Chapter II
Chapter II
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1.
Konsep Lansia
1.1.
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode
terdahulu yang telah menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat
(Hurlock, 1999).
1.2. Batasan Lanjut Usia
Negara-negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia
adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut orang akan
pensiun. Tetapi akhir-akhir ini telah dicapai consensus yang di tetapkan oleh
Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) bahwa sebagai
batasan umur lansia adalah 60 tahun (Suryadi, 2003).
1.3.
16
1.4.
diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain dari pada itu penyakitnya bersifat
progresif yang mengakibatkan kecacatan. Yang lama sebelum akhirnya penderita
meninggal dunia. Penyakit yang progresif ini berbeda dengan penyakit pada usia
remaja atau dewasa yaitu tidak memeberikan proteksi atau imunitas tetapi justru
menjadikan lansia rentan terhadap penyakit lain karena daya dahan tubuh yang
makin menurun (Suryadi, 2003).
1.5.
tidak salah ataupun terlambat menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan
lain yang mengikutinyadengan segera dapat di laksanakan, sebab penyakit pada
orang-orang lansia umumnya lebih lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena menurunya fungsi berbagai alat tubuh karena
proses menjadi tua. Selain itu produksi zat-zat untuk tahan tubuh akan mengalami
kemunduran. Oleh karena itu faktor penyebab eksogen (infeksi) akan lebih mudah
hinggap. Seringkali juga terjadi penyebab penyakit pada lansia tersembunyi,
sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Keluhan-keluhan pasien lansia sering
tidak khas, tidak jelas, apatik dan simptomatik. Oleh karena sifat-sifat
asimptomatik atau tidak khas tadi, akan mengakibatkan variasi individual
munculnya gejala dan tanda-tanda penyakit meskipun penyakitnya sama
(Surayadi, 2003).
17
1.6.
psikososial.
a.
Perubahan Fisik
Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan
stamina menurun, sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk,
otot-otot mengecil, hipotropis, terutama di bagian dada dan lengan, dan
pada kulit mengerut atau kriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis. Sedangkan pada rambut
telah memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam hidung
dan telinga mulai menebal. Dan perubahan pada indra misalnya pada
penglihatan, hilangnya daya akomodasi. Pada pendengaran pengumpulan
serumen dapat terjadi karena meningkatnya kreatinin. Dan selanjutnya
18
adalah pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga dada
menjadi kaku dan sulit bernafas.
b.
Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi adalah perubahan peran post power
syndrome, single women, dan single parent. Dan ketika lansia lainnya
meninggal maka muncul perasaan kapan akan meninggal, terjadinya
kepikunan yang dapat mengganggu dalam bersosialisasi serta emosi
mudah berubah, sring marah- marah dan mudah tersinggung.
c.
Perubahan Psikologi
Perubahan pada lansia meliputi short term memory. Frustasi, kesepian,
takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
depresi dan kecemasan.
19
fungsi natau ketidak mampuan, dan tidak dapat di sembuhkan. Penyakit kronis ini
tidak disebabkan oleh infeksi atau pathogen melainkan oleh gaya hidup, prilaku
beresiko, pajanan yang berkaitan dengan proses penuaan.
Penyakit kronis cendrung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk
menjalankanberbagai
fungsi,
terutama
muskuloskletal
dan
organ-organ
20
tetapi pada resiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini
adalah hipertensi, dan penyakit yang berhubungan dengan hereditas.
2.3. Fase-fase Penyakit Kronis
Menurut Smeltzer & Bare (2001) ada sembilan fase dalam penyakit kronis,
yaitu :
Fase Pra-trajectory.Indivividu berisoko terhadap penyakit kronis karena
faktor-faktor genetik atau prilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang
terhadap penyakit kronis.
Fase Trajectory. Adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis.
Fase ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan pemeriksaan diagnostic
sering dilakukan.
Fase stabil. Terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol.
Aktifitas kehidupan sehari-hari dapat tertangani dalam keterbatasan penyakit.
Terhadap gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Fase tidak stabil. Periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
Fase akut. Ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih
atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
menanganinya.
Fase krisis. Ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang
membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
21
Fase pulih. Pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
Fase penurunan. Terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang dan
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi
gejalaa-gejala.
Fase kematian. Ditandai dengan penurunan bertahap tau cepat fungsi tubuh
dan penghentian hubungan individual.
2.4. Penyakit Kronis Pada Lansia
Beberapa penyakit yang di derita lansia antara lain, penyakit Alzheimer,
ateroskoliosis, kanker, gagal jantung kongestif, penyakit arteri koroner, diabetes
glukoma, hipertensi, osteoarthritis, stroke (Timmreck, 2005).
Dari penelitian bersama badan kesehatan dunia (WHO: World Health
Organization) dan 4 negara di Asia Tenggara Termasuk Indonesia pada tahun
1990 para lansia (usia 60 tahun ke atas) penyakit arthritis/rematik menempati
peringkat pertama yaitu 49,0%.
22
Table studi komunitas lansia oleh badan kesehatan dunia (WHO) di Jawa
Tengah Tahun (1990).
NO
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
Penyakit/Keluhan
Artritis/reumatik
Hipertensi + PJK
Bonkitis/Dispnea
Diabetes militus
Jatuh
Stroke/ paralisis
TB paru
Patah tulang
Kanker
Masalah
kesehatan
yang
mempengaruhi kepada aktivitas
hidup sehari-hari
%
49.0
15,2
7,4
3,3
2,5
2,1
1,8
1,0
0,7
29,3
W:P
W>P
W>P
W<P
W=P
W>P
W=P
W=P
W=P
23
24
25
b)
c)
d)
e)
26
27
secara fisik. Dan yang ke dua adalah komunikasi, berhubungan atau bergaul
dengan orang lain.
3.6.
28
Sosialisasi
pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensin. Teman-teman sekerja yang
biasanya menjadi curahan sgala masalah sudah tidak dapat dijumpai setiap hari.
Lebih-lebih lagi ketika teman sebaya sudah lebih dahulu meninggalkannya.
Sosialisa yang dapat dilakukan adalah dengan keluarga dan masyarakat yang
relatif berusia lebih muda. Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para
lansia karena mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran
sosial sumber kebahagian manusia umumnya berasal dari hubungn sosial.
Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari prilaku oramng lain
(Ratnasuhartini, 2005).