Sejarah Bahasa Indonesia
Sejarah Bahasa Indonesia
Sejarah Bahasa Indonesia
NIM
Unit
Fak / Jur
Mata kuliah
: Dessayani Putri
: 130170113
: A4
: Teknik Informatika
: Bahasa Indonesia
menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakukan oleh kaoem ahli jang beralam baroe, ialah alam
kebangsaan Indonesia.
Terpilihnya bahasa melayu sebagai bahasa nasional dan bukan bahasa Jawa ( yang juga
merupakan bahasa mayoritas pada saat itu ) atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah
dan bahasa asing.
Pada tahun 1862, istilah Indonesia digunakan oleh Maxwell yang berkebangsaan inggris
dalam karangannya yang berjudul The Island of Indonesia ( kepulauan Indonesia ) dalam
hubungannya dengan ilmu bumi.
Penggunaan istilah Indonesia oleh Logan diikuti oleh E. T. Hamy, seorang ahli
antropologi asal Prancis pada tahun 1877 untuk menjabarkan kelompok ras pra-melayu tertentu
yang tinggal di kepulauan Indonesia.
Pada tahun 1880, istilah yang digunakan Hamy diikuti oleh ahli antropologi Inggris, A.
H. Keane yang menjelaskan bahwa Asia tenggara sesungguhnya dibagi menjadi dua ras besar
yaitu Mongoloid dan Indonesia. Dalam tulisannya ia tidak membedakan kedua ras ini karena
perbedaan rasial, namun lebih kepada bahasa dan lain-lain.
Istilah Indonesia akhirnya digunakan sebagai judul buku pertama kali oleh seorang
etnologis Jerman bernama Adolf Bastian pada tahun 1884 yaitu buku yang berjudul Indonesien
Order Die Inseln des Malayischen Archipel.
Kata Indonesia berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu Indos yang berarti India
dan nesos yang berarti pulau. Jadi, kata Indonesia dapat diartikan sebagai kepulauan India atau
kepulauan yang berada di wilayah India. Indonesia juga dikenal dengan sebutan Nusantara. Kata
Nusantara berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu nusa yang berarti pulau dan antara yang berarti
hubungan. Jadi, Nusantara berarti rangkaian pulau-pulau.
Istilah Indonesia untuk pertama kalinya digunakan oleh Perhimpunan Indonesia, yaitu
organisasi yang didirikan oleh para pelajar Indonesia di Negeri Belanda pada tahun 1908 yang
mana organisasi tersebut awalnya bernama Indische Vereeniging.
Setelah 1900, istilah Indonesia seringkali digunakan oleh kelompok-kelompok nasionalis
di kepulauan Indonesia. Seperti PSI ( Partai Sarikat Islam ) yang berganti nama menjadi PSII
( Partai Sarikat Islam Indonesia ).
Ki Hajar Dewantara ( Suwardi Suryaninggrat ) juga merupakan salah satu pribumi
yang pertama kali menggunakan nama Indonesia ketika mendirikan sebuah biro pers dengan
nama Indonesische Persbuteau.
Istilah Indonesia secara resmi digunakan sebagai nama Negara kita pada tanggal 17
agustus 1945 dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dan istilah Indonesia semakin lama
semakin identik dengan nasionalisme.
1. Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa- bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik
Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan
bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai- nilai sosial
budaya luhur bangsa Indonesia. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, kita
harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Sebagai lambang identitas nasional, kita harus menjaganya jangan sampai ciri
kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak
menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia dengan beragam latar belakang
sosial budaya dan bahasa dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib
yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia tidak lagi merasa dijajah oleh
masyarakat suku lain, sedangkan identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih
tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih
tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia.
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa
Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah,
segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi
antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila
pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.
2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :
Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah digunakannya
bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa
Indonesia digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
Kebudayaan nasional yang beragam, berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam
pula. Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern, baik melalui buku-buku pelajaran,
buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan
bahasa Indonesia agar jangkauan pemakaiannya lebih luas. Pelaksanaan ini mempunyai
hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembagalembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.
Ragam Bahasa
Ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri
linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di samping ditandai oleh cirri-ciri
linguistik, timbulnya ragam bahasa juga ditandai oleh cirri-ciri nonlinguistic, misalnya, lokasi
atau tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan keprofesian
pemakai bahasa yang bersangkutan.
1.
dan sebagainya