Anda di halaman 1dari 29

BAB V

EVAPORASI

Pendahuluan
Evaporasi adalah suatu proses penguapan pelarut dari suatu larutan yang
terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah
menguap. Alat penguapan yang digunakan disebut evaporator. Operasi evaporasi
atau penguapan pada dasarnya merupakan operasi pendidihan khusus, dimana
terjadi peristiwa pepindahan panas dalam cairan yang mendidih. Tujuan operasi
evaporasi adalah untuk memperoleh larutan pekat dari larutan encer dengan jalan
pendidihan dan penguapan.
Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarut yang digunakan adalah air.
Evaporasi dilaksanakan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi tidak
sama dengan pengeringan; dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair,
kadang-kadang zat cair yang sangat viskos, dan bukan zat padat. Evaporasi
berbeda pula dari distilasi karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan
walaupun uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada
usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Evaporasi berbeda dari
kristalisasi dalam hal penekanannya disini ialah pada pemekatan larutan dan
bukan pembuatan zat padat atau kristal. Dalam situasi-situasi tertentu, misalnya
pada penguapan air asin untuk membuat garam, garis pemisah antara evaporasi
dan krista1isasi tidaklah dapat dikatakan tegas. Sebab evaporasi kadang- kadang
menghasilkan lumpur kristal di dalam larutan induk.
Lazimnya, dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan
produk yang berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Tetapi,
dalam suatu situasi tertentu, kebalikannyalah yang benar. Air yang mengandung
mineral seringkali diuapkan untuk mendapatkan hasil yang bebas zat padat untuk

96

umpan ketel didih, karena persyaratan khusus proses, dan untuk konsumsi
manusia. Teknik ini biasa disebut disti1asi air (water distillation), tetapi dari segi
teknik proses itu adalah evaporasi. Proses-proses evaporasi skala besar sudah
banyak dikembangkan dan digunakan untuk membuat air minum dari air laut. Di
sini hasil yang dikehendaki adalah air kondensasi. Hanya sebagian kecil saja dari
keseluruhan air dalam umpan yang dipulihkan, sebagian besar dikembalikan ke
laut.
5.1. Beberapa Sifat sifat penting dari zat cair yang divaporasikan
5.1.1 Konsentrasi
Walaupun cairan encer yang diumpankan ke dalam evaporator mungkin cukup
encer sehingga beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika konsentrasinya
meningkat, larutan itu akan makin bersifat individual. Densitas dan viskositasnya
meningkat bersamaan dengan kandungan zat padatnya, hingga larutan itu menjadi
jenuh, atau jika tidak, menjadi terlalu lamban sehingga tidak dapat melakukan
perpindahan kalor yang memadai. Jika zat cair jenuh didihkan terus, maka akan
terjadi pembentukan kristal; kristal-kristal ini harus

dipisahkan karena. Bisa

menyebabkan tabung evaporator tersumbat. Titik didih larutanpun dapat


meningkat dengan sangat cepat bila kandungan zat padatnya bertambah, sehingga
suhu didih larutan jenuh mungkin jauh lebih tinggi dari titik didih air pada
tekanan yang sama.

5.1.2 Pembentukan busa


Beberapa bahan tertentu, lebih-Iebih zat-zat organik, membusa pada waktu
diuapkan. Busa yang stabi1 akan ikut ke luar evaporator bersama uap, dan
menyebabkan banyaknya bahan yang terbawa ikut. Dalam hal-hal yang ekstrim,
keseluruhan masa zat cair itu mungkin meluap ke dalam saluran uap keluar dan

97

terbuang.
5.1.3 Kepekaan terhadap suhu
Beberapa bahan kimia berharga, bahan kimia farmasi, dan bahan makanan dapat
rusak bila dipanaskan pada suhu sedang selama waktu yang singkat saja. Dalam
mengkonsentrasikan bahan- bahan seperti itu diperlukan teknik khusus untuk
mengurangi suhu zat cair dan menurunkan waktu pemanasan.
5.1.4 Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan pembentukan kerak pada permukaan
pemanasan. Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin
berkurang sampai akhimya kita terpaksa menghentikan operasi evaporator untuk
membersihkannya. Bi1a kerak itu keras dan tak dapat larut, pembersihan itu tidak
mudah dan memakan biaya.
5.1.5 Bahan konstruksi
Bila memungkinkan, evaporator sebaiknya dibuat dari baja. Akan tetapi, banyak
larutan yang merusak bahan-bahan besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan
itu. Karena itu digunakan juga bahan-bahan konstruksi khusus seperti tembaga,
nikel, baja tahan karat, aluminium, grafit tak-tembus, dan timba1. Oleh karena
bahan-bahan ini relatif mahal, maka laju perpindahan kalor harus tinggi agar
dapat menurunkan biaya pokok peralatan.

Banyak karakteristik lain zat cair juga perlu mendapat perhatian dari
perancang evaporator, antara lain kalor spesifik, kalor konsentrasi, titik beku,
pembebasan gas pada waktu mendidih, sifat racun, bahaya ledak, radioaktivitas,
dan persyaratan operasi steril (suci hama. Oleh karena adanya variasi dalam sifatsifat zat cair maka dikembangkan berbagai

jenis rancangan evaporator.

Evaporator mana yang dipilih untuk suatu masalah tertentu bergantung terutama

98

pada karakteristik zat cair itu.


5.2 Jenis-jenis evaporator
Jenis-jenis utama evaporator tabung dengan pemasukan uap yang lazim dipakai
adalah:
1. Evaporator tabung horizontal
2. Evaporator tabung panjang:
a. Aliran ke atas (film panjat)
b. Aliran ke bawah (film-jatuh)
c. Sirkulasi paksa .
3. Evaporator film aduk

Gambar 5.1. Evaporator Tabung Horizontal

99

Gambar 5.2. Evaporator Vertikal Tabung Panjang

Gambar 5.3. Evaporator film Turbulen

100

5.3 Dasar-dasar Evaporator


Evaporator pada dasarnya adalah operasi pemekatan larutan dengan jalan
menguapkan sebagian pelarut dari larutan tersebut. Dengan kata lain operasi
evaporasi bertujuan untuk membuat larutan yang konsentrasi solutenya rendah
(encer) menjadi larutan yang konsentrasi solutenya tinggi (pekat).
Larutan adalah campuran antara solute dan pelarut yang membentuk massa cair
yang homogen. Hal ini terjadi apabila kelarutan solute dalkam pelarut sangat
besar.
Larutan = solute + pelarut
L

Konsentrasi solute :
C

s
sp

Untuk menaikkan konsentrasi C dengan cara menguapkan sebagian pelarut P.


Misalkan pelarut yang menguap sebanyak v, maka konsentrasi setelah evaporasi
menjadi :
C1

s
s p v

Disini terlihat bahwa C1 > C. Kadang-kadang bisa saja terjadi bahwa konsentrasi
C1 sangat dekat konsentrasi jenuh larutan tersebut. Pada kondisi demikian sangat
mungkin solute keluar dari larutan (mengkristal), sehingga pada umumnya
evaporator dilengkapi dengan alat perangkap garam yang tujuannya untuk
memisahkan solute yang terbentuk tadi.
Sesuai dengan prinsip evaporasi di atas bahwa yang diuapkan adalah
pelarutnya saja, maka syarat untuk dilakukan operasi terhadap suatu larutan
adalah sebagai berikut :
1.

Pada kondisi normal (tekanan 1 atm dan suhu ruangan) fase solute adalah
padat.

2.

Dalam hal solute fasenya cair, maka harus mempunyai titik didih yang
sangat tinggi dibanding titik didih pelarutnya.

101

Penguapan pelarut pada operasi evaporasi terjadi pada kondisi titik didih
larutannya. Suatu larutan yang terdiri dari komponen-komponen solute dan
pelarut apabila beda antara dew point dan bubble point pada setiap konsentrasi
sangat besar, maka untuk pemisahan pelarutnya dapat dilakukan dengan cara
evaporasi (Gb. 5-1). Sebaliknya apabila beda antara dew point dan bubble point
pada setiap konsentrasi kecil, atau dengan kata lain dew point berdekatan dengan
bubble point, maka operasi pemisahan tidak dapat dilakukan dengan cara
evaporasi, tetapi bisa dilakukan dengan cara distilasi (Gb. 5-2).
Suatu perancangan operasi evaporasi, perlu diperhatikan :
Sifat-sifat fisis atau kimia dari larutan yang akan dipekatkan. Sifat fisis
meliputi density, viskosity, titik didih, tegangan muka (mudah berbuih atau
tidak). Sifat kimia diantaranya sifat kestabilan senyawa dalam larutan tersebut

Temperatur, oF

Temperatur, oF

dew point
dew point

bubble point

Fraksi berat solute

bubble point
Fraksi berat solute

Gambar 5.4 Sistem NaOH - air


Gambar 5.5 Sistem alkohol - air
terhadap temperatur. Sebagai contoh apakah larutan pekatnya mudah
terdekomposisi atau mengalami peruraian pada temperatur tinggi. Sifat-sifat
dari larutan yang akan dipekatkan ini menentukan metode feeding atau pola

102

operasi evaporator yang akan dipakai. Sebagai contoh untuk zat-zat yang tidak
tahan terhadap suhu tinggi (misal larutan nira) akan cocok apabila memakai
sistem forward feed. Untuk zat-zat yang mempunyai sifat viskositasnya tinggi
lebih cocok apabila dipakai sistem backward feed. Selain itu dari sifat fisis zat
juga dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis evaporator mana
yang cocok digunakan. Sebagai contoh untuk memekatkan larutan yang
mempunyai sifat berbuih, lebih cocok menggunakan jenis evaporator pipa
panjang (long tube eveporator).

Temperatur umpan (feed) juga menjadi pertimbangan dalam memilih pola


operasi evaporator. Umpan yang dingin sebaiknya dimasukkan pada effect
yang temperaturnya paling rendah.

Derajat pemekatan yang diinginkan juga akan menentukan pemilihan


operasi pemekatan apakah menggunakan penguap tunggal (single effect) atau
penguap berangkai (multiple effect). Pada umumnya untuk derajat pemekatan
yang besar, jarang menggunakan sistem single effect karena tidak ekonomis.
Artinya biaya operasi yang terdiri atas biaya steam dan air pendingin sangat
besar. Dalam hal tersebut sistem multiple effect evaporation lebih
menguntungkan.

5.4 Sistem Operasi Evaporator


Ada 2 macam sistem operasi evaporator, yaitu :
1.

Sistem penguap tunggal (single effect evaporation)

2.

Sistem penguap ganda (multiple effect evaporation)


Sistem penguap tunggal adalah proses pemakatan larutan dengan

menggunakan satu evaporator, sedang sistem penguap ganda menggunakan lebih


dari satu evaporator. Sistem yang menggunakan 2 evaporator disebut double
effect evaporation, 3 evaporator disebut triple effect evaporation dan seterusnya.
Pada penguap tunggal, umpan (feed) adalah larutan encer yang dididihkan
pada temperatur yang sesuai dengan tekanan pada ruang evaporator tersebut.

103

Sebagai tenaga pemanas adalah steam bertekanan rendah dan keadaannya jenuh
(saturated steam). Hasilnya adalah larutan pekat dan uap dari pendidihan larutan
tersebut.
Pada sistem penguap ganda adalah 2 evaporator atau lebih yang dirangkai
secara seri. Effect pertama merupakan penguap tunggal yang dihubungkan seri
dengan effect-effect berikutnya. Larutan pekat dari effect pertama menjadi umpan
effect kedua, sedang uap hasil pendidihan effect pertama dipakai sebagai pemanas
pada effect kedua, demikian seterusnya larutan pekat effect kedua menjadi umpan
effect ketiga dan uap hasil effect kedua dipakai sebagai pemanas effect ketiga
5.5 Unjuk Kerja Evaporator
Untuk mengetahui unjuk kerja evaporator digunakan suatu parameter penilai,
parameter yang dimaksud adalah :

5.5.1

ekonomi evaporator

kapasitas evaporator

Ekonomi evaporator
Ekonomi evaporator didefinisikan :

kg

air yang diuapkan setiap

pemakaian sat kg steam pemanas


Untuk sistem single effect

Untuk sistem multiple effect


Dimana :

V1
S
V1 V2 V3 ... Vn
S

= ekonomi evaporator
V = air yang diaupkan (kg/j)
S = konsumsi steam (kg/j)

Harga untuk single efek kecil yaitu 0,6 sampai 0,7 oleh karena itu pemekatan
dengan sistem single effect tidak efisien atau tidak ekonomis. Untuk memperbesar
harga dengan menambah jumlah effect. Makin besar jumlah effect makin besar

104

pula harga . Secara kasar harga ekonomi evaporator dapat diprediksi sebesar :
= 0,8 n

dimana n = jumlah effect

Disamping jumlah effect, ekonomi evaporator juga dipengaruhi oleh temperatur


umpan. Temperatur umpan yang dingin akan mengurangi harga karena kalor
dari steam yang seharusnya untuk menguapkan air menjadi berkurang karena
dipakai untuk menaikkan temperatur umpan sampai temperatur titik didihnya
sebesar panas sensiblenya yaitu : MF . Cp F (t1 - tF)
Ekonomi evaporator ini penting dalam hubungannya dengan biaya operasi
evaporator atau biaya steamnya. Ekonomi evaporator tinggi biaya steam rendah,
dengan demikian biaya operasi turun.
5.5.2

Kapasitas evaporator
Kapasitas evaporator didefinisikan : kg air yang diuapkan setiap jam.

Kapasitas evaporator tergantung pada laju perpindahan panas (Q) masing-masing


effect. Jadi faktor yang mempengaruhi besarnya kapasitas evaporator adalah
luas permukaan perpindahan panas A, koefisien perpindahan panas menyeluruh U
dan perbedaan suhu efektif Teff, sesuai dengan hubungan Q = U A Teff.
Makin besar harga U, A atau Teff maka makin besar harga Q sehingga jumlah air
yang diuapkan setiap waktu makin besar atau dengan kata lain kapasitas
evaporator makin besar. Disamping itu temperatur umpan juga mempengaruhi
kapasitas evaporator. Temperatur feed yang dingin akan mengurangi kapasitas
evaporator karena sebagian kalor Q digunakan untuk menaikkan suhu feed
sampai titik didihnya.
5.6 Kenaikan titik didih
Dalam operasi evaporator, terutama untuk pemekatan larutan anorganik
menunjukkan bahwa titik didih larutan lebih tinggi dibanding titik didih pelarut
murninya (titik didih air). Penomena tersebut disebut kenaikan titik didih atau

105

BPR. BPR ini cukup nyata pada senyawa-senyawa anorganik, namun tidak begitu
nyata untuk senyawa-senyawa organik, terutama yang berat molekulnya tinggi.
Adanya BPR ini menyebabkan T yaitu beda temperatur pemanas dan
temperatur titik didih larutan menjadi kecil.

Gambar 5.6. Garis-garis Duhring, sistem NaOH Air

106

Gambar 5.7 Diagram Enthalpi-Konsentrasi Sistem NaOH - Air

107

5.7 Perhitungan Kebutuhan steam dan luas evaporator pada sistem single
effek
Pada sistem single effect panas

dari steam dipindahkan melalui

permukaan bidang pemanas ke cairan yang sudah berada pada suhu didihnya.
Panas tersebut digunakan untuk menguapkan air.
V,H,y

Feed
F, tF, hF, xF

P1,T1,
U,A

Steam
S, tS, HS,PS

L, hL,xL, T1

kondensat
S, tS, hC
Produk (Larutan
Pekat)

Gambar 5.8 Sistem Single Effect


Keterangan
F

= laju alir larutan encer (feed)

A= luas permukaan perpindahan panas

= laju alir steam atau condensat

V = laju alir uap

= Laju alir larutan pekat

q = kapasitas panas

tF

= temperatur larutan encer (umpan)

xF = fraksi massa umpan

PS

= tekanan steam

xL = fraksi massa produk

tS

= temperatur steam atau kondensat

T1= titik didih larutan

HS = enthalpi steam

E = steam ekonomi

HV = enthalpi uap
hC

= enthalpi kondensat

hF

= enthalpi feed (umpan)

hL

= enthalpi cairan pekat (produk)

U = koefisien perpindahan panas keseluruhan

108

Laju perpindahan panas dari steam ke larutan


Q= UAT.5.1
Neraca massa,
Neraca massa total
Neraca massa solute

F = L + V..5.2
F.xF = L.xL + V.y

Karena konsentrasi solute dalam uap (y=0), maka,


F.xF = L.xL ....5.3
Neraca entalpi
Dalam menyusun neraca enthalpi diambil asumsi-asumsi sebagai berikut :

Tak ada kebocoran atau percikan keluar

Adanya non condensable gas diabaikan

Tak ada kehilangan panas ke sekeliling

Steam pemanas masuk dalam keadaan jenuh dengan suhu t S

dan

kondensat keluar dalam keadaan cair jenuh dengan suhu tS.

Panas pelarutan diabaikan

Asumsi di atas diambil karena pada praktek kadang-kadang dipakai superheated


steam yang temperaturnya sedikit di atas t S, dan kondensat keluar pada suhu
sedikit dibawah tS (sub cooled).
Neraca enthalpi :
F . hF + S . H S = V . H + S . hC

+ L . hL 5.4

S (HS hC)

F . hF

= V.H +

L . hL -

Karena HS hC = S = panas laten steam


S . S

= V.H +

L . hL - F . h F

Konsumsi steam dapat diperoleh,


S

V .H L.hL F .hF
................................................................5.5
S

Untuk menentukan luas permukaan perpindahan panas,


Q = U.A.T = S . S ....................................................................5.6

109

S . S
..................................................................................5.7
U .T

dengan:
S . S

= Kalor yang dilepas steam pada suhu tS (= q)

= tS T1

CARA MENCARI DATA-DATA YANG DIPERLUKAN


Bila PI diketahui maka dari Steam Table akan didapat :

tb & H

Bila tb diketahui maka dari Steam Table akan didapat :

PI & H

Bila Ps diketahui maka dari Steam Table akan didapat :

ts, s & Hs

Mencari ENTHALPY Perhatikan Ada KTD / TIDAK


I. KTD Tidak Ada
*. TI = tL = tV= tb (titik didih air murni pada P1)
*. hL = entalpi produk didapat dengan temp T1 (titik didih larutan)
*. H = entalpi uap diperoleh pada T1
1. KTD Diperhitungkan
*. tb diketahui dari Steam Table pada PI
Tb dengan xL dari gambar 5.6 Duhring Chart akan didapat T1
KTD = T1 - tb
*. Hv = Hb + 1,884 KTD (Bila KTD dalam K) KJ/Kg
-

Hv = Hb + 0,45 KTD (Bila KTD dalam oF_ BTU/lb

Hb = entalpi uap pada suhu air murni (tb)

tF dengan xF gambar 5.7 didapat hF

TI dengan xF gambar 5.7 didapat hL

ENTHALPY BALANCE : F hF + S s = L hL + V.H

110

KAPASITAS PANAS

: Q = S s = UA (TS - TI)

LUAS PERMUKAAN PERPINDAHAN PANAS


1). Bila satuan yang diketahui
S dalam Kg/Jam
U dalam W/m2 K

S S 1000 2
x
m
UT 3600

T dalam K
dalam KJ/Kg

2). Bila Satuan yang diketahui


S dalam lb/Jam
U dalam BTU/JFT2F

A=

S S
ft 2
UT

T dalam oF
Dalam KJ/Kg
STEAM EKONOMI
E =

V
S

5.8 PERHITUNGAN MULTIPLE EFFECT EVAPORATOR

111

Pada single Effect Evaporator, sebagian besar biaya evaporasi untuk biaya steam
pemanas; hal ini merupakan suatu pemborosan karena dengan steam pemanas
akan dihasilkan juga steam (V) yang tidak dipakai lagi.
Untuk menghindari pemborosan, uap yang dihasilkan dari sebuah evaporator
digunakan sebagai steam pemanas di evaporator kerja. Sistem ini disebut sebagai
sistem MULTIPLE.
Pada sistem ini:
-

effect I dipanasi dengan steam dari Boiler.

Effect II dipanasi Uap dari effect I

Effect III dipanasi dengan Uap dari effect II, dst

Titik didih pada effect I harus lebih tinggi dari titik didih effect II, dst. Demikian
juga Tekanannya (P).
Tiap evaporator dalam multiple effect disebut effect. Nomer effect sesuai dengan
urutan steam masuk dengan angka romawi.
PEMASUKAN FEED
1. Forward Feed

Gambar 5.9 Sitim multi effect dengan pengumpanan ke depan


Dalam cara ini :

112

Larutan encer masuk pada effect I, setelah agak pekat diumpankan sebagai feed
pada effect II begitu seterusnya, sehingga larutan produk adalah yang keluar dari
effect ke n.
Titik didih:

T1 > T2 > Tn
P1 > P2 > Pn

Multiple effect dilengkapi dengan sistem penghamparan.


Pada sistem ini: steam Ekonomi cukup besar, karena makin banyak effect, makin
besar Steam Ekonominya.
Tetapi bila effect lebih besar, maka sistem ini akan mahal, harus diperhitungkan
biaya effect.
Forward feed digunakan untuk feed yang cukup panas dan produk akhir tidak
tahan panas tinggi.
2. Backward Feed:

Gambar 5.10 Sitim multi effect dengan pengumpanan dari belakang


Feed masuk cari effect terakhir.
Larutan masuk dari effect terakhir yang kurang panas, karena larutan yang lebih
pekat masuk dalam effect yang lebih panas sehingga akan mengurangi kekentalan,
sehingga penurunan harga U (over all coefficient) dapat diatasi. Sistem ini untuk
feed yang dingin dan produk yang kental.

113

Larutah berserak dari effect dengan tekanan (P) rendah ke tekanan tinggi sehingga
perlu pompa.
SISTEM PARALEL FEED:
Feed diumpankan pada setiap effect. Produk dikeluarkan pada setiap effect.
Digunakan untuk feed yang sudah cukup pekat. Diharapkan produk keluar segera
menjadi bentuk kristal, missal dalam pembuatan garam.
TEMPERATUR DROP
Umumnya dalam perhitungan evaporator sistem multiple dilakukan asumsiasumsi:
1. Jumlah panas yang diperlukan setiap evaporator dianggap sama.
2. Luas per inci perpindahan panas setiap evaporator dianggap sama.
Untuk Forward Feed:
q1 = U1.A1.t1
q2 = U2.A2. t2
q3 = U3.A3. t3
qn = Un.An. tn
U1.A1. t1

= U2.A2. t2 = U3.A3. t3 = Un.An. tn5.8

Jika A sama maka : U1. t1 = U2. t2 = U3. t35.9


Jika KTD diabaikan, maka:

t ts T

t1 t 2 t3 t n

..5.10

Bila KTD diperhitungkan

t Ts T

(KTD )

.5.11

114

3. Besarnya temperature Drop pada setiap evaporator dapat ditaksir dengan:


T1

1/ U1
T
1
.5.12
1/ U1 1/ U 2
.......1 / U n
U3

T2

1/U 2
T
1
1
1
5.13
1/ U1

.......
U2 U3
Un

KAPASITAS MULTIPLE EFFECT EVAPORATOR


Pemakaian multiple effect evaporator akan meningkatkan steam Ekonomi, tetapi
tidak berarti dengan effect banyak selalu lebih ekonomis karena dipengaruhi oleh
kapasitas evaporator.
Persamaan Kapasitas total:
q total = q1 + q2 +q3 + .+qn
= U1.A1. t1 + U2.A2. t2 + + Un.An. tn5.14
Untuk yang tanpa KTD
Ts Tn = t
Jumlah temperatur Drop yaitu :
Maka :
-

q = Uav.A t

5.15
.5.16

Multiple effect tidak mempengaruhi kapasitas suatu system evaporator,


tetapi hanya pemakaian steam dan air dalam operasinya.

115

*) Pengaruh KTD Multiple Effect Evaporator:


Bila diperhatikan pers. T Ts Tn (KTD )
Terlihat: Uap yang terjadi pada effect 1 dengan adanya KTD di anggap sebagai
superheat effect 1, tetapi ketika dipakai sebagai uap pemanas di effect II
diangggap sebagai uap jenuh dengan titik jenuhnya ketika berada di effect I.
Jadi selalu dianggap ada kehilangan Enthalpy ketika uap mengalir dari effect ke I
ke dalam effect yang lainnya yaitu sebesar Enthalpy Superheatnya.
Perhitungan Multiple Effect Evaporator:
Persamaan-persamaan yang dipakai:
1. Neraca panas setiap effect
2. Neraca massa setiap effect
3. Jumlah penguapan setiap effect
KTD selalu diperhitungkan
Langkah-langkah:
1. Tentukan titik didih dan Enthalpi larutan pada effect terakhir berdasarkan
tekanan ruang uap dan konsenstrasi akhir.
2. Tentukan jumlah penguapan seluruh system dengan overall material
balance, kemudian perkirakan pembagian tiap effect (umumnya dibagi
sama dalam tiap effect) pada trial dihitung konsentrasi larutan dalam
effect, asumsi TD pelarut dan cari KTD di tiap effect
3. Tentukan Total temperature Drop dengan rumus:
T t1 KTD1 t 2 KTD2 .....

116

= Ts Tn - (KTD )
5.17

Distribusikan pada tiap effect dengan rumus:

t1

1/ U1
xt..........dst
1/ U1 1/ U 2 1/ U1

4. Dengan Neraca panas tiap

effect dan dengan neraca massa, hitung

kembali penguapan di tiap effect.


Jika harga penguapan sangat berbeda dari masing-masing effect dengan
yang diperkirakan dalam langkah 2, maka ulangi langkah 2 tersebut
dengan harga penguapan yang baru didapat.
5. Pergunakan rumus : q = U.A. (Ts Tn) untuk tiap effect guna menentukan
harga A masing-masing
6. Bila ternyata harga A tiap effect tidak (hampir) sama, maka hitung kembali
temperatur Drop.

t1

t1 A1
An

t 2

t 2 A2
. dst
An

A2 A2 An
n

Contoh soal 1 dengan mengabaikan KTD


Suatu evaporator digunakan untuk memekatkan larutan dari konsentrasi
1% berat menjadi 1,5% berat zat terlarut. Kecepatan umpan masuk ke dalam
evaporator 10.000 lb/h pada suhu 100 oF. Steam masuk evaporator pada suhu 227

117

F dan tekanan 5 psig. Jika evaporator bekerja dengan tekanan 1 atm dalam

ruangan uap dan harga U diketahui 250 Btu/ft2.hoF, hitunglah:


a. Berat uap yang dihasilkan tiap jam
b. Laju steam masuk evaporator
c. Luas permukaan perpindahan panas
Penyelesaian

Uap
V, H
dimana :
F= 10.000 lb/h
P

1= 1 atm

xF=0,1 tF=100 oF

T1

S
Ps= 5 psig

kondensat
S, tc, hC

L,hx1L=0,015

Asumsi:
Karena larutan sangat encer, maka titik didih larutan sama dengan titik didih air
murni dan entalpi larutan sama dengan pelarut murninya (air)
a. Neraca massa total : F = L + V
10.000 = L + V
V = 10.000 L
Neraca massa bahan terlarut : F. xF = L.xL + V.y
(10.000)(0,01) = (L)(0,015) + (V)(0)

118

Jadi

(10.000)(0,01)
6.670 lb / h
0,015

V = ( 10.000 6670)lb/h = 3.330 lb/h

b. Harga-harga entalpi dapat diperoleh dari steam table:


tF = 100 oF

hF = 68 Btu/lb

tV = 212 oF

H = 1150 BTU/lb

tL = 212 oF

hL = 180 Btu /lb

ts = 227 oF

Hs= 1156 Btu/lb

tc = 227 oF

hc = 195 Btu/lb

Neraca panas atau neraca entalpi,


Panas umpan + panas steam = panas uap + panas produk + panas kondensat
F . hF + S . H S = V . H + L . hL + S . hC

V .H L.hL F .hF
H S hC

(3330)(1150 ) (6670)(180) (10000)(68)


1156 195
S 4530 lb / h
S

c.

Luas permukaan perpindahan panas,


S(Hs hc) = U. A. T

H S hC
U .T

119

1156 195
1160 ft 2
250( 227 212)

Contoh soal 2 dengan memperhitungkan KTD


Sebuah Evaporator SINGLE EFFEK digunakan untuk memekatkan larutan
NaOH dari 20 % menjadi 50 % berat solid dan kecepatan 20.000 lb/jam.
Tekanan steam yang dipakai 20 Psig, sedangkan tekanan pada ruang uap 100
mmHg absolute (1,93 lb/in3). Over all heat transfer coeffisien = 250 Btu/ft2.h.oF
Tentukan

- jumlah steam yang dipakai


- Steam ekonomi
- Luas bidang pemanas pada temperatur feed 100oF

Penyelesaian
Uap
V, H
F= 20.000 lb/h

1= 100

xF=0,2 tF=100 F

mmHg

T1

S
Ps= 20 psig

kondensat
S, tc, hC

h1

L, xL=0,5

Neraca massa total

120

F=L+V
Neraca massa solute
F x F = L x L + V HV HV = 0

L=

20.000 x 0,2
= 8000 lb/jam
0,5

V=FL
= 20.000 8.000 = 12.000 lb/jam
Titik didih air murni (tb) pada 100 mmHg (1,93 lb/m3) = (124 oF)
Pada tb 124 oF dan xL= 0,5 diperoleh titik didih larutan 197 oF ( T1 ) (lihat gambar
5.6)
KTD

= T1 - tb
= 197 124 = 73 oF

Entalpi umpan dan larutan pekat dapat diproleh dari gambar 5.7. x F = 0,2 dan tF =
100 o F hf = 55 BTU / lb
Larutan pekat 50% solid atau xL = 0,5 dan T1 =197

F hL = 220 Btu/lb

Uap yang meninggalkan Evaporator adalah super heat


o

PD. 197

F > 1.93 lb/in3

Enthalpi uap dapa t dicari daris steam table (super heated )


H (197

F) = Hb uap sat (Td. Air 124 oF) + Cp (KTD)


= Hb uap sat (124 oF) + 0,46 x KTD

Entalpi uap air jenuh pada 124 oF , Hb= 115,38 BTU/lb (steam table)
Pd 197 oF H = 115,38 + 0,46 (197 124)
= 1149 Btu/lb

121

Pada PS=20 Psig = 20 +14,7 = 34,7 Psia. Dari steam tabel


Didapat

: ts = 259 oF (dgn interpolasi) APP 8 Mc Cabe


: s = 939

q = Ss = (F L) H Fhf + L hL

V=F-L

= (20000 8000) 1149 (20000) 55 + (8000) 220


q = 14.448.000 BTU/lb
q = s.S 14.448.000 = S (939)
S = 15386,58 lb/jam
Luas Bidang Pemanas
q = UA T

14.448.000 = 250 A (259 197)


A= 932 ft2

12000

E = S 15386,58 0,78

Latihan

122

1.

Sebuah evaporator efek tunggal digunakan untuk memekatkan 20.000 lb/h


larutan natrium hidroksida 20% menjadi larutan pekat 50%. Tekanan
pengukur (gauge pressure) dari uap 20 lb/in2, tekanan absolute ruang uap
cairan 100 mmHg dan koefisien perpindahan panas keseluruhan 250
Btu/ft2.h.oF, dan umpan masuk pada suhu 100 oF.
Hitunglah :
a). Banyaknya uap yang terpakai (lb/h)
b). Luas permukaan pemanasan (ft2)

2.

Sebuah evaporator digunakan untuk memekatkan larutan organik 20%


menjadi 65%. Kenaikan titik didih larutan dapat diabaikan. Panas jenis
umpan 0,93 dan air yang harus diuapkan sebanyak 20.000 kg/jam. Uap jenuh
pada 0,7 atm (absolut) dan tekanan di dalam kondensor 100 mmHg (absolut).
Uap masuk pada suhu 60 oF, koefisien perpindahan panas keseluruhan 1.700
W/m2.oC
Hitunglah :
a). Besarnya luas permukaan pemanasan yang diperlukan (m2)
b). Jumlah konsumsi uap dalam kg/jam

3.

2,5 kg/s larutan 50% NaOH pada suhu 90 oC dipekatkan menjadi larutan
70% pada suatu evaporator yang bekerja dengan tekanan 0,108 kg/cm2.
Sebagai pemanas digunakan uap air jenuh pada tekanan mutlak 6 kg/cm2.
Jika besrnya koefisien perpindahan panas keseluruhan 4000 W/m2.oC,
tentukan :
a). Luas permukaan pemanasan yang diperlukan
b). Laju penguapan

4.

1,25 kg/s larutan 20% NaOH pada suhu 35 oC akan dipekatkan menjadi
larutan 50% di dalam suatu evaporator yang menggunakan uap air pada
tekanan mutlak 1,32 kg/cm2. Sedang evaporator tersebut bekerja pada
tekanan mutlak 0,114 kg/cm2 dan pengaruh panas karena radiasi diabaikan.

123

Diketahui kondensat uap air keluar pada suhu uap air dan besarnya koefisien
perpindahan panas keseluruhan 2300 W/m2.oC
Hitunglah :
a). Jumlah uap air yang diperlukan
b). Luas permukaan perpindahan panas

124

Anda mungkin juga menyukai