EVAPORASI
Pendahuluan
Evaporasi adalah suatu proses penguapan pelarut dari suatu larutan yang
terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah
menguap. Alat penguapan yang digunakan disebut evaporator. Operasi evaporasi
atau penguapan pada dasarnya merupakan operasi pendidihan khusus, dimana
terjadi peristiwa pepindahan panas dalam cairan yang mendidih. Tujuan operasi
evaporasi adalah untuk memperoleh larutan pekat dari larutan encer dengan jalan
pendidihan dan penguapan.
Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarut yang digunakan adalah air.
Evaporasi dilaksanakan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi tidak
sama dengan pengeringan; dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair,
kadang-kadang zat cair yang sangat viskos, dan bukan zat padat. Evaporasi
berbeda pula dari distilasi karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan
walaupun uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada
usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Evaporasi berbeda dari
kristalisasi dalam hal penekanannya disini ialah pada pemekatan larutan dan
bukan pembuatan zat padat atau kristal. Dalam situasi-situasi tertentu, misalnya
pada penguapan air asin untuk membuat garam, garis pemisah antara evaporasi
dan krista1isasi tidaklah dapat dikatakan tegas. Sebab evaporasi kadang- kadang
menghasilkan lumpur kristal di dalam larutan induk.
Lazimnya, dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan
produk yang berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Tetapi,
dalam suatu situasi tertentu, kebalikannyalah yang benar. Air yang mengandung
mineral seringkali diuapkan untuk mendapatkan hasil yang bebas zat padat untuk
96
umpan ketel didih, karena persyaratan khusus proses, dan untuk konsumsi
manusia. Teknik ini biasa disebut disti1asi air (water distillation), tetapi dari segi
teknik proses itu adalah evaporasi. Proses-proses evaporasi skala besar sudah
banyak dikembangkan dan digunakan untuk membuat air minum dari air laut. Di
sini hasil yang dikehendaki adalah air kondensasi. Hanya sebagian kecil saja dari
keseluruhan air dalam umpan yang dipulihkan, sebagian besar dikembalikan ke
laut.
5.1. Beberapa Sifat sifat penting dari zat cair yang divaporasikan
5.1.1 Konsentrasi
Walaupun cairan encer yang diumpankan ke dalam evaporator mungkin cukup
encer sehingga beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika konsentrasinya
meningkat, larutan itu akan makin bersifat individual. Densitas dan viskositasnya
meningkat bersamaan dengan kandungan zat padatnya, hingga larutan itu menjadi
jenuh, atau jika tidak, menjadi terlalu lamban sehingga tidak dapat melakukan
perpindahan kalor yang memadai. Jika zat cair jenuh didihkan terus, maka akan
terjadi pembentukan kristal; kristal-kristal ini harus
97
terbuang.
5.1.3 Kepekaan terhadap suhu
Beberapa bahan kimia berharga, bahan kimia farmasi, dan bahan makanan dapat
rusak bila dipanaskan pada suhu sedang selama waktu yang singkat saja. Dalam
mengkonsentrasikan bahan- bahan seperti itu diperlukan teknik khusus untuk
mengurangi suhu zat cair dan menurunkan waktu pemanasan.
5.1.4 Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan pembentukan kerak pada permukaan
pemanasan. Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin
berkurang sampai akhimya kita terpaksa menghentikan operasi evaporator untuk
membersihkannya. Bi1a kerak itu keras dan tak dapat larut, pembersihan itu tidak
mudah dan memakan biaya.
5.1.5 Bahan konstruksi
Bila memungkinkan, evaporator sebaiknya dibuat dari baja. Akan tetapi, banyak
larutan yang merusak bahan-bahan besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan
itu. Karena itu digunakan juga bahan-bahan konstruksi khusus seperti tembaga,
nikel, baja tahan karat, aluminium, grafit tak-tembus, dan timba1. Oleh karena
bahan-bahan ini relatif mahal, maka laju perpindahan kalor harus tinggi agar
dapat menurunkan biaya pokok peralatan.
Banyak karakteristik lain zat cair juga perlu mendapat perhatian dari
perancang evaporator, antara lain kalor spesifik, kalor konsentrasi, titik beku,
pembebasan gas pada waktu mendidih, sifat racun, bahaya ledak, radioaktivitas,
dan persyaratan operasi steril (suci hama. Oleh karena adanya variasi dalam sifatsifat zat cair maka dikembangkan berbagai
Evaporator mana yang dipilih untuk suatu masalah tertentu bergantung terutama
98
99
100
Konsentrasi solute :
C
s
sp
s
s p v
Disini terlihat bahwa C1 > C. Kadang-kadang bisa saja terjadi bahwa konsentrasi
C1 sangat dekat konsentrasi jenuh larutan tersebut. Pada kondisi demikian sangat
mungkin solute keluar dari larutan (mengkristal), sehingga pada umumnya
evaporator dilengkapi dengan alat perangkap garam yang tujuannya untuk
memisahkan solute yang terbentuk tadi.
Sesuai dengan prinsip evaporasi di atas bahwa yang diuapkan adalah
pelarutnya saja, maka syarat untuk dilakukan operasi terhadap suatu larutan
adalah sebagai berikut :
1.
Pada kondisi normal (tekanan 1 atm dan suhu ruangan) fase solute adalah
padat.
2.
Dalam hal solute fasenya cair, maka harus mempunyai titik didih yang
sangat tinggi dibanding titik didih pelarutnya.
101
Penguapan pelarut pada operasi evaporasi terjadi pada kondisi titik didih
larutannya. Suatu larutan yang terdiri dari komponen-komponen solute dan
pelarut apabila beda antara dew point dan bubble point pada setiap konsentrasi
sangat besar, maka untuk pemisahan pelarutnya dapat dilakukan dengan cara
evaporasi (Gb. 5-1). Sebaliknya apabila beda antara dew point dan bubble point
pada setiap konsentrasi kecil, atau dengan kata lain dew point berdekatan dengan
bubble point, maka operasi pemisahan tidak dapat dilakukan dengan cara
evaporasi, tetapi bisa dilakukan dengan cara distilasi (Gb. 5-2).
Suatu perancangan operasi evaporasi, perlu diperhatikan :
Sifat-sifat fisis atau kimia dari larutan yang akan dipekatkan. Sifat fisis
meliputi density, viskosity, titik didih, tegangan muka (mudah berbuih atau
tidak). Sifat kimia diantaranya sifat kestabilan senyawa dalam larutan tersebut
Temperatur, oF
Temperatur, oF
dew point
dew point
bubble point
bubble point
Fraksi berat solute
102
operasi evaporator yang akan dipakai. Sebagai contoh untuk zat-zat yang tidak
tahan terhadap suhu tinggi (misal larutan nira) akan cocok apabila memakai
sistem forward feed. Untuk zat-zat yang mempunyai sifat viskositasnya tinggi
lebih cocok apabila dipakai sistem backward feed. Selain itu dari sifat fisis zat
juga dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis evaporator mana
yang cocok digunakan. Sebagai contoh untuk memekatkan larutan yang
mempunyai sifat berbuih, lebih cocok menggunakan jenis evaporator pipa
panjang (long tube eveporator).
2.
103
Sebagai tenaga pemanas adalah steam bertekanan rendah dan keadaannya jenuh
(saturated steam). Hasilnya adalah larutan pekat dan uap dari pendidihan larutan
tersebut.
Pada sistem penguap ganda adalah 2 evaporator atau lebih yang dirangkai
secara seri. Effect pertama merupakan penguap tunggal yang dihubungkan seri
dengan effect-effect berikutnya. Larutan pekat dari effect pertama menjadi umpan
effect kedua, sedang uap hasil pendidihan effect pertama dipakai sebagai pemanas
pada effect kedua, demikian seterusnya larutan pekat effect kedua menjadi umpan
effect ketiga dan uap hasil effect kedua dipakai sebagai pemanas effect ketiga
5.5 Unjuk Kerja Evaporator
Untuk mengetahui unjuk kerja evaporator digunakan suatu parameter penilai,
parameter yang dimaksud adalah :
5.5.1
ekonomi evaporator
kapasitas evaporator
Ekonomi evaporator
Ekonomi evaporator didefinisikan :
kg
V1
S
V1 V2 V3 ... Vn
S
= ekonomi evaporator
V = air yang diaupkan (kg/j)
S = konsumsi steam (kg/j)
Harga untuk single efek kecil yaitu 0,6 sampai 0,7 oleh karena itu pemekatan
dengan sistem single effect tidak efisien atau tidak ekonomis. Untuk memperbesar
harga dengan menambah jumlah effect. Makin besar jumlah effect makin besar
104
pula harga . Secara kasar harga ekonomi evaporator dapat diprediksi sebesar :
= 0,8 n
Kapasitas evaporator
Kapasitas evaporator didefinisikan : kg air yang diuapkan setiap jam.
105
BPR. BPR ini cukup nyata pada senyawa-senyawa anorganik, namun tidak begitu
nyata untuk senyawa-senyawa organik, terutama yang berat molekulnya tinggi.
Adanya BPR ini menyebabkan T yaitu beda temperatur pemanas dan
temperatur titik didih larutan menjadi kecil.
106
107
5.7 Perhitungan Kebutuhan steam dan luas evaporator pada sistem single
effek
Pada sistem single effect panas
permukaan bidang pemanas ke cairan yang sudah berada pada suhu didihnya.
Panas tersebut digunakan untuk menguapkan air.
V,H,y
Feed
F, tF, hF, xF
P1,T1,
U,A
Steam
S, tS, HS,PS
L, hL,xL, T1
kondensat
S, tS, hC
Produk (Larutan
Pekat)
q = kapasitas panas
tF
PS
= tekanan steam
tS
HS = enthalpi steam
E = steam ekonomi
HV = enthalpi uap
hC
= enthalpi kondensat
hF
hL
108
F = L + V..5.2
F.xF = L.xL + V.y
dan
+ L . hL 5.4
S (HS hC)
F . hF
= V.H +
L . hL -
= V.H +
L . hL - F . h F
V .H L.hL F .hF
................................................................5.5
S
109
S . S
..................................................................................5.7
U .T
dengan:
S . S
= tS T1
tb & H
PI & H
ts, s & Hs
110
KAPASITAS PANAS
: Q = S s = UA (TS - TI)
S S 1000 2
x
m
UT 3600
T dalam K
dalam KJ/Kg
A=
S S
ft 2
UT
T dalam oF
Dalam KJ/Kg
STEAM EKONOMI
E =
V
S
111
Pada single Effect Evaporator, sebagian besar biaya evaporasi untuk biaya steam
pemanas; hal ini merupakan suatu pemborosan karena dengan steam pemanas
akan dihasilkan juga steam (V) yang tidak dipakai lagi.
Untuk menghindari pemborosan, uap yang dihasilkan dari sebuah evaporator
digunakan sebagai steam pemanas di evaporator kerja. Sistem ini disebut sebagai
sistem MULTIPLE.
Pada sistem ini:
-
Titik didih pada effect I harus lebih tinggi dari titik didih effect II, dst. Demikian
juga Tekanannya (P).
Tiap evaporator dalam multiple effect disebut effect. Nomer effect sesuai dengan
urutan steam masuk dengan angka romawi.
PEMASUKAN FEED
1. Forward Feed
112
Larutan encer masuk pada effect I, setelah agak pekat diumpankan sebagai feed
pada effect II begitu seterusnya, sehingga larutan produk adalah yang keluar dari
effect ke n.
Titik didih:
T1 > T2 > Tn
P1 > P2 > Pn
113
Larutah berserak dari effect dengan tekanan (P) rendah ke tekanan tinggi sehingga
perlu pompa.
SISTEM PARALEL FEED:
Feed diumpankan pada setiap effect. Produk dikeluarkan pada setiap effect.
Digunakan untuk feed yang sudah cukup pekat. Diharapkan produk keluar segera
menjadi bentuk kristal, missal dalam pembuatan garam.
TEMPERATUR DROP
Umumnya dalam perhitungan evaporator sistem multiple dilakukan asumsiasumsi:
1. Jumlah panas yang diperlukan setiap evaporator dianggap sama.
2. Luas per inci perpindahan panas setiap evaporator dianggap sama.
Untuk Forward Feed:
q1 = U1.A1.t1
q2 = U2.A2. t2
q3 = U3.A3. t3
qn = Un.An. tn
U1.A1. t1
t ts T
t1 t 2 t3 t n
..5.10
t Ts T
(KTD )
.5.11
114
1/ U1
T
1
.5.12
1/ U1 1/ U 2
.......1 / U n
U3
T2
1/U 2
T
1
1
1
5.13
1/ U1
.......
U2 U3
Un
q = Uav.A t
5.15
.5.16
115
116
= Ts Tn - (KTD )
5.17
t1
1/ U1
xt..........dst
1/ U1 1/ U 2 1/ U1
t1
t1 A1
An
t 2
t 2 A2
. dst
An
A2 A2 An
n
117
F dan tekanan 5 psig. Jika evaporator bekerja dengan tekanan 1 atm dalam
Uap
V, H
dimana :
F= 10.000 lb/h
P
1= 1 atm
xF=0,1 tF=100 oF
T1
S
Ps= 5 psig
kondensat
S, tc, hC
L,hx1L=0,015
Asumsi:
Karena larutan sangat encer, maka titik didih larutan sama dengan titik didih air
murni dan entalpi larutan sama dengan pelarut murninya (air)
a. Neraca massa total : F = L + V
10.000 = L + V
V = 10.000 L
Neraca massa bahan terlarut : F. xF = L.xL + V.y
(10.000)(0,01) = (L)(0,015) + (V)(0)
118
Jadi
(10.000)(0,01)
6.670 lb / h
0,015
hF = 68 Btu/lb
tV = 212 oF
H = 1150 BTU/lb
tL = 212 oF
ts = 227 oF
tc = 227 oF
hc = 195 Btu/lb
V .H L.hL F .hF
H S hC
c.
H S hC
U .T
119
1156 195
1160 ft 2
250( 227 212)
Penyelesaian
Uap
V, H
F= 20.000 lb/h
1= 100
xF=0,2 tF=100 F
mmHg
T1
S
Ps= 20 psig
kondensat
S, tc, hC
h1
L, xL=0,5
120
F=L+V
Neraca massa solute
F x F = L x L + V HV HV = 0
L=
20.000 x 0,2
= 8000 lb/jam
0,5
V=FL
= 20.000 8.000 = 12.000 lb/jam
Titik didih air murni (tb) pada 100 mmHg (1,93 lb/m3) = (124 oF)
Pada tb 124 oF dan xL= 0,5 diperoleh titik didih larutan 197 oF ( T1 ) (lihat gambar
5.6)
KTD
= T1 - tb
= 197 124 = 73 oF
Entalpi umpan dan larutan pekat dapat diproleh dari gambar 5.7. x F = 0,2 dan tF =
100 o F hf = 55 BTU / lb
Larutan pekat 50% solid atau xL = 0,5 dan T1 =197
F hL = 220 Btu/lb
PD. 197
Entalpi uap air jenuh pada 124 oF , Hb= 115,38 BTU/lb (steam table)
Pd 197 oF H = 115,38 + 0,46 (197 124)
= 1149 Btu/lb
121
q = Ss = (F L) H Fhf + L hL
V=F-L
12000
E = S 15386,58 0,78
Latihan
122
1.
2.
3.
2,5 kg/s larutan 50% NaOH pada suhu 90 oC dipekatkan menjadi larutan
70% pada suatu evaporator yang bekerja dengan tekanan 0,108 kg/cm2.
Sebagai pemanas digunakan uap air jenuh pada tekanan mutlak 6 kg/cm2.
Jika besrnya koefisien perpindahan panas keseluruhan 4000 W/m2.oC,
tentukan :
a). Luas permukaan pemanasan yang diperlukan
b). Laju penguapan
4.
1,25 kg/s larutan 20% NaOH pada suhu 35 oC akan dipekatkan menjadi
larutan 50% di dalam suatu evaporator yang menggunakan uap air pada
tekanan mutlak 1,32 kg/cm2. Sedang evaporator tersebut bekerja pada
tekanan mutlak 0,114 kg/cm2 dan pengaruh panas karena radiasi diabaikan.
123
Diketahui kondensat uap air keluar pada suhu uap air dan besarnya koefisien
perpindahan panas keseluruhan 2300 W/m2.oC
Hitunglah :
a). Jumlah uap air yang diperlukan
b). Luas permukaan perpindahan panas
124