Pengobatan: Harus masuk rumah sakit. Istirahat ditempat tidur dengan elevasi
kepala 30 45 derajat. Kepala difiksasi dengan bantal pasir dikedua sisi, supaya tak
bergerak. Keadaan ini harus dipertahankan minimal 5 hari. Pada anak-anak mungkin
harus diikat tangan dan kakinya ditempat tidur. Kedua mata ditutup, atau dapat pula
mata yang sakit saja yang ditutup. Beri salep mata, koagulansia. Bila terisi darah
segar, berikan antifibrinolitik, supaya bekuan darah tak terlalu cepat diserap, untuk
memberi kesempatan pembuluh darah menyembuh, supaya tak terjadi perdarahan
sekunder. Pemberiannya tak boleh melewati 1 minggu, karena dapat mengganggu
aliran humor aquos, menimbulkan glaucoma dan imbibisio kornea. Dapat diberikan 4
kali 250 mg transamic acid. Selama dirawat yang perlu dipehatikan adlah hifema
penuh atau tidak, tekanan intraokuler naik atau tidak, fundus terlihat atau
tidak.Hifema yang penuh dengan kenaika intra okuler, perlu pemberian diamox,
gliserin yang harus dinilai dalam 24 jam. Jika tekanan intraokuler tetap tinggi atau
turun, tetapi tetap diatas normal, dilakukan parasentese. Jika tekanan menjadi normal,
diamox tetap diberikan dan dinilai setiap hari. Bila tekanan ini tetap normal dan darah
masih terdapat sampai hari ke 5 9,dilakukan parasentese. Bila terdapat glaukoma
yang tak dapat dikontol dengan cara diatas, maka dilakukan iridenkleisis, dengan
merobek iris, yang kemudian diselipkan diantara insisi korneo skleral, sehingga pupil
tampak sebagai lubang kunci yang terbalik.
E. Iris
1. Iridoplegi
Merupakan kelumpuhan otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis.
Iridoplegi ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pengobatan
sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan sfinter dan pemberian
roboransia.
2. Iridodialisis
Merupakan robekan pada akar iris, sehingga pupil agak kepinggir letaknya,
pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada
dasar iris tempat iridodialisa. Pada pemerisaan oftalmoskop terdapat warna merah
pada pupil dan juga pada tempat iridodialisa, yang merupakan reflek
fundus.Pengobatan dapat dicoba dengan midriatika, sehingga pupil menjadi lebar dan
menekan pada akarnya. Istirahat ditempat tidur. Mata ditutup. Bila menimbulkan
diplopia, dilakukan reposisi, dimana iris dikaitkan pada sclera.
F. Pupil
1. Midriasis
Disebabkan iriodoplegi, akibat parese serabut saraf yang mengurus otot
sfingter pupil. Iridoplegi ini dapat terjadi temporer 2 3 minggu, dapat juga
permanen, tergantung adanya parese atau paralise dari otot tersebut. Dalam waktu ini
mata terasa silau. Pengobatan sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan
sfingter dan pemberian roboransia.
G. Lensa
1. Dislokasi Lensa
Dislokasi lensa terjadi karena ruptura dari zonula zinni. Dapat sebagian
(subluksasi), dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat kedepan dapat pula ke
belakang. Bila tak menimbulkan penyulit glaucoma atau uveitis, dibiarkan saja,
dengan memberi koreksi keadaan refraksinya. Baru dilakukan ekstraksi lensa bila
kemudian timbul penyulit glaucoma, uveitis dan katarak, setelah glaucoma dan
uveitisnya diredakan dahulu.
2. Katarak Traumatika
Katarak ini timbul karena gangguan nutrisi. Ada macam-macam katarak
traumatika yaitu vosius ring, berbentuk roset(bintang), dengan kapsula lensa yang
keriput. Pengobatan tergantung saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya
dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah
ambliopia dapat dipasang lensa intraokuler primer atau sekunder. Pada katarak trauma
bila tidak terjadi penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi
penyulit seperti glaucoma, uveitis dan lai sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi
lensa.
H. Badan Kaca
1. Perdarahan Badan Kaca
Darah berasal dari badan siliar, koroid dan retina. Karenanya bila terdapat
perdarahan didalam badan kaca, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi,
untuk mengetahui keadaan dibagian posterior mata.
Pengobatan dapat diberikan koagulansia per oral atau parenteral disamping
istirahat di tempat tidur. Tindakan operatif vitrektomi, baru dilakukan bila setelah 6
bulan dilakukan pengobatan, masih terdapat kekeruhan, untuk memperbaiki tajam
penglihatan.
I. Retina
1. Edema Retina
Edema retina biasanya didaerah polus posterior dekat macula atau di perifer.
Tampak retina dilapisi susu. Bila terjadi di macula, visus sentral terganggu dengan
skotoma sentralis. Dengan istirahat, edema dapat diserap dan refleks fovea tampak
kembali. Untuk mempercepat penyerapan dapat disuntikkan kortison subkonjungtiva
0,5 cc 2 kali seminggu.
2. Ruptura Retina
Robekan pada retina menyebabkan ablasi retina = retinal detachment.
Umumnya robekan berupa huruf V didapatkan di daerah temporal atas. Melalui
robekan ini, cairan badan kaca masuk ke celah potensial di antara sel epitel pigmen
dan lapisan batang dan kerucut, sehingga visus dapat menurun, lapang pandang
mengecil, yang sering berakhir kebutaan, bila terdapat ablasi total.
Pengobatan harus dilakukan segera, dimana prinsipnya dilakukan pengeluaran
cairan subretina, koagulasi ruptura dengan diatermi.
3. Perdarahan Retina
Dapat timbul bila trauma tumpul menyebabkan pecahnya pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA