Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIFTERI
OLEH : METTI VERAWATI, S.Kep, Ns, M.Kes

DEFINISI
Difteri

adalah : penyakit infeksi yang menyerang


traktus respiratorius bagian atas ( faring, laring,
tonsil dan hidung ) yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphteria dengan disertai gejalagejala umum atau lokal yang di ikuti dengan
pembentukan dan pelepasan toksin.
Sifat basil : gram positif, polimorf, tidak bergerak,
tahan dalam beberapa media dalam es, air, susu
dan lendir yang mengering
Tipe basil : mitis, intermedies, gravis.
Basil dapat membentuk :
- Pseudomembran yang sulit diangkat, mudah
berdarah, warna putih keabuan
- Exotoxin yang sangat ganas dan dapat meracuni
jaringan terutama otot jantung dan ginjal

PATOFISIOLOGI
Kuman

berkembang biak pada saluran


nafas atas(vulva, kulit, mata jarang
terjadi).
Kuman membentuk psudo membrane
melepaskan eksotoksin.
Eksotoksin bila mengenai otot jantung
akan
mengakibatkan
terjadinya
miokarditis dan timbul paralysis otot-otot
pernafasan bila mengenai jaringan saraf.
Sumbatan jalan nafas terjadi akibat dari
pseudo membrane pada laring dan
trachea dapat menyebabkan kondisi fatal.

PATOFISIOLOGI
Corynebacterium diphteriae
Kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi.

Masuk lewat saluran pencernaan atau saluran pernafasan.

Nasal Tonsil/faringeal

Aliran sistemik

Masa inkubasi 2 5 hari.

Mengeluarkan toksin (eksotoksin)


Laring

Peradangan mukosa
Tenggorokan sakit demam
Demam suara serak,
hidung (flu, secret
anorexia, lemah. Membrane batuk obstruksi sal.
Hidung serosa).
Berwarna putih atau abu-abu napas, sesak nafas,
Linfadenitis (bulls neck), sianosis.
Toxemia, syok septic.

MANIFESTASI KLINIK
Merupakan

kumpulan gejala dari


berbagai lokasi sebagai akibat
kerja kuman, toksin dan penyulit.
Difteri hidung akibat rhinitis :
- Rhinorhea ringan
- Sekret serosanguinus
- Kadang epistaksis
- Luka lecet pada nasolabialis dan
ditemukan pseudomembran di
septumnasi

Difteri Faring :
- Panas tidak tinggi ( kecuali ada infeksi tumpangan
dengan kuman lain )
- Nyeri telan
- Mual, muntah
- Tidur ngorok
- Pseudomembran di daerah orofaring
- Bila berat dapat disertai bullneck dan perdarahan
Difteri laring :
- Primer atau sebagai perluasan difteri faring
- Batuk menggonggong, suara parau
- Gejala sumbatan saluran nafas atas / stridor
inspiratori

Klasifikasi Difteri
Berdasar berat ringannya penyakit diajukan Beach
(1950):
Infeksi ringan
Pseudomembran terbatas pada mukosa hidung
dengan gejala hanya nyeri menelan
Infeksi sedang
Pseudomembran menyebar lebih luas sampai dinding
posterior faring dengan edema ringan laring yang
dapat diatasi dengan pengobatan konservatif
Infeksi berat
Ada sumbatan jalan nafas, hanya dapat diatasi
dengan trakeostomi
Dapat disertai gejala komplikasi miokarditis, paralisis/
nefritis

DIAGNOSA BANDING
Difteri

Hidung:
- Benda asing
- Influensa
- Sinusitis
- Adenoiditis
Difteri Faring
- Tonsilitis membranous akut
Difteri Laring :
- Croup infeksiosa
- Croup spasmodik
- Benda asing

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Bakteriologik. Preparat apusan kuman difteri dari

bahan apusan mukosa hidung dan tenggorok


(nasofaringeal swab)
Darah rutin : Hb, leukosit, hitung jenis, eritrosit,
albumin
Urin lengkap : aspek, protein dan sedimen
Enzim CPK, segera saat masuk RS
Ureum dan kreatinin (bila dicurigai ada komplikasi
ginjal)
EKG secara berkala untuk mendeteksi toksin basil
menyerang sel otot jantung dilakukan sejak hari 1
perawatan lalu minimal 1x seminggu, kecuali bila ada
indikasi biasa dilakukan 2-3x seminggu.
Tes schick

IMUNITAS DAN IMUNISASI


Pada

BBL bayi usia 3 bulan


terdapat imunitas secara aktif
dengan menyuntikkan toksoid
Imunisasi dasar dimulai umur 2
bulan dilakukan 3 kali berturutturut selang 1 bulan yaitu
pemberian vaksin DPT dosis 0,5
ml per SC dalam / IM

PENATALAKSANAAN
Isolasi ketat sampai biakan kuman negatif
Farmakologis :
- Antitoksin : ADS
1. D.ringan (hidung, mata, kulit) : 20.000 u IM
2. D. sedang (tonsil, laring) : 40.000 u IV tetes
3. D. Berat (disertai penyulit) : 100.000 u IV tetes
- Anti mikroba :
1. PP 50.000 u/kg BB/24 jam IM, 1-2x/hr selama 10 hr,
bila alergi terhadap penisilin :
2. Eritromisin 50 mg/kg BB/24 jam (maks 1 gr) oral, 3-4
x/hr
selama 10 hr
- Kortikosteroid :
Diberikan bila terdapat gejala obstruksi saluran nafas
atas.

Perawatan
- Umum :
1. Tirah baring mutlak selama 10-14 hari. Pada
miokarditis tirah baring selama 4-6 mg.
2. Beri cukup cairan dan kalori
3. Makanan lunak dan mudah dicerna
4. Pada pasien gawat perlu infus
- Khusus :
1. Pada sumbatan jalan nafas : Pemberian O2, kalau
perlu trakeostomi
2. Gangguan syaraf perifer : reversibel. Tidak perlu
pengobatan khusus.
Pada kelumpuhan palatum mole
dan otot faring perlu pasang sonde lambung untuk
mencegah aspirasi.

Lanj. Perawatan :
Kontak

dengan pengidap
- Kontak dengan biakan kuman negatif,
tanpa gejala, di beri imunisasi. Kontak
dengan gejala, tanpa menunggu biakan
kuman perlu dirawat dan diobati sebagai
penderita difteri
- Pengidap : setelah mendapat PP 600.000
u/hari atau eritromisisn 50mg/kg BB/hr
selama 5 hari perlu biakan kuman ulangan.

KOMPLIKASI
Saluran

nafas : obstruksi saluran nafas,


bronkopneumonia, dan atelektasis
Kardiovaskuler : miokarditis
Urologi : nefritis
Syaraf : paralisis/parese (lokal/umum)

PENCEGAHAN
Isolasi

pasien
Imunisasi DPT I, II, III
Pencarian dan kemudian
mengobati karier difteri selama
7-10hr dengan pemberian toksoid
bakteri

PENGKAJIAN
KEPERAWATAN

Difteri hidung adanya Rhinorhea,


Sekret, epistaksis, Luka lecet pada
nasolabialis dan ditemukan
pseudomembran di septumnasi
Difteri Faring : Panas, nyeri telan, Mual,
muntah,tidur ngorok, Pseudomembran
di daerah orofaring, bullneck dan
perdarahan
Difteri laring :Batuk menggonggong,
suara parau, Gejala sumbatan saluran
nafas atas / stridor inspiratori

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko

terjadi komplikasi obstruksi saluran


nafas b.d adanya odema laring dan trakea serta
adanya pseudomembran
Resiko terjadi komplikasi miokarditis b.d adanya
eksotoksin
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
nyeri telan dan anoreksia
Gangguan rasa nyaman dan aman b.d nyeri
telan, hospitalisasi, pengobatan yang diberikan
Cemas b.d kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penyakit
Risiko aspirasi b/d paralisis palatum mole
Intoleransi aktivitas
Resiko terjadi penularan

INTERVENSI

DX 1 :
1. Jelaskan pada orang tua tentang kondisi anak dan
bahaya yang dapat terjadi
2. Berikan posisi yang nyaman (semi fowler )
3. Observasi sumbatan jalan nafas
4. Kolaborasi : pemberian O2 dan trakeostomi
DX 2 :
1. Berikan suntikan ADS sedini mungkin
2. Observasi TTV dan KU anak
3. Anjurkan untuk bedrest mutlak selama 3 minggu
4. Periksa EKG rutin (1mg sekali) atau bila ada
kelainan berat

DX 3 :
1. Berikan makan sedikit-sedikit tapi sering
2. Berikan makanan cair, bubur encer dan susu diperbanyak.
3. Berikan minum sesering mungkin
4. Kolaborasi : pemasangan infus
DX 4 :
1. Ijinkan orang tua untuk menunggu anak agar merasa aman
dan dapat membantu pengawasan.
2. Adakan pendekatan/observasi rutin sesuai program
perawatan
3. Lakukan komunikasi verbal sesering mungkin
4. Kunjungi pasien disertai sikap ramah
DX 5 :
1. Beritahukan pd orang tua tentang hal-hal yang berkaitan
dengan imunisasi DPT
2. Jelaskan tentang pentingnya istirahat mutlak selama 3 mg

Anda mungkin juga menyukai