Sejarah Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

Nama

NIM
Unit
Fak / Jur
Mata kuliah

: Dessayani Putri
: 130170113
: A4
: Teknik Informatika
: Bahasa Indonesia

Sejarah Bahasa Indonesia


Dalam kehidupan, kita tidak terlepas dengan yang namanya bahasa, karena bahasa
merupakan alat komunikasi. Terlebih bahasa adalah hal terbaik dalam menunjukkan identitas
kultur suatu bangsa.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 oktober 1928, dimana pada hari itu seluruh
pemuda Indonesia dari Sabang sampai Marauke berkumpul dalam satu tekad dan berikrar:
Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Ikrar ini disebut dengan Sumpah Pemuda. Inilah awal bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai
bahasa nasional berdasarkan ikrar yang ke-3 dan bergantinya nama bahasa melayu yang
merupakan induk menjadi Bahasa Indonesia untuk menghindari kesan imperialisme bahasa
apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Namun bahasa Indonesia baru diresmikan dan
disahkan sebagai bahasa Negara pada hari kemerdekaan, tepatnya sehari sesudahnya bersamaan
dengan mulai berlakunya konstitusi.
. Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang
bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi yang digunakan sebagai lingua franca di wilayah nusantara.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Para pemuda Indonesia yang tergabung
dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia yang kemudian menjadi hal ini menjadi asal-usul
lahirnya Sumpah Pemuda.
Dari sudut pandang linguistic, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam
bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau ( wilayah kepulauan Riau
sekarang ) sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam kongres Bahasa Indonesia
I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, jang dinamakan Bahasa Indonesia jaitoe bahasa Melajoe
jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari Melajoe Riaoe, akan tetapi jang soedah ditambah,
dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloen zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe
laloe mudah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga

menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakukan oleh kaoem ahli jang beralam baroe, ialah alam
kebangsaan Indonesia.
Terpilihnya bahasa melayu sebagai bahasa nasional dan bukan bahasa Jawa ( yang juga
merupakan bahasa mayoritas pada saat itu ) atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:

Bahasa Melayu merupakan Lingua Franca ( bahasa pengantar ) di Indonesia, bahasa


perhubungan dan bahasa perdagangan.
Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena tidak mengenal tingkatan
bahasa.
Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahsa kebudayaan dalam
arti luas.
Jika bahasa Jawa dinobatkan menjadi bahasa nasional, suku-suku lain di Republik
Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan golongan mayoritas di
Republik Indonesia.
Bahasa Jawa lebih sukar untuk dipelajari karena memiliki tingkatan bahasa halus, biasa
dan kasar yang digunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun
pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa maka dapat menimbulkan kesan
negatif.

Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah
dan bahasa asing.

Penemu Istilah Indonesia


Istilah Indonesia untuk pertam kalinya ditemukan oleh seorang ahli etnologi Inggris
bernama George Samuel Windsor Earl pada tahun 1850 yang sedang mencari analogi untuk
menyebut ras Polinesia atau Malanesia, namun setelah menemukan kata Indonesia ini, Earl
membuangnya karena dianggap terlalu umum, kemuudian menggantinya dengan istilah
Malayunesians yang dirasanya lebih tepat untuk menyebut orang-orang kulit coklat yang
menetap di kepulauan Hindia.
Kemudian muridnya yang bernama James Richardson Logan ( lahir di BerwickshireSkotlandia 1819, meninggal di Penang-Negeri Selat 1869 ) yang juga merupakan seorang
pengacara handal menggunakan istilah Indonesia untuk letak geografis, bukan etnografis. Logan
kemudian menjadi orang pertama yang menuliskan istilah Indonesia dalam tulisannya walaupun
dalam bentuk kawasan geografis bukan istilah khusus dan eksklusif.

Pada tahun 1862, istilah Indonesia digunakan oleh Maxwell yang berkebangsaan inggris
dalam karangannya yang berjudul The Island of Indonesia ( kepulauan Indonesia ) dalam
hubungannya dengan ilmu bumi.
Penggunaan istilah Indonesia oleh Logan diikuti oleh E. T. Hamy, seorang ahli
antropologi asal Prancis pada tahun 1877 untuk menjabarkan kelompok ras pra-melayu tertentu
yang tinggal di kepulauan Indonesia.
Pada tahun 1880, istilah yang digunakan Hamy diikuti oleh ahli antropologi Inggris, A.
H. Keane yang menjelaskan bahwa Asia tenggara sesungguhnya dibagi menjadi dua ras besar
yaitu Mongoloid dan Indonesia. Dalam tulisannya ia tidak membedakan kedua ras ini karena
perbedaan rasial, namun lebih kepada bahasa dan lain-lain.
Istilah Indonesia akhirnya digunakan sebagai judul buku pertama kali oleh seorang
etnologis Jerman bernama Adolf Bastian pada tahun 1884 yaitu buku yang berjudul Indonesien
Order Die Inseln des Malayischen Archipel.
Kata Indonesia berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu Indos yang berarti India
dan nesos yang berarti pulau. Jadi, kata Indonesia dapat diartikan sebagai kepulauan India atau
kepulauan yang berada di wilayah India. Indonesia juga dikenal dengan sebutan Nusantara. Kata
Nusantara berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu nusa yang berarti pulau dan antara yang berarti
hubungan. Jadi, Nusantara berarti rangkaian pulau-pulau.
Istilah Indonesia untuk pertama kalinya digunakan oleh Perhimpunan Indonesia, yaitu
organisasi yang didirikan oleh para pelajar Indonesia di Negeri Belanda pada tahun 1908 yang
mana organisasi tersebut awalnya bernama Indische Vereeniging.
Setelah 1900, istilah Indonesia seringkali digunakan oleh kelompok-kelompok nasionalis
di kepulauan Indonesia. Seperti PSI ( Partai Sarikat Islam ) yang berganti nama menjadi PSII
( Partai Sarikat Islam Indonesia ).
Ki Hajar Dewantara ( Suwardi Suryaninggrat ) juga merupakan salah satu pribumi
yang pertama kali menggunakan nama Indonesia ketika mendirikan sebuah biro pers dengan
nama Indonesische Persbuteau.
Istilah Indonesia secara resmi digunakan sebagai nama Negara kita pada tanggal 17
agustus 1945 dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dan istilah Indonesia semakin lama
semakin identik dengan nasionalisme.

Proses Peresmian Bahasa Melayu Menjadi


Bahasa Indonesia
Pemerintah kolonial Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk
membantu administrasi bagi kalangan pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai
pribumi dianggap sangat lemah.promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan
didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah
embrio bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa
Melayu Riau-Johor.
Pada awal abad ke-20, perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia ( sebagai Hindia-Belanda ) mengadopsi ejaan Van
Ophuijsen dan pada tahun 1904 persekutuan tanah Melayu ( kelak menjadi bagian dari
Malaysia ) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur
( Komisa Bacaan Rakyat ) pada tahun 1908 yang kelak lembaga ini menjadi balai Poestaka. Pada
tahun 19910, komisi ini dibawah pimpinan D. A. Rinkes melancarkan program taman poestaka
dengan membentuk pustaka kecil di berbagai sekolah pribumi. Promgram ini melesat cepat,
dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad
Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada kongres nasional di
Jakarta, Yamin mengatakan bahwa:
Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesastraannya,
hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa
dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi
bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara sosiologis, kita bisa mengatakan bahwa bahasa Indonesia resmi diakui pada
sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 yang mana hal ini berkaitan dengan isi sumpah
yang ke-3, yaitu kami putra putri bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Namun secara yuridis, bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 agustus 1945, tepat
satu hari setelah hari kemerdekaan ketika konstitusi juga mulai berlaku.

Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia


1. FUNGSI BAHASA INDONESIA
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan
secara khusus.
Fungsi bahasa secara umum :
1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita
dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada
2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
* Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.
* Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
2. Sebagai alat komunikasi.
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan
memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh
dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan
agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang.
Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi,
manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara
verbal dilakukan menggunakan alat/media bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi
secara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi.
3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa
yang non standar pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa standar
pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu
bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri.
4. Sebagai alat kontrol Sosial.
Contoh yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat
mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara
yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita.

Fungsi bahasa secara khusus :


1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari- hari.
Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi. Komunikasi
yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.
2. Mewujudkan Seni (Sastra).
Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni, seperti syair,
puisi, prosa dll. Terkadang bahasa yang digunakan memiliki makna denotasi atau makna yang
tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui makna
yang ingin disampaikan.
3. Mempelajari bahasa- bahasa kuno.
Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa
lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang
akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu
hal. Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah
kuno atau penemuan prasasti-prasasti.
4. Mengeksploitasi IPTEK.
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan pikiran yang
sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai hal
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu
didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya
demi kebaikan manusia itu sendiri.

1. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum didalam :
1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lamaing Negara, serta Lagu
Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai :

1. Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa- bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik
Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan
bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

Lambang kebanggaan Nasional.

Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai- nilai sosial
budaya luhur bangsa Indonesia. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, kita
harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

Lambang Identitas Nasional.

Sebagai lambang identitas nasional, kita harus menjaganya jangan sampai ciri
kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak
menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.

Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.

Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia dengan beragam latar belakang
sosial budaya dan bahasa dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib
yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia tidak lagi merasa dijajah oleh
masyarakat suku lain, sedangkan identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih
tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih
tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia.

Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah.

Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa
Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah,
segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi
antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila
pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.
2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :

Bahasa resmi kenegaraan.

Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah digunakannya
bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa
Indonesia digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.

Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan


mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Untuk memperlancar kegiatan
belajar mengajar, materi pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing.
Apabila hal ini dilakukan, sangat membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia
sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek).

Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan


perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan


informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem
administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu
tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh
masyarakat.

Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan


serta teknologi modern.

Kebudayaan nasional yang beragam, berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam
pula. Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern, baik melalui buku-buku pelajaran,
buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan
bahasa Indonesia agar jangkauan pemakaiannya lebih luas. Pelaksanaan ini mempunyai
hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembagalembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

Ragam Bahasa
Ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri
linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di samping ditandai oleh cirri-ciri
linguistik, timbulnya ragam bahasa juga ditandai oleh cirri-ciri nonlinguistic, misalnya, lokasi
atau tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan keprofesian
pemakai bahasa yang bersangkutan.

1.

Ragam bahasa berdasarkan pokok pembicaraan


Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa jurnalistik
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa sastra

2. Ragam bahasa berdasarkan media pembicaraan


A. Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan
fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan
lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau
tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan
antara lain meliputi:
Ragam bahasa cakapan
Ragam bahasa pidato
Ragam bahasa kuliah
Ragam bahasa panggung
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
a. Memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
Kelebihan ragam bahasa lisan :
Dapat disesuaikan dengan situasi.
Faktor efisiensi.
Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa mimik dan gerak
anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan.
Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang
dibicarakannya.
Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang
dituturkan oleh penutur.
Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi
audit, visual dan kognitif.
Kelemahan ragam bahasa lisan :
Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase
sederhana.
Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.

Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.


Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
B. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan
(ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis,
kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:
Ragam bahasa teknis
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa catatan
Ragam bahasa surat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa tulis :
Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang
menarik dan menyenangkan.
Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
Sebagai sarana memperkaya kosakata.
Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya
bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas, oleh karena itu dalam bahasa
tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
3. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra (akrab tidaknya pembicara)

Ragam bahasa resmi

Ragam bahasa akrab

Ragam bahasa agak resmi

Ragam bahasa santai

dan sebagainya

4. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur


A. Berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia
yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas
yang berbeda-beda.
B. Berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
misalnya fitnah, kompleks, vitamin, video, film, fakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam
bidang tata bahasa. Misalnya, Ira mau nulis surat, yang seharusnya Ira mau menulis surat
C. berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dan
santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi
sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika
melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan
kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa
yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai