan yang bermakna antara kejadian
pneumonia pada balita dengan statu imunisasi tidak lengkap memiliki risiko 2,5
kali lebih besar menderita pneumonia dibandingkan dengan balita. Sadono et al
2005 kabupaten Blora jateng hubungan yang bermakna status imunisasi dengan
kejadian ISPa pada bayi.

Ventilasi minimal 10% dari luas lantai (natoatmodjo,2003) sulistyowati 2010


kabupaten Trenggalek proporsi balita penderita pneumonia tidak memenuhi
syarat kesehatan sebesar 57,8% kemungkinan menderita pneumonia 1,9 kali
berisiko.

Kepadatan hunian Gani 2004.Chahaya 2004 risiko 9 kali terjadinya ISPA

Naria et al 2008. 81,25% menderita ISPA. Risiko 1,7 kali lebih berisiko balita yang
menggunakan kayu bakar.
Patomekanisme ISPA
Perjalanan penyakit ISPA dimulai dari masuknya virus sebagai antigen ke SP.
Menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran pernapasan bergerak
ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus akan merusak lapisan epitel dan
lapisan mukosa saluran pernapasan. iritasi virus pada kedua lapisan tersebut
menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan struktur lapisan dinding
saluran napas menyebabkan aktifitas kelenjar muskus meningkat. Dan sekresi
yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (kaur, 2010)
P=0,022 dari 143 sampel ASI
OR=5,63 (95% CI: 3,03-10,41) p =0,00 Abdullah 2003
OR= 1,69 (95% CI=1,02-2,80) Rustam 2010 P=0,03
Merokok p=0,620

Anda mungkin juga menyukai