Anda di halaman 1dari 3

Kampus bukan sekolah

Oleh : Dessayani Putri

Masih ingatkah kita dengan pergerakan tahun 1998 ketika


runtuhnya rezim orde baru sehingga menjadi reformasi yang kita rasakan
saat ini? Tahukah kita siapa yang berani melakukan itu semua? Jawaban
yang paling sederhana adalah mereka mahasiswa dari seluruh perguruan
tinggi yang ada di Indonesia yang punya satu tujuan dan cita-cita untuk
mewujudkan keadaan yang lebih baik.
Dunia pendidikan menjadi kebutuhan serta kewajiban bagi seluruh
penduduk bumi ini. Pendidikan merupakan bagian dari faktor terpenting
dalam aspek kehidupan. Dengan adanya pendidikan, seseorang akan
memiliki nilai plus dalam masyarakat. Pendidikan dimulai dari masa
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Namun perlu diketahui
bahwa setiap pendidikan yang pernah atau akan dilalui mempunyai masa,
tempat, situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
Pada umumnya, dunia kampus berbeda dengan dunia sekolah yang
pernah dilalui. Di sekolah siswa hanya diwajibkan belajar dan meneliti
tanpa adanya pengabdian pada masyarakat. Namun dikampus mahasiswa
dituntut lebih untuk melakukan pengabdian pada masyarakat. Perbedaan
yang sangat mendasar antara kampus dan sekolah pada umumnya adalah
pergerakan organisasinya. Jika disekolah kita hanya punya Osis dan Rohis,
namun dikampus kita punya banyak oraganisasi massa dari tingkat paling
kecil sampai tingkat teratas.
Melihat keberhasilan senior kita disejumlah perguruan tinggi di
Indonesia dimana selama ini mereka sudah mampu berjuang menghadapi
zaman modernisasi. Semua itu tentu tidak terlepas dari keterkaitan
mereka dengan berbagai macam instansi atau organisasi yang pernah
digeluti.
Bagi mereka yang telah berhasil, organisasi menjadi faktor
pendongkrak keberhasilan. Ini terbukti dengan argumentasi beberapa
tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia seperti Yusuf Kalla dan Anis
Baswedan. Dalam sebuah organisasi tidak hanya mengajarkan tentang
teori-teori saja, namun menekankan pada aspek yang real untuk
diterapkan dalam masyarakat. Maka keberhasilan tokoh besar Indonesia
tidak terlepas dengan keterlibatan mereka dengan organisasi baik internal
maupun eksternal kampus dahulu kala.
Organisasi dahulunya merupakan bagian yang tak terpisahkan
ditubuh mahasiswa. Namun dewasa ini banyak dari kalangan mahasisiwa

yang seakan phobia dengan organisasi. Phobia adalah istilah bagi orang
yang mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu, baik
benda, situasi atau kondisi yang ada disekitarnya. Begitulah fakta yang
dialami mahasiswa zaman sekarang, takut dengan sebuah himpunan atau
organisasi mahasiswa, takut dengan dosen, takut tidak mendapat nilai
istimewa dan takut dengan hal-hal lain di arena kampus. Padahal jika kita
teliti lebih lanjut, dengan berorganisasi berarti telah mengembangkan
sekaligus mengaplikasikan setiap ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Mahasiswa harus kembali ke Khittahnya sebagai agen of change,
agen of control dan gerakan pembaharu. Kita harus menyadari apa tugas
dan tanggungjawab kita sebagai mahasiswa dan berupaya menghilangkan
mindset terhadap gangguan jiwa tersebut.
Hal-hal yang harus dilakukan adalah mancoba menghilangkan rasa
takut dan was-was terhadap sebuah produk organisasi yang ditawarkan
dan mencoba membuka diri menerima hal-hal yang dianggap baik dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diingat bahwasanya
berorganisasi adalah mencoba mempraktikkan ilmu yang sudah dituntut
selama ini. Ilmu pengetahuan yang berguna akan menjadi berkah
kehidupan jika tidak hanya menjadi simpanan belaka.
Manjadi faktor pertimbangan bagi sebagian mahasiswa selama ini
jika diajak untuk berorganisasi adalah banyaknya kegagalan para senior
dalam menyelesaikan pendidikan mereka. Namun penulis menyarankan
kepada kita semua agar tidak mencontohi yang tidak baik. Mari melihat
sejauh mana sepak terjang tokoh-tokoh Indonesia yang dibesarkan oleh
organisasi semenjak kuliah hingga sekarang.
Organisasi dapat dianalogikan sebagai sebuah keluarga. Jika berada
dilingkungan keluarga yang baik tentu akan memperoleh output insan
yang baik pula. Begitu pula dengan organisasi, jika proses pengkaderan
yang dilakukan organisasi itu baik maka akan memperoleh kader-kader
yang baik yang akan mengabdi pada ummat dengan baik pula.
Hal positif lainnya yang kita dapat dalam sebuah perkumpulan
organisasi adalah tidak hanya berhimpun sebagai sahabat namun bisa
melebihi dari pada saudara kandung sendiri. Ini terbukti jika sudah satu
visi dan misi dalam mengemban amanah yang diharapkan organisasi
tersebut.
Mari hilangkan pemikiran kita terhadap dampak negatif dari
organisasi. Buktikan bahwa semua pikiran itu belum tentu kebenarannya.
Namun kita sebagai mahasiswa tetap melakukan yang terbaik untuk diri
kita, keluarga, negara dan seluruh Bangsa Indonesia dengan

mengabdikan diri pada organisasi yang sesuai dengan bakat dan minat
selama kesempatan kita sebagai mahasiswa masih kita peroleh. Buktikan
bahwa kampus bukanlah dunia sekolah, namun lebih daripada itu.
Semoga!

Dessayani Putri,
Malikussaleh.

Mahasiswi

Prodi

Email : dessayaniputri@gmail.com

Teknik

Informatika

Universitas

No.Hp : 085294957879

Anda mungkin juga menyukai