Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN KANKER PAYUDARA

Kanker Payudara merupakan kanker terbanyak penyebab kematian pada wanita di negara
berkembang. Kematian oleh kanker payudara merupakan yang terbanyak setelah kanker paru
yang mewakili 29% dari semua jenis kanker pada wanita. Angka kematian yang tinggi sering
disababkan oleh diagnosis kanker yang lambat. Sebagian besar kanker payudara diketahui
pertamakali melalui mamografi yang menunjukan suatu kelainan dan pasien jarang
mengeluhkan nyeri atau kelainan pada payudara.(Siegel, 2015)
Dalam praktek klinis, evaluasi kanker payudara terdiri dari tiga pemeriksaan penting yakni;
pemeriksaan klinis, radiologi (biasanya mamografi, ultrasonografi, atau keduanya), dan
biopsi. Kesadaran masyrakat umum meningkatkan angka pemeriksaan dini serta diagnosa
yang lebih awal berdampak pada peningkatan angka survival penderita kanker payudara.
(Stopeck, 2015)
Etiopatogenesis pada kanker payudara dimulai dari sel kanker invasif yang muncul melalui
rangkaian alterasi dan mutasi molekuler pada tingkat sel. Seperti mutasi pada jalur
PI3K/AKT , jalur RAS/MEK/ERK, ataupun gen supresi tumor yang menyebabkan sel tidak
mampu berapoptosis saat tidak diperlukan. Profil genetika telah menunjukan subtipe
payudara berdasarkan asal usulnya dan perilaku klinisnya. Namun subtipe kanker payudara
masih perlu dikembangan, akan tetapi diketahui bahwa kanker payudara memiliki hubungan
dengan ada atau tidaknya reseptor estrogen (Estrogen Receptor, ER), reseptor progesteron
(Progesterone Receptor, PR), dan Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2).
(Kumar, 2010)
Kanker payudara yang dipandang berdasarkan subtipenya memiliki perbedaan pada tingkat
molekuler yang berdampak pada pemahaman etiolgi, faktor risiko, dan pencegahan pada
masing-masing subtipe. Terlebih lagi pengelompokan tersebut membantu dalam penentuan

strategi terapi dan penelitian kanker payudara lebih lanjut. Berdasarkan The Cancer Genome
Atlas Network (TCGA) terdapat 4 subtipe kanker payudara dengan penyimpangan genetika
yang diketahui yakni; Luminal A, Luminal B, Basal-Like, dan HER-2 Positive. (TCGA,
2012)
Tipe Luminal A merupakan subtipe yang paling sering ditemukan pada kasus kanker
payudara. Pada tipe ini yang memberikan ciri khas adalah reseptor estrogen (ER) yang
positif, dan/atau reseptor progesteron (PR) yang positive, dan Human endothelial growth
Factor Receptor 2 (HER2) yang negatif. Subtipe Luminal A memiliki tingkat agressivitas
yang rendah dan stadium yang lebih ringan. Prognosis pada subtipe Luminal A adalah baik
dan memiliki respon yang baik pada terapi hormon. Tipe ini diketahui pula memiliki
hubungan dengan peningkatan umur, dimana risiko bertambah seiring penambahan umur.
Tipe Luminal B meyerupai subtipe Luminal A dan cukup sering ditemukan pada kasus kanker
payudara. Subtipe ini memiliki ciri khas reseptor estrogen (ER) yang positif, dan/atau
reseptor progesteron (PR) yang positive, dan Human endothelial growth Factor Receptor 2
(HER2) yang positif. Namun lebih sering ditemukan ER yang positif dan PR yang negatif.
Tipe ini memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan Luminal A.
Tipe Basal-Like merupakan subtipe kanker payudara yang agressif. Basal-Like memiliki ciri
Triple Negative (ER negatif, PR negatif, dan HER2 negatif), sitokeratin 5/6, dan/atau EGFR
yang positif. Subtipe Basal-Like memiliki angka mitotik yang tingga dan sering ditemukan
pada stadium yang sudah lanjt. Basal-Like memiliki risiko yang lebih tingga pada usia yang
lebih muda (dibawah 40 tahun) dan lebih banyak ditemukan pada wanita kulit hitam pada
saat premenopausal. (Stopeck, 2015)

Tipe HER2 Positif (HER2+) jarang ditemui pada pasien kanker payudara namun merupakan
suatu subtipe yang agresif dan sering ditemui pada stadium lanjut. Reseptor estrogen dan
progesteron pada subtipe ini tidak ditemukan atau negatif. Tipe HER2+ memiliki risiko lebih
banyak pada wanita dibawah 40 tahun dan dicurigai memiliki faktor risiko yang lebih banyak
pada wanita kulit hitam.

Subtipe Intrinsik
Kanker Payudara
Luminal A

Luminal B

(ER+ dan/atau PR+, HER2-)


Subtipe paling sering
Agresifitas rendah
Stadium lebih ringan
Prognosis baik
Responsif terhadap
hormone
Risiko meningkat seiring
umur

(ER+ dan/atau PR+, HER2+)


Mirip dengan Luminal A
Seringkali ER+ atau PRProngnosis buruk dibanding
Luminal A

HER2+ (ER-)

(ER+ dan/atau PR+, HER2-)


Jarang dan sangat agresif
Stadium lanjut
Risiko umur <40 tahun dan
kulit hitam

BASAL-LIKE
(Triple Negatif, Cytokeratin 5/6
+ dan/atau EFGR+)
Subtipe Agresif
Mitotik tinggi
Risiko pada umur <40 tahun
>> pada premenopausal
wanita kulit hitam

Gambar 1. Subtipe kanker payudara berdasarkan faktor intrinsik. (Stopeck, 2015)

Perlu dipertimbangkan pula bahwa subtipe kanker payudara seperti Basal-like memliki ciri
karakteristik molekuler yang mirip dengan tumor ovarium serous. Data dari penelitian

membuktikan bahwa kanker payudara dan kanker ovarium memiliki faktor etiologi yang
sama. Sel kanker dengan ER positif mengandalkan estrogen sebagai faktor pertumbuhan sel
kanker, maka dari itu langkah pengobatan dapat digunakan obat yang menghambat estrogen
(seperti contoh tamoxifen) dan pada kasus ini memiliki prognosis yang lebih baik. HER2+
yang biasanya lebih agresif daripada HER2- memiliki respon terhadap pengobatan antibody
monoclonal trastuzumab disertai kemoterapi konvensional yang menunjukan perbaikan
prognosis secara signifikan. (Sotiriou 2009)
Dalam penegakkan diagnosis kanker payudara dimulai dengan pemeriksaan fisik untuk
melihat adanya masa, perubahan bentuk dan ukuran payudara, perubahan kulit, perubahan
puting, pembesaran kelenjar, dan keluarnya cairan dari putting. Hal ini dapat dilakukan oleh
pasien menggunakan teknik pemeriksaan payudara sendiri di rumahnya. Sebagian besar
kanker payudara terdeteksi pertama kali setelah dilakukan pemeriksaan radiologi. Radiologi
yang sering dilakukan adalah ultrasonografi (USG) dan mamografi dalam upaya penegakkan
diagnose kanker payudara. Namun penggunaan MRI lebih sensitif pada kanker yang bersifat
invasif. Yang terakhir dan sangat direkomendasikan adalah pemeriksaan biopsi inti yang
dapat dilakukan menggunakan pengarahan alat radiologi untuk mendapatkan sampel sel
payudara tanpa adanya pembedahan. Melalui pemeriksaan patologi hasil biopsi dapat
ditentukan jenis dan sifat histologi dari sel kanker tersebut. (Elmore, 2005) (Stopeck, 2015)
Pembedahan dan terapi radiasi disertai dengan terapi hormon atau kemoterapi belakangan ini
merupakan langkah utama dalam penanganan kanker payudara. Penatalaksanaan kanker
payudara tergantung pada berbagai faktor termasuk stadium kanker dan umur pasien. Terapi
yang agressif biasanya diberikan bagi pasien dengan prognosis buruk dan bagi yang memiliki
risiko kekambuhan yang tinggi. Pembedahan menyingkirkan tumor dan tisu disekitarnya
yang dilakukan dengan cara mastectomy (pengankatan semua nagian payudara),
quadrantectomy (seperempat bagian payudara), atau lumpectomy (hanya bagian kecil dari

payudara).Penggunaan obat-obatan setelah pembedahan merupakan suatu terapi adjuvan


sedangkan kemoterapi sebelum pembedahan yang merupakan terapi neoadjuvan. (Stopeck,
2015)
Terapi penghambat hormon (Hormone Blocking Teraphy) digunakan pada kanker payudara
yang berkembang karena hormon estrogen atau progesteron. Kanker payudara yang
menunjukan ER positif dapat diberikan obat yang menghambat reseptor estrogen (i.e.
tamoxifen) atau yang menghambat prduksi estrogen (aromatase inhibitor). (Saini, 2011)
Kemoterapi cenderung diberikan pada kanker payudara stadium 2 hingga 4 dan terutama
pada reseptor estrogen yang negatif (ER-). Jenis kemoterapi diberikan diantaranya adalah
terapi AC (cyclophosphamide dan doxorubicin), CAT (terapi AC ditambah docetaxel), dan
CMF (cyclophosphamide, methotrexate, dan fluorouracil). Sebagian besar kemoterapi
bekerja dalam menghancurkan sel kanker dan memiliki efeksamping yang berbahaya. Terapi
lainnya adalah antibodi monoclonal (trastuzumab) yang memberikan perbaikan angka
survival 5 tahun pada kanker payudara HER2 positif stadium 1 hingga 3. Ekspresi HER2
yang berlebihan memberikan tingkat kekambuhan yang tinngi dan prognosis yang buruk.
Terapi monoklonal antibodi menghambat faktor pertumbuhan pada reseptor sehingga
menghambat pertumbuhan kanker. (Saini, 2011) (Vaidya, 2010)
Radioterapi dilakukan setelah pembedahan pada daerah tumor dan kelenjar disekitar tumor
untuk menghancurkan sel tumor yang tersisa. Ada 2 langkah radiasi yang dilakukan yakni
radioterapi eksternal atau radiasi parsial. Terapi radiasi turut menurunkan risiko kekambuhan
hingga 50-60%. (Vaidya, 2010)
Mortalitas kanker payudara diketahui menurun sebanyak 24% dari tahun 1990 hingga 200
pada wanita umur 30-79 tahun. Penurunan tersebut diperkirakan akibat kesadaran dini
masyarakat umum terhadap kanker payudara. Estimasi menunjukan adanya 40730 kematian

akibat kanker payudara (40290 pada wanita dan 440 pada pria). (Siegel, 2015) Faktor
prognostik pada kanker payudara termasuk diantaranya keadaan kelenjar aksila, ukuran
tumor, invasi vascular atau limfa, umur, stadium kanker, subtipe kanker, respon terhadap
terapi, dan ekspresi gen. Pemeriksaan reseptor estrogen dan progesterone juga dapat
dilakukan untuk memberikan asas terapi serta mengetahui status ER/PR dan HER2 yang
dapat menentukan prognosis dan terapi pasien. Pasien muda diketahui pula memiliki
prognosis lebih buruk dibandingkan wanita postmenopause oleh karena siklus menstruasi
atau mengasuh anak yang menyebabkan mereka tidak sadar akan perubahan pada payudara,
sehingga sebagian besar terdiagnosa pada stadium lebih lanjut. Tak hanya itu, kanker payu
dara juga memliki dampak emosional pada pasiennya yang dapat menyebabkan pemburukan
perkembangan ataupun konplikasi. Maka dari itu dukungan terhadap pasien dapat membantu
dalam meningkatan angka ketahanan hidup serta kualitas hidup pasien kanker payudara.
(Robb, 2007)

Siegel RL, Miller KD, Jemal A. Cancer statistics, 2015. CA Cancer J Clin. Jan-Feb
2015;65(1):5-29.
Stopeck A, Sparano JA, Harris JE. Breast Cancer Overview. Updated 31 March 2015.
Website: http://www. http://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview. Medscape
Reference. Akses 2 Mei 2015.
The Cancer Genome Atlas Network (TCGA). Comprehensive molecular portraits of human
breast tumours. Nature. Oct 4 2012;490(7418):61-70.

Vaidya JS, Joseph DJ, Tobias JS, Bulsara M, Wenz F, et all. "Targeted intraoperative
radiotherapy versus whole breast radiotherapy for breast cancer (TARGIT-A trial): an
international,

prospective,

randomised,

non-inferiority

phase

trial". Lancet.2010:376(9735):91102.
Saini KS, Taylor C, Ramirez AJ, Palmieri C, Gunnarsson U, et all. "Role of the
multidisciplinary team in breast cancer management: results from a large international survey
involving 39 countries". Annals of Oncology. 2011:23(4): 8539
Kumar, Vinay; Abul Abbas. 2010. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease.
Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier inc. Halaman 1090
Sotiriou C, Pusztai L. "Gene-expression signatures in breast cancer". N. Engl. J.
Med. 2009:360(8): 790800
Elmore JG, Armstrong K, Lehman CD, Fletcher SW. Screening for breast cancer. JAMA.
2005;293(10):1245-56.

Robb C, Haley WE, Balducci L, Extermann M, Perkins EA, Small BJ, Mortimer J. "Impact
of breast cancer survivorship on quality of life in older women". Critical Reviews in
Oncology/hematology 2007:62(1):8491

Anda mungkin juga menyukai