PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Perumusan Masalah
1.3
Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
2.2
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Sedangkan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi
ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara
dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Berikut aturan
hukum mengenai Lingkungan Hidup:
1.
l.
Bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau
konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lain;
m. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
a.
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
b. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan
hidup.
WEWENANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 8
a.
Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh
Pemerintah.
b. Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah:
1) Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup;
2) Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup,
dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber daya genetika;
3) Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau
subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan
sumber daya buatan, termasuk sumber daya genetika;
4) Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
5) Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c.
Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
a.
Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan
lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai
agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
b. Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu oleh instansi
pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing,
masyarakat, serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan
perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan
hidup.
c.
Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan
penataan ruang, perlindungan sumber daya alam nonhayati, perlindungan sumber
daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar
budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
g.
a.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal dapat
ditetapkan menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki
Amdal, apabila:
1. Dampak dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dapat ditanggulangi
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau
2. Berdasarkan pertimbangan ilmiah, ,tidak menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup.
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.
c.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan secara tertulis kepada Menteri, oleh:
1) Kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
2) Gubernur;
3) Bupati/walikota; dan/atau
4) Masyarakat.
d. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan
mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL atau
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Pasal 6
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3.
Peraturan Pemerintah
Peraturan Gubernur
Menimbang :
a. Bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu kewenangan yang
wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sejalan dengan berlakunya otonomi
daerah;
b. Bahwa sehubungan dengan huruf a diatas perlu ditetapkan jenis kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan dengan keputusan Gubernur.
Mengingat :
1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 (BN no. 5000 hal 1B-12B) tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2) Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 (BN No. 5326 hal 5B-10B dst) tentang
Penataan Ruang;
3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 (BN No. 6066 hal 14 B-20B dst) tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 (BN No. 6336 hal 8B-15b dst) tentang
Pemerintahan Daerah;
5) Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 (BN No. 6372 hal 5B-8B) tentang
Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;
6) Peraturan Pemrintah Nomor 27 Tahun 1999 (BN No. 6436 hal 1B-9B) tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 (BN No. 6468 hal 1B-9B) tentang
Kewenangan Pemerinytah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;
8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-12/MENLH/ 3/94 (BN
No. 5556 hal 3B-5B) tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA :
Jenis usaha /kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di Propinsi Jawa Barat.
KEDUA :
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA dilakukan bersama oleh instansi
pemberi izin operasional, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup daerah
Propinsi Jawa Barat, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kotamadya/ Kabupaten
Administrasi setempat, dan instansi terkait lainnya.
KETIGA :
Pengawasan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) dilakukan bersama oleh instansi pemberi izin
operasional, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Jawa Barat,
2.2.
AMDAL
2.
3.
4.
Tiga dokumen (AMDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana
usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL,
yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau
tidak.
2.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL). Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun,
pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian
ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun
untuk memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di
tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di
tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan
hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga
masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini.
Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi
Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota.
2. Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang
berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai
berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor
pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan
hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya.
3. Masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
2.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
Dasar hukum dan prosedur pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27 tahun 1999
beserta beberapa KEPMEN yang terkait dan dikeluarkan oleh Kementrian Negara
Lingkungan Hidup. AMDAL dibuat sebelum kegiatan berjalan atau operasi proyek
dilakukan. Karena itu AMDAL merupakan salah satu persyaratan keluarnya
perizinan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metodologi Penelitian
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Wawancara
Pasar PAL merupakan sebuah pasar tradisional yang berlokasi di sekitar Jl Raya
Bogor Mekarsari, Depok. Pasar PAL terdiri dari beberapa kios yang menjual
kebutuhan sehari-hari. Mulai dari perlengkapan pangan dan sandang. lokasi pasar
yang terletak disekitar pemukiman warga memiliki dampak positif, seperti
tersedianya lapangan kerja baru, dan memudahkan warga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Namun dikarenakan kios yang terdapat di pasar PAL memiliki
tata letak yang tidak teratur, sehingga sedikit banyak menimbulkan gangguan lalu
lintas bagi pengendara yang melewati jalan raya tersebut. Untuk mengetahui
dampak spesifik pada warga sekitar, kami mengadakan wawancara terhadap 6
warga sekitar pasar sebagai narasumber. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara.
1.
a.
Siapa nama dan sudah berapa lama Anda tinggal di sekitar pasar PAL?
Muhtar. Sudah 51 tahun saya tinggal disini.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b. Seingat saya,,, belum ada apa-apa disini. Pasar baru berdiri setelah beberapa
tahun saya tinggal disini.
c.
Belum ada.
d.
e.
Belum ada.
f.
3.
Apa perbedaan yang Anda rasakan sebelum dan sesudah Pasar PAL berdiri?
a.
Awalnya saya tidak setuju ketika pasar PAL mau didirikan apalagi dekat dengan
pemukiman warga. Saya membayangkan rumah saya akan terkena polusi bau
setiap harinya dan tidak nyaman. Tetapi, Pasar PAL pada akhirnya berdiri karena
banyak warga yang menyetujui hal itu. Sebelum Pasar PAL tidak berdiri, sekitar
rumah saya sepi. Hanya ramai karena dilalui oleh beberapa mobil yang rumahnya
sekitar sini dan angkutan umum yang memang jalurnya disnini. Tetapi, setelah
pasar PAL berdiri, kondisi di sekitar lingkungan rumah saya menjadi lebih ramai,
karena banyak orang yang lalu lalang membawa kendaraan motor dan mobil,
sehingga jalan lebih sering. Umumnya, ketika melewati pasar, akan tercium bau
yang sangat menyengat. Tetapi, pasar hanya bau di tempat penampungan sampah
atau dekat parkiran motor saja, sedangkan saat memasuki pasar, pasar tidak
sekotor pasar-pasar pada umumnya dan tidak berbau semenyengat di pasar-pasar
lainnya.
b. Sebelum ada pasar PAL, jalanan hanya dilalui oleh angkutan umum dan
kendaraan-kendaraan warga yang tinggal di sekitar pasar. Tetapi sekarang lebih
ramai lagi karena dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang datang ke pasar.
Kelebihannya dari adanya pasar, Saya jadi lebih mudah berbelanja kebutuhan
sehari-hari. Tidak perlu menunggu gerobak sayur lewat dulu, dan di pasar barangbarangnya lebih fresh dan lengkap, sedangkan kalau menunggu gerobak sayur,
barang-barangnya sudah sisa-sisa dan tidak sesegar di pasar.
c.
Yang saya rasakan sebelum ada pasar PAL, sepi. Setelah pasar PAL ada,
jalanan jadi lebih cepat rusak karena sering dilewati truk-truk besar. Tapi, dengan
adanya Pasar PAL, saya tidak hanya menjadi ibu rumah tangga tapi saya juga
mempunyai penghasilan berdagang di Pasar PAL. Jadi, pasar PAL memberikan
lapangan pekerjaan juga untuk saya dan warga-warga disini.
d. Pas belum ada pasar, lingkungan lebih bersih. Setelah ada pasar, lebih banyak
produksi pasar tetapi sampah yang dihasilkan tidak tersebar dimana-dimana. Pihak
pasar tetap melakukan pembersihan tetapi, pembuangannya ditampung di pinggir
jalan dekat kali dan itu memang mengganggu ketika melewatinya.
e.
Kalau dulu suasanya tenang. Hanya ada mobil lalu lalang, tapi sekarang
berisik, dimana-mana ada orang. Mau berangkat kerja ada orang dimana-mana.
Saya malas bertemu banyak orang apalagi yang tidak dikenal.
f.
Saya lebih suka suasana dulu. Karena, lebih fresh udaranya ketika masih pagipagi buta. Tetapi sekarang saya lebih suka dengan adanya pasar PAL disini karena
lebih dekat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari karena saya sekarang hanya
tinggal bersama istri saya dan kami juga sudah tua.
4.2
kemacetan lalu lintas dan menimbulkan kebisingan dari para pengunjung pasar.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa pasar PAL belum memenuhi standar undangundang lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, karena meskipun pasar PAL
meningkatkan kesejahteran warga sekitar namun pasar PAL tidak menjaga
lingkungan dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Penutup ini berisikan solusi yang diberikan dan diharapkan mampu membantu
memberikan perbaikan terhadap pasar PAL agar memenuhi standar lingkungan
hidup.
1.