Anda di halaman 1dari 22

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Dirjen POM,
1979).
Kualitas bahan alami nabati (bahan simplisia) dipengaruhi banyak faktor, salah satunya
adalah faktor biologis. Faktor biologis yang dimaksud adalah pengaruh dari lingkungan biologis
tempat tumbuh tanaman bahan simplisia, yaitu interaksi dengan lingkungan, flora dan fauna
setempat (Depkes RI, 1977).
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas bahan alami nabati antara lain klimatik dan
edafik, genetik, lingkungan yang tercemar, budidaya dan perlakuan pasca panen, kultur jaringan
sebagai sumber bahan alam (Depkes RI, 1977).
Yang dimaksud bahan organik asing adalah:
1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi
dalam uraian atau pemerian dalam monografi yang bersangkutan.
2. Hewan asing, utuh atau bagianya, atau zat yang dikeluarkan hewan asing. Kecuali
dinyatakan lain, yang dimaksud dengan bahan organik asing pada simplisia nabati adalah
bahan organik asing yang berasal dari tanaman (Depkes RI, 1977).
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen hewan atau kotoran hewan; tidak
boleh menyimpang warna dan baunya; tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau
menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain; tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun
atau berbahaya. Syarat simplisia hewan juga harus memenuhi kriteria tersebut. Simplisia pelikan
harus bebas dari pengotoran oleh tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya
(Depkes RI, 1978).
http://gilafarmasi.blogspot.co.id/2013/06/uji-kemurnian-simplisia-a.html

Gunawan dan Mulyani, 2002 menjelaskan bahwa simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk
menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami
yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum
iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh
serbuk seng dan serbuk tembaga.
http://thepharmacyst.blogspot.co.id/2008/12/definisi-simplisia-definisi-simplisia.html

umput teki atau yang dikenal dalam bahasa latin adalahCyperus rotundus adalah salah satu
tumbuhan rumput semu menahun yang tingginya bisa mencapai 10 hingga 95 cm. Tumbuhan ini
tumbuh liar dan biasanya sangat mudah di jumpai dan digunakan sebagai bahan praktikum dan
sebagai objek penelitian.
Jenis batang atau habitus tumbuhan dari rumput teki adalah herba atau terna (rumput-rumputan).
Batang tumbuhan jenis ini lunak, mengandung banyak air, berbuku-buku atau tidak. Contoh
selain rumput teki adalah pada padi (Oryza sativa). Arah tumbuh batang pada tumbuhan rumput
teki adalah tegak (erectus) karena batang tegak, tumbuh lurus ke atas. Contoh lain dari arah
tumbuh batang yang tegak adalah pepaya (Carica papaya). Percabangan pada rumput teki adalah
monopodial. Cara percabangan monopodial yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena
lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya.
Dalam proses fotosintetisnya Rumput teki atau Tumbuhan Cyperus rotundus dalam
fotosintesisnya termasuk tumbuhan C4 dimana tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih
efisien menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada
keadaan cuaca mendung dengan tanaman penghasil, misalnya padi.
KLASIFIKASI RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus)
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)


Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Cyperus
Spesies: Cyperus rotundus L.
http://www.petanihebat.com/2014/03/klasifikasi-rumput-teki-cyperus-rotundus.html

Definisi
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang
dikeringkan ( Depkes, 1989 ). Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku pembuatan
ekstrak, baik sebagai bahan obat atau produk
( Depkes, 1985 ).

Pembagian
Simplisia terbagi dari :
1. Simplisia nabati, adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman.
2. Simplisia hewani, adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni

3. Simplisia mineral ( pelikan ), adalah simplisia yang berupa mineral yang belum diolah
atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni ( Depkes, 1989 ).
http://bilongtuyu.blogspot.co.id/2013/06/definisi-simplisia-dan-pembagiannya.html
Latar Belakang

Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air bahan sampai mencapai


kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan produk akibat
aktivitas biologi dan kimia. Pengeringan pada dasarnya merupakan proses
perpindahan energy yang digunakan untuk menguapkan air yang berada dalam
bahan, sehingga mencapai kadar air tertentu agar kerusakan bahan pangan dapat
diperlambat. Kelembapan udara pengering harus memenuhi syarat yaitu sebesar 55
60% . Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan
enzim menurun sebagai akibat jumlah air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak
cukup. Proses pengeringan bukan merupakan proses sterilisasi. Produk yang sudah
dikeringkan harus dijaga supaya kadar airnya tetap rendah. Pengeringan adalah
proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relative kecil dari
bahan dengan menggunakan energi panas (Pinem, 2004).
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian besar air dari suatu bahan melalui penerapan energi panas. Pengeringan
dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi surya (pengeringan alami) dan dapat
juga dilakukan dengan menggunakan peraiatan khusus yang digerakkan dengan
tenaga listrik Proses pengeringan bahan pangan dipengaruhi oleh luas permukaan
bahan pangan, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap air dan sumber energi
yang digunakan serta jenis bahan yang akan dikeringkan. Nilai gizi makanan yang
kering akan lebih rendah jika dibandingkan dengan makanan yang segar.
Pengeringan akan menyebabkan tejadinya perubahan warna, tekstur dan aroma
bahan pangan. Pada umunmya bahan pangan yang diikeringkan akan mengalami
pencoklatan

(browning)

yang

disebabkan

oleh

reaksi-reaksi

non-enzimatik.

Pengeringan menyebabkan kadar air bahan pangan menjadi rendah yang juga akan
menyebabkan zat-zat yang terdapat pada bahan pangan seperti protein, lemak,
karbohidrat dan mineral akan lebih terkonsentrasi. Vitamin - vitamin yang terdapat

dalam bahan pangan yang dikeringkan akan mengalami penurunan mutu, hal ini
disebabkan karena ada berberapa vitamin yang tidak tahan terhadap suhu tinggi.
Proses pengeringan yang berlangsung pada suhu yang sangat tinggi akan
menyebabkan terjadinya case hardening, yaitu bagian permukaan bahan pangan
sudah kering sekali bahkan mengeras sedangkan bagian dalamnya masih basah
(Rosdaneli, 2008).
Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar
air setara dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara
dengan nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis
dan kimiawi. Pengertian proses pengeringan berbeda dengan proses penguapan
(evaporasi). Proses penguapan atau evaporasi adalah proses pemisahan uap air
dalam

bentuk

murni

dari

suatu

campuran

berupa

larutan

(cairan)

yang

mengandung air dalam jumlah yang relatif banyak. Meskipun demikian ada
kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya perubahan sifat
fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan (Astutik, 2008)
Bahan pangan yang dihasilkan dari produk-produk pertanian pada umumnya
mengandungkadar air. Kadar air tersebut apabila masih tersimpan dan tidak
dihilangkan,

maka akan

dapat mempengaruhi kondisi

fisik bahan

pangan.

Contohnya, akan terjadi pembusukan dan penurunan kualitas akibat masih adanya
kadar air yang terkandung dalam bahan tersebut. Pembusukan terjadi akibat dari
penyerapan enzim yang terdapat dalam bahan pangan oleh jasad renik yang
tumbuh dan berkembang biak dengan bantuan media kadar air dalam bahan
pangan tersebut. Mikroorganisme membutuhkan air untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya.

Jika

kadar

air

pangan

dikurangi,

pertumbuhan

mikroorganisme akan diperlambat. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan


adanya suatu proses penghilangan atau pengurangan kadar air yang terdapat
dalam bahan pangan sehingga terhindar dari pembusukan ataupun penurunan
kualitas bahan pangan. Salah satu cara sederhananya adalah dengan melalui
proses pengeringan. Pengeringan merupakan tahap awal dariadanya pengawetan.
Pengeringan akan menurunkan tingkat aktivitas air (Water Activity) atau Aw yaitu
jumlah air yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakannya), berat dan volume pangan (Sri Mulia, 2008).

B. Tujuan

Untuk

mengetahui pengaruh pengeringan terhadap massa dan sifat fisik

bahan serta menggambarkan laju evaporasi.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam


keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air).
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila
tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling
bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung
bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat
sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat
menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul
tersebut dapat terbang ke dalam gas dan menguap. Dasar dari proses pengeringan
adalah

terjadinya penguapan

air menuju udara karena adanya perbedaan

kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan ( Suyanti, 2006).
Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara lingkungan,
kecepatan

aliran

udara

pengering,

kandungan

air

yang

diinginkan,

energi

pengeringan dan kapasitas pengeringan. Pengeringan yang terlampau cepat dapat


merusak bahan sehubungan permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang
bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju permukaan. Dan lebih
lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan
sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhambat. Di samping
itu, kondisi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak bahan.
Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan mem
perhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas (baik berupa udara

panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi pertimbanganpertim bangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih dari 85 0C
(Pantastico, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1.Faktor yang berhubungan dengan udara pengering.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran
udara pengering, dan kelembaban udara.

2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan.


Yang termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan
tekanan parsial

dalam

bahan.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

proses

pengeringan adalah perubahan mutu produk yang dikeringkan sebagai akibat


perubahan faktor-faktor tertentu yaitu suhu, luas permukaan, kecepatan pergerakan
udara, dan tekanan atmosfir. Jenis alat pengering yang cocok untuk suatu bahan
pangan dan preparasi yang harus diberikan pada bahan pangan tersebut untuk
mendapatkan kondisi pengeringan terbaik ( Leni, 2008).

A. METODE PENGERINGAN

1.

Pengeringan alami (Natural drying)


Pengeringan alami terdiri dari:.
a. Sun Drying
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di
tempatyang udaranya kering dan suhunya lebih dari 100o Fahrenheit. Pengeringan dengan
metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik,setelah pengeringan,

panaskan bahan di oven dengan suhu 175 o Fahrenheit selama 10- 15 menit untuk
menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya.
b. Air Drying
Pengeringan

dengan

udara

berbeda

dengan

pengeringan

dengan

menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantung


bahan ditempat udara kering berhembus. Bahanyang biasa dikeringkan dengan metode
ini adalah kacang-kacangan. Kelebihan Pengeringan Alami adalah tidak memerlukan
keahlian

dan

peralatan

khusus,

serta biayanya

lebih

murah.

Kelemahan

Pengeringan Alami adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat tergantung pada
cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan (Hasibun, 2005).
2. Pengeringan Buatan (artificial drying) atau Pengeringan Mekanis (mechanical
drying).
Pengeringan buatan terdiri dari:

a.

Menggunakan Oven
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan
sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-1 jam. Lebih lama dari
dehydrator biasa. Agar bahan menjadi kering, temperature oven harus di atas 140 o
derajat Fahrenheit (Tri, 2004)

http://imfran-imfranpurba.blogspot.co.id/2012/10/vbehaviorurldefaultvmlo_900.html
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan.
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tananman utuh, bagian tanaman
atau eksudat

tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau isi sel
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia
murni. Simplisia
hewani yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia mineral atau
pelican
adalah simplisia yang berupa bahan mineral atau pelican yang belum diolah atau
telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni ( Depkes RI, 1979).
implisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen, atau kotoran hewan, tidak
boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir dan
cendawan atau
menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, tidak boleh mengandung bahan lain
yang beracun
dan berbahaya. Simplisia hewani harus bebas dari fragmen hewan asing atau
kotoran hewan,
tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung cendawan
atau tandatanda pengotor lainnnya, tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun dan
berbahaya.
Simplisia pelican harus bebas dari pengotoran oleh tanah, batu, hewan, fragmen
hewan, dan
bahan asing lainnya (Depkes RI, 1995).
Pada umumnya proses pembuatan simplisia terdiri dari sartasi atau pemilahan,
pencucian,
perajangan, atau pengirisan dan pengeringan. Penyortiran dilakukan untuk
memperoleh
simplisia sesuai yang dikehendaki baik kemurnian maupun kebersihannya. Tahap
sortasi

memerlukan ketelitian yang tinggi. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan


kotoran kotoran yang melekat pada tanaman, yang akan digunakan. Pencucian
harus dilakukan dengan cepat
untuk menghindari terlarutnya zat aktif. Perajangan pada simplisia
bertujuan untuk
mempermudah proses berikutnya. Proses pengeringan bertujuan untuk
mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama
(Tilaar, 2009).
Pemeriksaan mutu simplisia dapat dilakukan dengan cara makroskopik dan
mikroskopik.
Anlisis mikroskopik dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana setelah sedikit
berlatih,
untuk itu diperlukan pengetahuan tentang peralatan tersebut maupun prosedur
yang harus
dilakukan. Untuk mencegah keletihan, maka diperlukan pengamatan
santai hal ini
memerlukan antara lain penjagaan jarak antara mata dan okuler. Untuk
mementukan jarak ini,
mata mendekati okuler dari suatu jarak maksimum sekitar 1 cm. Jarak optimum
dipakai saat
medan tampak sebesar-besarnya dan setajam-tajamnya. Metode mikroskopi yang
digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya masuknya simpleks, namun terbatas pada segi
kualitatif saja.
Untuk maksud ini penganalisa harus memahami betul cirri khas dari setiap simplisia
secara
mikroskopi (Depkes RI, 1979).
http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-iden-simplisia.html

PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA UMUM.


1. BAHAN BAKU

Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat
dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah
tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman
yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman
pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya
adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman
simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecilkecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat
Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam
tumbuhan obat.

2. DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA


a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat,
tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama
akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan
dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan
senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang
memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh
tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.
b. Simplisia dibuat dengan fermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak
berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.
c. Simplisia dibuat dengan proses khusus.

Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati,


penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang
pada prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai
dengan persyaratan.
d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang
digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam
berat dan lain-lain.

3. TAHAP PEMBUATAN
Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
A. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung
pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan.
2. Umur tanaman yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian
tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman
pada umur tertentu. Sebagai contoh pada tanaman Atropa belladonna, alkaloid
hiosiamina mula-mula terbentuk dalam akar. Dalam tahun pertama, pembentukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau. Pada tahun kedua
batang mulai berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun sedang pada daun
kadar hiosiamina makin meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I
dalam pucuk tanaman pada saat tanai an berbunga dan kadar alkaloid menurun pada
saat tanaman berbualz dan niakin turun ketika buah makin tua. Contoh lain,
tanaman Menthapiperita muda mengandung mentol banyak dalanl daunnya. Kadar
rninyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini dicapai pada saat
tanaman

tepat

akan

berbunga.

Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan

terkumpul dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang
dikumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Di
samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat
panen dalam sehari. Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik
dipanen pada pagi hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam
sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam
simplisia terhadap panas sinar matahari.
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut :
1.

Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti

kedawung

(Parkia

rosbbrgii),

pengambilan

biji

ditandai

dengan

telah

mengeringnya buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar,


yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak
(Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat

kemasakan, yang ditandai dengan

terjadinya

perubahan pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah
(Cucurbita n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus indica),

kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk nipis (Citrui
aurantifolia) perubahan bentuk buah, misalnya mentimun (Cucurnis sativus),
pare (Mornordica charantia).
3. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan
pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke
generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi, sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun
pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
4.

Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang

diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi
kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung (Blumea
balsamifera).
5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan
pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak
mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan
pertumbuhan antara lain menjelang musim kemarau.
6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan
pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas
tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).
7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan
pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam
keadaan ini rimpang dalam keadaan besar maksimum. Panen dapat dilakukan
dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin. Dalam ha1 ini
keterampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak
tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Alat atau
mesin yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang

terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak
senyawa aktif siniplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya.
B.

SORTASI BASAH

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan


asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena
itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah
mikroba awal.

C.

PENCUCIAN

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang


melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air
dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang
mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu
kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian
sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah
mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba
karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah
mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah
rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor,
maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air
yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan
mikroba.

Bakteri yang

umuln

terdapat

dalam air

adalah

Pseudomonas,

Proteus,Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. Pada


simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya

untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.
D. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan
bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan
dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi
dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh
karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan
bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah
berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba
tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan
dengan sinar matahari selama satu hari.
E.

PENGERINGAN

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah


rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam
sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama

bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang
masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi
karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel
tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam
bahan simplisia dengan etanol 70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar
air dalam simplisia kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau
menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak
dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang
tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah
dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan
bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh
suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih
cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan
simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90C, tetapi suhu yang terbaik
adalah tidak melebihi 60C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang
tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah

mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu
dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga
tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara
pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama
berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan
digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan
secara alamiah dan buatan.

1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
a.

Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk

mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji
dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan
dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu
cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian
yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa
kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara
ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga
cara ini hanya baik dilakukan di daerah

yang udaranya panas atau

kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang
mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi
kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia
tersebut kering. F'IDC (Food Technology Development Center IPB) telah
merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar
matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap
dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak
pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah

bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk
mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula
digunakan untuk mengeringkan simplisia.
b. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari
langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif
mudah menguap.

2. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar
matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan
menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan
aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:
udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel
atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang
berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak
pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang
sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan
mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu
pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai
contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran
dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10%

sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia
dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis
simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat
tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%,
sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan
dengan kadar air 10 sampai 12%.

F.

SORTASI KERING

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan


simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan
tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat
dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula
adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus
dibuang sebelum simplisia dibungkus.

G. PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN


Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan
dalam, antara lain :

1. Cahaya

Sinar dari panjang gelombang tertentu

dapat menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, misalnya


isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.
2. Oksigen udara :

Senyawa tertentu dalam simplisia

dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen


udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh
pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat
berubah

menjadi

kental

atau

padat,

berbutir-butir

dan

sebagainya.
3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia
yang dapat disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh
enzim, polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi

Apabila kelembaban luar lebih rendah

dari simplisia, maka simplisia secara perlahan-lahan akan


kehilangan sebagian

airnya sehingga rnakin lama makin

mengecil (kisut).
5. Penyerapan air

Simplisia yang higroskopik,

misalnya agar-agar, bila disimpan dalam wadah yang terbuka


akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal basah
atau mencair.
6. Pengotoran

Pengotoran pada simplisia dapat

disebabkan oleh berbagai sumber, misalnya debu atau pasir,


ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang
tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).
7.

Serangga

Serangga dapat menitnbulkan

kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk


ulatnya maupin oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya

berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa


seperti cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang
bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya.
8. Kapang

Bila kadar air dalam simplisia terlalu

tinggi, maka simplisia dapat berkapang. Kerusakan yang timbul


tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan
merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari
kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu
kesehatan.
1.

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.
2.

Anonim, !995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.
https://sites.google.com/site/wwwilmukitacom/materi-kuliah/pembuatan-simplisia

Anda mungkin juga menyukai