ABSTRACT
Animal Health Management on Goat Production. Disease is one of the major constraint which should be
aware on goat production. In order to minimize the negative effect of animal diseases, the sustainable animal health
management must be applied. There are 4 steps of animal health management on goat production (1) choosing
appropriate location, (2) choosing appropriate breed, (3) adaptation, and (4) rearing. The most important diseases on
goat production usually caused by infectious diseases such as parasites (scabies and nematodiasis), bacteria (anthrax,
pink eye and pneumonia), and virus (orf); and by non-infectious diseases such as diarrhea on the lambs, tymphani and
toxic plan (i.e. cyanide). Sustainable parasite control is also important to keep the infestation of the parasites below the
threshold and to avoid the distubances on the goat productivity. Vaccination for orf and anthrax must be done,
espesially in endemic areas. Moreover, the biosecurity and biosafety of the pen and the quality of the feed should also
be concerned to improve the healthiness of the goat against the diseases.
Keywords: Goat, animal health and diseases
ABSTRAK
Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak kambing. Melalui penerapan
manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak
dapat diminimalkan. Empat tahapan manajemen kesehatan ternak yang perlu diperhatikan dalam membangun usaha
ternak kambing, yaitu (1) tahap pemilihan lokasi, (2) tahap persiapan dan pengadaan ternak, (3) tahap adaptasi, dan (4)
tahap pemeliharaan. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi adalah penyakit parasiter, terutama
skabies dan parasit saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial terutama anthrax, pink
eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, dan penyakit lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu
diperhatikan adalah penyakit diare pada anak kambing, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida dari tanaman.
Pengendalian penyakit parasit secara berkesinambungan (sustainable parasite controle) perlu diterapkan agar infestasi
parasit selalu di bawah ambang yang dapat mengganggu produktivitas ternak. Vaksinasi terhadap penyakit Anthrax
(terutama untuk daerah endemis anthrax), dan orf merupakan tindakan preventif yang dianjurkan. Sementara itu,
manajemen pemeliharaan berupa perkandangan yang sehat dan pemberian pakan bergizi akan membuat ternak
kambing lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Kata kunci: Kambing, kesehatan ternak dan penyakit
PENDAHULUAN
Kambing dan domba merupakan ternak
ruminansia kecil yang banyak dipelihara petaniternak di pedesaan dengan berbagai tujuan, antara
lain sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat
dijual untuk keperluan hidupnya. Populasi ternak
kambing di Indonesia pada tahun 2003 sekitar 14
juta ekor yang tersebar di berbagai wilayah
Indonesia, terutama di pulau Jawa (sekitar 50% dari
total populasi). Ternak ini mempunyai nilai
ekonomi bagi peternak karena mudah dipelihara,
tidak membutuhkan lahan yang luas, berbagai
sumber pakan tersedia di pedesaan, daya
reproduksinya cukup tinggi, dan lama pemeliharaan
hingga dewasa relatif cepat. Kontribusinya dalam
penyediaan daging secara nasional walaupun masih
relatif rendah (hanya 5%), tetapi memiliki potensi
merupakan bagian (subsistem dari usahataniternak) yang tidak terpisahkan dalam sistem
usahatani-ternak modern. Dalam manajemen
kesehatan ternak, upaya pencegahan tetap
merupakan
tindakan
terbaik,
sedangkan
penanggulangan
terhadap
penyakit-penyakit
tertentu juga diperlukan apabila situasi dan
kondisinya menuntut dilakukan tindakan tersebut.
Pada makalah ini akan diulas berbagai penyakit
yang dapat menyerang ternak kambing (terutama
penyakit yang bernilai ekonomis dan strategis)
serta upaya penanganannya.
MANAJEMEN KESEHATAN DALAM
PEMELIHARAAN TERNAK KAMBING
Kesehatan ternak menjadi sangat penting karena
akan menyebabkan kerugian akibat: (a) gangguan
pertumbuhan (pertambahan berat badan harian
rendah), (b) dewasa kelamin atau umur beranak
pertama terlambat, (c) daya reproduksi terganggu,
(d) efisiensi pakan rendah, dan (e) kematian ternak.
Oleh karena itu, dalam pemeliharaan ternak
kambing perlu mengetahui sedini mungkin gejalagejala atau tanda-tanda penyakit secara umum,
antara lain berupa: (a) kurang nafsu makan/tidak
mau makan, (b) tidak lincah/lebih banyak diam, (c)
lemah/lesu, (d) menyendiri, (e) menggaruk-garuk
badan, (f) kotoran tidak normal (warna, bau,
konsistensi), (g) dan lain sebagainya. Bila dijumpai
ternak dengan tanda-tanda seperti demikian, patut
dicurigai bahwa ternak tersebut kurang sehat/sakit,
oleh karena itu untuk menghindari terjadinya
penularan/penyebaran penyakit lebih lanjut, ternak
tersebut sebaiknya diisolasi pada tempat/kandang
khusus yang terpisah dari ternak sehat lainnya.
Selama isolasi diberi makanan dan minuman yang
baik, serta diamati terhadap kemungkinan terserang
penyakit menular dengan melakukan pemeriksaan
klinis dan laboratoris secara intensif. Segera ambil
tindakan
(pengobatan
atau
pengeluaran/
pemusnahan) apabila telah diperoleh kepastian
hasil diagnostik.
Dalam membangun usaha ternak kambing perlu
diperhatikan 4 hal yang berkaitan dengan
tatalaksana kesehatannya, yaitu: (1) tahap
pemilihan lokasi, (2) tahap persiapan/pengadaan
ternak, (3) tahap adaptasi sebelum di tempatkan
dalam kandang atau lahan pemeliharaan, dan (4)
tahap pemeliharaan. Keempat tahapan ini sangat
penting untuk diperhatikan agar kejadian wabah
penyakit pada saat pemeliharaan selanjutnya dapat
dihindari.
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
Keracunan sianida
Sianida adalah senyawa racun yang dapat
mematikan ternak dan manusia. Beberapa sumber
sianida telah dilaporkan antara lain racun ikan
(KCN dan NaCN/potas), pestisida (HCN,
Ca(CN)2), pupuk dan tanaman yang mengandung
glukosida sianogenik. Ubi kayu dan sorgum yang
ditanam pada akhir musim kering terbukti
mempunyai kandungan kadar sianida yang tinggi
dengan kadar air yang rendah. Pupuk dengan
tingkat nitrogen yang tinggi dapat meningkatkan
kandungan sianida di dalam daun. Jenis-jenis
tanaman yang mengandung sianida dapat dilihat
pada Tabel 1. Keracunan ternak karena sianida
sering terjadi di lapang dan sangat merugikan
peternak seperti yang terjadi di Lampung dan
Bojonegoro (BAHRI et al., 1985; BAHRI, 1987;
TOMASZEWSKA et al., 1993).
Tabel 1. Beberapa jenis tanaman yang mengandung sianida (Ginting et al., 1980)
Nama latin
Nama umum
Mikania cordata
Cynodon dactylon
Panicum maximum
Oxalis corniculata
Ficus montana
Caesalpinia pulcherrima
Jussiaca peruviana
Ageratum conyzoides
Acalypha indica
Bothriocola glabra
Manihot utilissima, esculenta
Cleome rutidosperma
Colocasia esculenta
Heven brasiliensis
Eleusine indica
Cassia lechenaultiana
Lepistemon binectariferus
Areu coputeuheur
Jukut kakawatan
Jukut banggala
Calingcing
Amis mata
Kembang merak
Kemabang kayu bagus
Babadotan
Lelatang
Jukut paparean
Singkong
Namnan
Bolang
Tangkal karet
Jukut jampang katincak
Pepedangan letik
Akar bulu
90
Kuantitas sianida
rendah (+)
rendah (+)
rendah (+)
rendah (+)
sedang (++)
sedang (++)
sedang (++)
sedang (++)
sedang (++)
sedang (++)
tinggi (+++)
tinggi (+++)
tinggi (+++)
tinggi (+++)
tinggi (+++)
tinggi (+++)
tinggi (+++)
melaporkan
adanya
kasus
goiter
yang
menyebabkan kematian pada anak kambing dan
domba di daerah Bogor, Ciawi dan Cilebut. Kasus
menjadi tinggi pada daerah-daerah yang
kekurangan yodium.
Yodium (I) dibutuhkan untuk sintesa hormon
tiroid (Triidothyronine/T3) dan tiroksin (T4) yang
berperan dalam mengatur metabolisme tubuh dan
sangat penting bagi hewan yang bunting, hewan
muda dan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Secara normal hormon ini diproduksi oleh kelenjar
tiroid dalam jumlah yang cukup sehingga dapat
mempertahankan produktivitas dan reproduktivitas
ternak. Produksinya akan menurun jika proses
biosintesanya terhambat karena kekurangan/
defisiensi yodium (TOMASZEWSKA et al., 1993).
Faktor lain penyebab kondisi ini adalah adanya zat
gastrogenik (tiosianat) pada pakan yang
dikonsumsinya. Kombinasi keduanya akan memicu
terjadinya goiter pada ternak (DELANGE et al.,
1982). BAHRI et al. (1984) mendeteksi kadar
tiosianat yang tinggi di dalam tubuh kambing yang
sering mengonsumsi daun ubi kayu. Zat ini mampu
menghambat up take yodium oleh kelenjar tiroid.
Beberapa tanaman yang mengandung zat anti tiroid
dilaporkan oleh GINTING (1981), yaitu kubis,
sudan grass dan white clover.
Untuk mencegah terjadinya goiter khususnya
pada daerah-daerah yang kekurangan yodium,
dapat dilakukan dengan cara mencampurkan garam
beryodium pada pakan ternak. Selain sebagai
penambah nafsu makan, pemberian garam
beryodium dapat mengatasi gangguan hormon
tiroid yang sangat penting untuk metabolisme
tubuh.
Diare pada anak kambing
Diare adalah gejala abnormalitas sistem
pencernaan dan sering terjadi pada anak kambing.
Gejala ini tidak hanya menyebabkan kekurangan
penyerapan sari-sari makanan, tetapi ternak juga
akan mengalami kehilangan cairan dalan jumlah
banyak. Diare yang terjadi pada anak kambing
(minggu-minggu
pertama
kelahiran)
dapat
menyebabkan dehidrasi dan kematian (THOMPSON,
2004).
Secara garis besar, penyebab diare dapat
digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu non ifeksi
dan agen infeksi (bakteri, protozoa atau virus).
Umumnya kejadian non infeksi dikarenakan pakan
pengganti air susu yang berlebihan atau konsentrasi
pakan yang tidak tepat, daun-daun dengan kadar
protein yang tinggi dan kualitas pakan yang rendah.
Pada kejadian infeksi, biasanya disebabkan oleh
91
92
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, sistem
manajemen kesehatan ternak kambing merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
usaha
agribisnis
ternak
kambing
secara
kesinambungan. Tahap pemilihan lokasi peternakan
merupakan tahap awal yang menentukan apakah
lokasi tersebut aman dari kemungkinan munculnya
wabah penyakit tertentu, sedangkan tahap
persiapan dan pengadaan ternak merupakan tahap
berikutnya yang menentukan bahwa ternak yang
akan dipelihara dalam keadaan sehat. Tahap
adaptasi merupakan karantina untuk menjamin
bahwa ternak kambing yang akan dipelihara lebih
lanjut telah benar-benar aman dari penyakit yang
kemungkinan terbawa dari daerah asal.
Tahap pemeliharaan sendiri sangat menentukan
produktivitas ternak berkaitan dengan gangguan
kesehatan. Oleh karena itu pencegahan dan
pengendalian terhadap penyakit-penyakit ternak
tertentu harus selalu mendapat perhatian terutama
penyakit skabies dan cacingan untuk golongan
penyakit parasiter dengan menerapkan kontrol
penyakit secara berkesinambungan.
Penyakit viral yang penting untuk dicegah dan
ditanggulangi adalah penyakit orf (Dakangan),
sedangkan penyakit bakterial yang penting untuk
diperhatikan, yaitu anthrax, pink eye, pneumonia
dan foot root. Penyakit lainnya yang juga perlu
mendapat perhatian adalah penyakit diare pada
anak kambing, penyakit kembung rumen, dan
keracunan
sianida
dari
tanaman.
Untuk
meningkatkan ketahanan tubuh ternak terhadap
gangguan/serangan penyakit hendaknya ternak
diberi pakan yang bergizi dengan jumlah yang
cukup
(tidak
kekurangan
pakan)
serta
perkandangan yang baik (kandang panggung akan
lebih baik) dan sanitasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
ANONIMUS. 2004. Pegangan Peserta Latihan Paravet.
Daftar Tindakan Terapi Yang Dapat Dilaksanakan
Untuk Menyembuhkan Gejala PenyakitTertentu.
ACHDIYATI, J., HARDJOUTOMO, S., SUPAR dan M.
POELOENGAN. 1983. Isolasi dan identifikasi bakteria
dari kasus pink eye pada ruminansia besar asal Jawa
Tengah. Penyakit Hewan. 15 (26):
93
1992.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
TOXOPLASMOSIS.
PARASITOL. INDON. 5 (1): 7-13.
dan
MAJ.
94
95