PEMBIMBING :
dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK
OLEH :
Ryan Prasdinar Pratama Putra
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis.
1
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan referat ini.
Semoga referat ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
mengenai salah satu kelainan kulit yaitu tuberkulosis kutis, khususnya bagi penulis
dan pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................
10
2.1 Definisi..............................................................................................
10
2.2 Epidemiologi.....................................................................................
10
2.3 Etiologi..............................................................................................
11
2.4 Patogenesis........................................................................................
14
2.5 Klasifikasi.........................................................................................
15
16
2.7 Diagnosis...........................................................................................
24
2.8 Penatalaksanaan................................................................................
28
2.9 Prognosis...........................................................................................
30
32
3.1 Kesimpulan.......................................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
33
DAFTAR GAMBAR
12
17
DAFTAR TABEL
12
14
16
16
26
29
29
BAB I
PENDAHULUAN
yang berarti dokter dapat mengenali tanda klinis, mendiagnosis, menatalaksana awal
dan melakukan perujukan sampai menangai rujukan balik.6 Berkaca dari hal tersebut,
tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk menambah pemahaman klinis mahasiswa
tentang penyakit tuberkulosis kutis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis, hingga penatalaksanaan awal. Setelah pemaparan tinjauan pustaka ini
diharapkan mahasiswa dapat memiliki informasi yang semakin kaya tentang
tuberkulosis kutih sehingga dalam pelayanan primer di masa yang akan datang
kompetensi yang disyaratkan dalam SKDI dapat sepenuhnya tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis kutis adalah penyakit tuberkulosis pada kulit yang disebabkan
oleh M. tuberculosis, M. bovis, dan pada keadaan tertentu oleh basil Calmette-Guerin
(BCG). 7
2.2 Epidemiologi 1,2,8
Pada tahun 1999, WHO memperkirakan adanya 8.417.000 kasus baru TB
secara global, dan menunjukkan penurunan insidensi selama hampir pertengahan
abad ke-20. Tuberkulosis kutis merupakan sebagian kecil dari keseluruhan kasus TB
(<1%-2%), namun pada negara berkembang angka tersebut menjadi signifikan. Jika
diasumsikan1% dari keseluruhan kasus TB merupakan TB kutis, maka di India dapat
dijumpai 1.847.000 kasus baru selama tahun 1999, dan dapat diperkirakan insidensi
tahunan kasus TB kutis ialah 18.000.
Hal ini berbanding terbalik dengan serial kasus yang dilaporkan dari berbagai
negara di dunia seperti : Farina (Spanyol) sekitar 11 kasus selama 14 tahun, Visser
(Afrika Selatan) sekitar 92 kasus dalam 12 tahun, Chong (Hongkong) sekitar 176
kasus dalam 10 tahun, dan Tincopa (peru) 32 kasus selama 2 tahun.
WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian
akibat TB dan terdapat 550.000 kasus TB, dengan tuberkulosis kutis yang terjadi
10
11
Hasil :
Interpretasi :
negatif
hitung BTA
++
+++
b. Kultur
Kultur dilakukan pada media Lowenstein Jensen, pengeraman pada suhu 3537C, jika positif koloni tumbuh dalam 4-6 minggu. Pada hasil kultur positif,
langsung dapat diperkirakan jenis BTA. Kuman Mycobacterium tuberculosis
tumbuh setelah 2-3 minggu dengan koloni yang timbul dari permukaan
berwarna kuning susu atau cream. Tidak semua kuman BTA yang
ditumbuhkan pada media tersebut adalah M. tuberculosis. Harus dapat
dilakukan identifikasi untuk membedakan spesies. Dasar dari pemeriksaan
12
A. Tumbuh Lambat
Contoh
i.
Fotokromogen (warna koloni M. marinum, M. kansasii
menjadi lebih tua bila terkena
ii.
cahaya)
Skotokromogen (warna koloni M. scrofulaceum
13
iii.
M. avium
M. ulcerans
M. smegmatis
M. fortuitum
C. Tidak Tumbuh
M. chelonaelabscessus
M. leprae
2.4 Patogenesis4,10
Tuberkulosis kutis sebagian besar disebabkan oleh M. tuberculosis dan
kadang-kadang oleh M. bovis. Infeksi kuman biasanya melalui inhalasi droplet
infeksius, meskipun dapat pula melalui ingesti atau kontak langsung. Adanya
kerusakan pada integritas kulit atau membran mukosa menyebabkan jalan yang
memudahkan masuknya kuman sehingga dapat memicu terjadinya infeksi. Sekali
bakteri tuberkulosis yang berukuran 1-5 m dapat mencapai alveoli dan
menyebabkan infeksi primer, sebelum menyebar secara ekstrapulmoner, termasuk
kulit. TB kutis dapat terjadi melalui kontak langsung atau perkontinuitatum dari lesi
jaringan kulit di bawahnya seperti limfonodi, tulang, traktus digestivus dan paru.
Infeksi tersebut mencetuskan respon imun seluler melalui hipereaktivitas tipelambat yang memerlukan waktu antara 2-10 minggu untuk terbentuknya imunitas
seluler spesifik dan menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan tuberkulin. Hanya
5% individu yang terinfeksi menjadi sakit TB. Sedangkan, pada 10% kasus akan
menjadi laten (TB post-primer). Pasien yang berpotensial menyebarkan kuman
14
tergantung dari jumlah kuman dan frekuensi batuk atau bersin. Kemungkinan untuk
terinfeksi dipengaruhi oleh status imun pejamu dan frekuensi dan durasi paparan.
Seseorang yang terinfeksi TB paru akan menyebarkan kuman ke lingkungan melalui
droplet infeksius, kondisi dengan ventilasi buruk dan lembab menyebabkan bakteri
tersuspensi di udara selama 3-5 hari sehingga menyebabkan kemungkinan dihirup
oleh orang lain besar. Transmisi TB paru penting untuk diketahui mengingat beberapa
kasus TB kutis terjadi bersamaan atau adanya riwayat TB paru, karena jarang TB
kutis terjadi secara primer. Bentuk penyebaran TB kutis dapat melalui 1) penjalaran
langsung dari organ di bawah kulit yang terinfeksi tuberkulosis (skrofuloderma) 2)
inokulasi pada kulit sekitar orifisium organ interna yang terkena tuberkulosis
(tuberkulosis kutis orifisialis) 3) secara hematogen (tuberkulosis kutis miliaris) 4)
limfogen (lupus vulgaris) 5) langsung masuk ke kulit jika terjadi kerusakan barier
(tuberkulosis verukosa kutis).
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi tuberkulosis kutis sebagai berikut : 7
Status Imunitas
Penyakit
Pejamu
Eksogen
Endogen
Nave
Immune
Tinggi
Rendah
orifisial,
15
Tuberkulosis -BCG
tuberkulosis gumma
Menyerupai kompleks primer
Nave
normal,
adenitis
regional
vaksinasi
Tuberkulid :
Tidak jelas
nodular,
eritema
nodosum
2.6 Manifestasi Klinis dan Diagnosis Banding7,11
Tabel 4. Manifestasi klinis dan diagnosis banding tuberkulosis kutis
NO.
1.
BENTUK
DESKRIPSI
GAMBARAN KLINIS
DD
hasil
dari
tularemia,
Tuberculous
inokulasi M.
bartonellosis,
(PIT)
tuberculosis
sporotrichosi
Tuberculous
ke kulit pada
s,
chancre,
individu tanpa
Mycobacteri
Tuberculous
imunitas
oses lain
primary
alamiah/didap
complex
banyak
organisme
bergaung,
(multibacillar
hemoragik
dasar
granula
sampai
16
y)
namun pembentukan
krusta.
dapat
berkembang
tungkai
menjadi
traumatik).
paucibacillar
bawah
(lokasi
Penyembuhan
imunitas
dapat
terbentuk.
Anak-anak >>
menyebabkan
terbentuk
Limfadenopati
sinus.
regional
seropositif).
Tuberculosis
Bentuk
Kutil
Veruccosa
paucibacillar
keratosis,
Cutis (TVC)
lupus
Warty
disebabkan
vulgaris
tuberculosis
reinfeksi
hiperkeratoti
(inokulasi)
k,
eksogen pada
blastomikosis
individu
dengan
chromomyco
yang
imunitas
tinggi
yang
pernah
tersensitisasi
sebelumnya.
terutama
Inokulasi
luka
minor,
predileksi
tempat
trauma
sis,
atau
sifilis
tersier
17
terjadi
pada atau
pustul
dengan
keunguan
menjadi
halo
yang
hiperkeratotik
plak
verukosa
serpiginosa.
Lupus
Bentuk
Vulgaris (LV)
kutis
TB
Sarkoidosis,
kronis,
limphocytom
progresif,
a,
post-primer,
diskoid,
paucibacillar
sifilis tersier,
y,
pada
lepra
Lesi
individu
LE
awal
berupa
dengan
imunitas
sedang
dan
sensitivitas
tuberkulin
tinggi. Wanita
>>.
Cara
infeksi
bisa
eksogen
dan
endogen
melalui
hematogen,
anular,
gelatinosa,
kecil,
merah-
kecoklatan,
pada
diaskopi
apple-jelly
nodule.
Lesi
mengalami
ulcerative
and
tumor-like
form,
18
Scrofuloderm
lain
Merupakan
Limfadenitis
tuberkulosis
bakterial
Tuberculosis
subkutan,
non-
colliquativa
sekunder
tuberkulosis,
cutis
terjadi secara
infeksi
perkontinuitat
scrofulaceum
um
, hidradenitis
dari
jaringan
Awalnya
dibawahnya
limfadenitis
yang
M.
terbentuk supurativa
tuberkulosis
sekitar
pembentukan
abses
dingin
(perlunakan
livid,
dinding
kekuningan
atau
parotis,
19
submandibular,
supraklavikula
5.
Metastatic
Bentuk
Gumma
Tuberculous
penjalaran
sifilis,
Abcscess
hematogen
leishmaniasis
Tuberculous
dari
,dermatofitos
gumma
primer
fokus
is profunda
(biasanya
paru) lesi
tunggal/multi
ple.
Umumnya
abses.
Kadang
dapat
anak dijumpai adanya ulser
gizi, Predileksi
:
pada
kurang
kondisi
ekstremitas>>badan
imunosupresi,
atau penyakit
6.
Orificial
dasar limfoma
Infeksi
Lesi
Tuberculosis
tuberkulosis
(tidak nyeri),
Tuberculosis
pada mukosa
ulkus
ulcerosa cutis
atau
aphthous,
et mucosae
orifisium
karsinoma
akibat
sel skuamosa
sekitar
sifilis
autoinokulasi
mikobakteria
Nodul
dari
progresivitas
ulkus
tuberkulosis
kekuningan
dengan
atau
tampakan
20
tidak
rata,
mukosa
intestinal,
tampak
sebagai
tuberkel
kadang
kekuningan
genitourinari.
Bentuk
disfagia (+)
multiple
dan
multibacillary
7.
Acute Millary
. Laki-laki >>
Berhubungan
Tuberculosis
dengan
Tuberculosis
milier,
cutis miliaris
penyebaran
disseminata
hematogen,
TB
mikobakteria
menyebar dari
fokus infeksi
di
berbatas
vesikel,
tegas,
pustul
papul,
atau
lesi
paru/meninge
n
ke
kulit.
Terjadi
pada
sudah
memiliki
penyakit
sebelumnya.
anak/status
imunokompro
mais
(HIV/campak
).
Reaksi
tuberkulin (-)
Tuberkulid
21
1.
Lichen
Merupakan
Lichen
Scrofulosoru
erupsi
planus,
likenoid yang
lichen
berasal
nitidus,
dari
penyebaran
lichenoid
mikobakteriu
secondary
syphilis,
secara
hematogen
sarkoidosis
pada individu
bentuk
yang
sensitif
terhadap
M.
Tuberculosis.
remaja
dengan
asimtomatis
berkelompok.
dan
Biasanya
kecokelatan.
Bisa
Papulonecrot
Merupakan
Pityriasis
ic tuberculid
erupsi papula
lichenoid
nekrotik yang
varioliformis
simetris,
acuta,
tampak
bergerombol
dan
sembuh
Tempat
terletak
predileksinya
pada
bagian
et
leukocytoclas
tic
necrotizing
22
dengan
membentuk
skar,
biasanya
terjadi
berbentuk
papul
yang prurigo,
pada
bagian
tengah
dan
adanya krusta.
*Manifestasi klinis tuberkulosis kutis
2.7 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis kutis ditegakkan berdasarkan 4 paramater yaitu 1)
anamnesis dan pemeriksaan klinis, 2) pemeriksaan histopatologis, 3) dikonfirmasi
dengan kultur M. tuberculosis, 4) atau PCR.7
Penegakkan diagnosis tuberkulosis kutis juga dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut :12
I.
Kriteria absolut
Kultur ialah satu-satunya kriteria absolut yang digunakan sebagai diagnosis baku
emas tuberkulosis kutis dengan nilai positif dari kultur M. tuberculosis dari biopsi
pada media berbasis telur Lowenstein Jensen. Namun, hasil kultur baru dapat terlihat
antara 4-6 minggu. Media cair dapat mempercepat pertumbuhan dan dapat
mendeteksi pertumbuhan dalam 3 sampai 7 hari. Spesimen biopsi dapat dibiakkan
jika disimpan dalam larutan salin dan idealnya diambil sebelum OAT diberikan.
23
Biakan sampel kulit terutama diperlukan untuk diagnosis pada pasien dengan
AIDS atau imunokompromais karena manifestasi kulit dan lesi histopatologis
biasanya tidak khas. Biakan hanya positif pada 6% kasus lupus vulgaris. Di sisi lain
kejadian true positive dari kultur untuk tuberkulosis kutis relatif rendah, dan
umumnya diagnosis ditegakkan dengan kriteria relatif.
II.
Kriteria relatif
Apabila hasil kultur dinyatakan negatif, maka kriteria relatif dapat digunakan
sebagai penegakkan diagnosis seperti berikut :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
III.
24
Kasus baru (new case) adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT
disebabkan reinfeksi).
Kasus pengobatan setelah gagal (treatment after failuer) adalah pasien
yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada
akhir pengobatan.
Kasus setelah putus obat (drop out) adalah pasien yang pernah menelan
OAT 1 bulan atau lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2
bulan berturut-turut atau dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir
pengobatan. (Pada revisi guideline WHO tahun 2013 klasifikasi ini
direvisi
menjadi pasien
dilacak (lost to follow up) yaitu pasien yang pernah mendapatkan OAT
-
sebelumnya
mendapatkan
OAT dan
hasil
adalah
akhir
25
Pasien pindah adalah pasien yang dipindah dari register TB (TB 03) lain
untuk melanjutkan pengobatan. (Klasifikasi ini tidak lagi terdapat dalam
adalah
pasien yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori di atas.
2.8 Penatalaksanaan 2,7,12,13
Tujuan pemberian terapi antituberkulosis adalah eradikasi mikobakteria viabel
yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
i)
ii)
iii)
umumnya,
penatalaksanaan
tuberkulosis
kutis
serupa
dengan
Obat Anti TB
(OAT)
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirazinamid (Z)
Etambutol (E)
Dosis Rekomendasi
Harian
3x/minggu
Dosis
Maksimum
Dosis
Maksimum
(mg/kgBB)
5
10
300 mg/hari
450-600
(mg/kgBB)
10
10
(mg)
900
600
30
mg/hari
15
35
15
mg/kgBB/hari
1.5-2 g/hari
30
26
Streptomisin (S)*
15
500-700
15
1000
mg/hari
Rekomendasi terapi ialah 2HRZE/4HR yang jarang menimbulkan resistensi
dibandingkan terapi alternatif 2HRZE/4H3R3.
Terapi tuberkulosis kutis (sama dengan tuberkulosis paru) dibagi menjadi 2
fase, yaitu :
a. Fase I : eradikasi basil yang cepat membelah dan merupakan fase intensif
dengan kombinasi beberapa obat selama 2 bulan
b. Fase II : langsung membunuh basil dorman dan merupakan fase lanjutan yang
tediri dari isoniazid dan rifampisin selama 4 bulan.
Pertimbangan khusus :
-
Pada tuberkulosis verukosa kutis dan lupus vulgaris tanpa bukti adanya
keterlibatan tuberkulosis internal dapat diterapi tunggal dengan isoniazid
selama 12 bulan (dosis maksimum 80-140 g) dan dapat diteruskan sampai 2
bulan pasca involusi lesi. Pada lesi kecil dapat dilakukan eksisi namun
27
Idealnya setiap anak dipantau setidaknya: tiap 2 minggu pada fase intensif
dan setiap 1 bulan pada fase lanjutan sampai terapi selesai
28
Pemantauan biakan harus dilakukan pada anak dengan BTA (+) pada
diagnosis awal, yaitu pada akhir bulan ke-2, ke-5 dan ke-6.
2.9 Prognosis
Prognosis tergantung deteksi dini dan diagnosis yang tepat dari penyakit ini.
Jika tuberkulosis menjadi generalisata atau menyerang meningen, prognosis dubia.
Mortalitas pasien dengan ko-infeksi TB-HIV/AIDS lebih besar jika dibanding pasien
yang tidak menderita HIV. Pada bayi dan dan anak, tuberkulosis hampir selalu
merupakan masalah serius. Tuberkulosis kutis biasanya berespon baik pada
kombinasi obat dan respon klinis terjadi dalam 4-6 minggu, dengan kasus lupus
vulgaris menunjukkan respon lebih cepat dibandingkan skrofuloderma. 7
29
30
BAB III
KESIMPULAN
III.1
Kesimpulan
31
DAFTAR PUSTAKA
7,
2014).
Available
at:
http://www.who.int/tb/publications/global_report/gtbr12_main.pdf.
2. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Aksi Nasional: Public Private Mix
Pengendalian TB Indonesia: 2011- 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan
3.
RI. 2014.
Dwari BC, Ghosh A, Paudel R, Kishore P. A Clinicoepidemiological Study
of 50
November
20,
2014).
Available
at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/11843915/
4. Almaguer CJ, Ocampo CJ, Rendon A. Current Panorama in The Diagnosis
of Cutaneous Tuberculosis. Actas Dermosifiliogr. 2009;100(7):562-70.
(Accessed
on
November
10,
2014).
Available
at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/1642855/?
5.
i=5&from=/11843915/related
Turan E, Yurt N, Yesilova Y, Celik OI. Lupus Vulgaris Diagnosed After 37
Years: A Case of Delayed Diagnosis. Dermatol Online J. 2012;18(5):13.
(Accessed
on
November
7,
2014).
Available
at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/2112466/?
i=2&from=/11843915/related
6. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta; KKI. 2012.p.54.
7. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, dan Jeffell DJ.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, Seventh Edition, Chapter
184 : Tuberculosis and Infection with Atypical Mycobacteria. Newyork.
McGraw-Hill. 2008.
32
(Accessed
on
November
11,
2014).
Available
at
http://www.escholarship/org/uc/item/11x463rp
9. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. Technical Guide
: Sputum Examination for Tuberculosis by Direct Microscopy in Low
Income Countries. Fifth Edition: 2000. (Accessed on November 20, 2014).
Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3047946/
10. Amylynne F, CArolin P, Jason E. Cutaneous Tuberculosis : A Practical Case
Report
and
Review
for
the
Dermatologist.
JClin
Aesthetic
Dermatol.2009;2(10):1927
11. Burns T, Breathnach S, Cox N, and Griffiths. Rooks Textbook of
Dermatology. Chapter 31 : Mycobacterial Infection. Willey-Blackwell. 2010
12. Ho SC. Cutaneous Tuberculosis : Clinical features, Diagnosis, and
Management. Dermatology Clinic. 2003; 143. (Accessed on November 12,
2014). Available at : http://www.bop.gov/news/PDFs/varicella.pdf
13. Chaudhry LA, Ebtesam B-E, Al-Solaiman S. Milliary Tuberculosis with
Unusual Paradoxical Response at 3 Weeks of Antituberculous Treatment. J
Coll Physicians Surg Pak. 2012 ;22(1):43-5
33
LAMPIRAN
Tubercul
osis
chancre
TRANSMISI
Kontak
langsung
pada kulit
atau
mukosa.
Imunitas
spesifik
(-)
KARAKTERI
STIK
Diawali
papul
atau lesi
yang
sukar
sembuh.
Ulkus
tidak
nyeri
dengan
dasar
granular
atau
hemoragi
k dan
dapat
ditutupi
jaringan
nekrotik
Nonspesi
fik :
infiltrat
inflamato
ri,
grabulom
a dengan
perkijuan
, sel
spitelioid,
giant
Langerha
HISTOPATO
LOGI
Tuberculos
is
Veruccosa
Cutis
Inokulasi
langsung
pada kulit
dan mukosa
pada orang
yang
terinfeksi.
Imunitas
sedang
Lupus
Vulgaris
Scrofulodr
ema
Ekstensi
langsung,
hematogen.lim
fogen dari
focus
tuberculosis.
Reinfeksi (+)
Menyebar
melalui
kulit dari
focus
tuberkulosi
s
(limfonodi,
tulang).
Dapat
terjadi
setelah
BCG/
tuberkulin
Nodul
subkutan
yang
berulkus
menjadi
sinus
Papul,
pustule
dengan halo
keunguan,
hiperkeratot
ik, plak
verukosa,
asimptomat
is
Papul
kemerahan
atau macula
dengan
permukaan
halus yang
dapat menjadi
plak
Infiltrat
inflamasi
akut pada
epidermis,
pseudoepite
ium,
hiperplasia,
mikbakteria
pada
dermis,
granulamat
osa
Tuberkel
dengan
perkijuan, sel
inflamasi nos
spesifik
Jaringan
granuloma,
nekrosis
kaseosa
pada
dermis atas
Acute
Miliary
Tubercul
osis
Penyebari
n
hematoge
n melalui
focus
infeksi.
Imunitas
rendah
Tuberculo
sis
Gumma
Orificial
Tubercul
osis
Penyebara
n
hematogen
melalui
focus
infeksi
selama
fase
bakteremi
Autoinoku
lasi dari
mukosa
atau kulit
disekitar
orifisium,
infeksi
aktif pada
organ
internal
Macula,
papula,
eritem,
lesi
purpurs,
kadang
dijumpai
vesikel,
nekrosis
sentral
Abses
subkutan,
fluktuatif,
yang
membentu
k fisula
dan ulkus.
Badan >>
Mengenai
membran
mukosa
dan
periorifisu
m. Nodul
merah
kekunigan
gan
sampai
ulkus
Nekrosis
non
spesifil,
infiltrat
nonspesif
ik
dikeliling
i
makrofag
dan
kadang
membent
Pembentuk
an abses,
nekrosis
masif,
pengecatan
BTA banyk
mikobakter
ium
Infiltrat
inflamasi
nonspesifi
k, tuberkel
kaseosa
34
ns
uk
mikroabs
es
Lampiran 1. Transmisi, karakteristik kilnis dan histopatologis tuberkulosis kutis 4
OBAT
Isoniazid
Rifampisin
DOSIS DEWASA
DOSIS ANAK
5 mg/kgBB/hari, max 10-15 mg/kgBB/hari
300 mg
20-30 mg/kgBB interminten
15
mg/kgBB
3x/minggu, max 900
mg
10 mg/kgBB/hari, max 10-20 mg/kgBB/hari atau 2x/minggu
600 mg
10
mg/kgBB
3x/minggu, max 600
mg
35
Pirazinami
d
Etambutol
OBAT
Isoniazid
20-25 mg/kgBB/hari,
max 2gr
30-40
mg/kgBB
3x/minggu, max 3 gr
15-20 mg/kgBB/hari,
max 1600 mg
25-36
mg/kgBB
3x/minggu, max 2400
mg
40-50 mg/kgBB/hari
2x/minggu, max 4000
mg
EFEK SAMPING
OBAT
Parestesia
dan/atau
neuropati
perifer,
peningkatan
level
transaminase
hati,
mual dan muntah
15-30 mg/kgBB/hari
40-50 mg/kgBB 2x/minggu
15 20 mg/kgBB/hari
50 mg/kgBB 2x/minggu
KOMENTAR
Rifampisin
Tambahkan
piridoksin 25-50
mg/hari
Pemeriksaan
faal hati atau
hentikan
pengobatan jika
terjadi
hepatotoksis
Minum obat
saat lambung
kosong atau
menjelang tidur
Minum obat
saat lambung
kosong atau
menjelang tidur
Berikan
antipiretik,
OAINS (Obat
antiinflamasi
non-steroid),
istirahat
Pemeriksaan
faal hati atau
hentikan
pengobatan jika
MONITORING
Complete
metabolic panel
(CMP), faal hati
setiap bulan jika
pasien berusia >
35 tahun,
memiliki riwayat
penyakit hati atau
alkohol atau
penyalahgunaan
obat, wanita
melahirkan,
pertimbangan
pemeriksaan mata
Darah lengkap,
Complete
metabolic panel
(CMP), faal hati
jika terjadi
gangguan hati 2-4
minggu
36
Pirazinami
d
Etambutol
Gangguan
penglihatan, kebutaan,
sindrom flu (demam,
menggigil,
malaise,
sakit kepala, nyeri
tulang), mual, muntah,
anoreksia, peningkatan
level
transaminase
hati, ruam, pruritus
terjadi
hepatotoksis
Berikan aspirin
atau OAINS
Antihistamin
oral,
kortikosteroid
topical, emolien,
pelindung sinar
matahari
Minum obat
saat lambung
kosong atau
obati dengan
antimual
Dapat diperiksa
level asam urat
dan obati
dengan obat
yang tepat atau
hentikan
pengobatan
Pemeriksaan
faal hati atau
hentikan
pengobatan jika
terjadi
hepatotoksis
Pemeriksaan
mata, jika perlu
hentikan
pengobatan
Antipiretik,
OAINS,
istirahat
Minum obat
saat lambung
kosong atau
menjelang tidur
Pemeriksaan
faal hati atau
Complete
metabolic panel
(CMP) atau level
asam urat secara
periodik
Complete
metabolic panel
(CMP), darah
lengkap,
pemeriksaan mata
secara periodik
37
hentikan
pengobatan jika
terjadi
hepatotoksis
Antihistamin
oral,
kortikosteroid
topical, emolien
Lampiran 3. Pengobatan tuberculosis kutis, efek samping, dan tatalaksana efek samping obat 10
38