DENGAN DIFTERI
OLEH : METTI VERAWATI, S.Kep, Ns, M.Kes
DEFINISI
Difteri
PATOFISIOLOGI
Kuman
PATOFISIOLOGI
Corynebacterium diphteriae
Kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi.
Nasal Tonsil/faringeal
Aliran sistemik
Peradangan mukosa
Tenggorokan sakit demam
Demam suara serak,
hidung (flu, secret
anorexia, lemah. Membrane batuk obstruksi sal.
Hidung serosa).
Berwarna putih atau abu-abu napas, sesak nafas,
Linfadenitis (bulls neck), sianosis.
Toxemia, syok septic.
MANIFESTASI KLINIK
Merupakan
Difteri Faring :
- Panas tidak tinggi ( kecuali ada infeksi tumpangan
dengan kuman lain )
- Nyeri telan
- Mual, muntah
- Tidur ngorok
- Pseudomembran di daerah orofaring
- Bila berat dapat disertai bullneck dan perdarahan
Difteri laring :
- Primer atau sebagai perluasan difteri faring
- Batuk menggonggong, suara parau
- Gejala sumbatan saluran nafas atas / stridor
inspiratori
Klasifikasi Difteri
Berdasar berat ringannya penyakit diajukan Beach
(1950):
Infeksi ringan
Pseudomembran terbatas pada mukosa hidung
dengan gejala hanya nyeri menelan
Infeksi sedang
Pseudomembran menyebar lebih luas sampai dinding
posterior faring dengan edema ringan laring yang
dapat diatasi dengan pengobatan konservatif
Infeksi berat
Ada sumbatan jalan nafas, hanya dapat diatasi
dengan trakeostomi
Dapat disertai gejala komplikasi miokarditis, paralisis/
nefritis
DIAGNOSA BANDING
Difteri
Hidung:
- Benda asing
- Influensa
- Sinusitis
- Adenoiditis
Difteri Faring
- Tonsilitis membranous akut
Difteri Laring :
- Croup infeksiosa
- Croup spasmodik
- Benda asing
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Bakteriologik. Preparat apusan kuman difteri dari
PENATALAKSANAAN
Isolasi ketat sampai biakan kuman negatif
Farmakologis :
- Antitoksin : ADS
1. D.ringan (hidung, mata, kulit) : 20.000 u IM
2. D. sedang (tonsil, laring) : 40.000 u IV tetes
3. D. Berat (disertai penyulit) : 100.000 u IV tetes
- Anti mikroba :
1. PP 50.000 u/kg BB/24 jam IM, 1-2x/hr selama 10 hr,
bila alergi terhadap penisilin :
2. Eritromisin 50 mg/kg BB/24 jam (maks 1 gr) oral, 3-4
x/hr
selama 10 hr
- Kortikosteroid :
Diberikan bila terdapat gejala obstruksi saluran nafas
atas.
Perawatan
- Umum :
1. Tirah baring mutlak selama 10-14 hari. Pada
miokarditis tirah baring selama 4-6 mg.
2. Beri cukup cairan dan kalori
3. Makanan lunak dan mudah dicerna
4. Pada pasien gawat perlu infus
- Khusus :
1. Pada sumbatan jalan nafas : Pemberian O2, kalau
perlu trakeostomi
2. Gangguan syaraf perifer : reversibel. Tidak perlu
pengobatan khusus.
Pada kelumpuhan palatum mole
dan otot faring perlu pasang sonde lambung untuk
mencegah aspirasi.
Lanj. Perawatan :
Kontak
dengan pengidap
- Kontak dengan biakan kuman negatif,
tanpa gejala, di beri imunisasi. Kontak
dengan gejala, tanpa menunggu biakan
kuman perlu dirawat dan diobati sebagai
penderita difteri
- Pengidap : setelah mendapat PP 600.000
u/hari atau eritromisisn 50mg/kg BB/hr
selama 5 hari perlu biakan kuman ulangan.
KOMPLIKASI
Saluran
PENCEGAHAN
Isolasi
pasien
Imunisasi DPT I, II, III
Pencarian dan kemudian
mengobati karier difteri selama
7-10hr dengan pemberian toksoid
bakteri
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko
INTERVENSI
DX 1 :
1. Jelaskan pada orang tua tentang kondisi anak dan
bahaya yang dapat terjadi
2. Berikan posisi yang nyaman (semi fowler )
3. Observasi sumbatan jalan nafas
4. Kolaborasi : pemberian O2 dan trakeostomi
DX 2 :
1. Berikan suntikan ADS sedini mungkin
2. Observasi TTV dan KU anak
3. Anjurkan untuk bedrest mutlak selama 3 minggu
4. Periksa EKG rutin (1mg sekali) atau bila ada
kelainan berat
DX 3 :
1. Berikan makan sedikit-sedikit tapi sering
2. Berikan makanan cair, bubur encer dan susu diperbanyak.
3. Berikan minum sesering mungkin
4. Kolaborasi : pemasangan infus
DX 4 :
1. Ijinkan orang tua untuk menunggu anak agar merasa aman
dan dapat membantu pengawasan.
2. Adakan pendekatan/observasi rutin sesuai program
perawatan
3. Lakukan komunikasi verbal sesering mungkin
4. Kunjungi pasien disertai sikap ramah
DX 5 :
1. Beritahukan pd orang tua tentang hal-hal yang berkaitan
dengan imunisasi DPT
2. Jelaskan tentang pentingnya istirahat mutlak selama 3 mg