Anda di halaman 1dari 31

Skenario

RONA MERAH DI PIPI


Seorang perempuan berusia 30 tahun, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam
yang hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan lainnya mual, tidak nafsu makan, mulut
sariawan, nyeri pada persendian, rambut rontok dan pipi berwarna merah bila terkena sinar
matahari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu subfebris, konjungtiva pucat, terdapat sariawan
di mulut. Pada wajah terlihat malar rash. Pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan kelainan.
Dokter menduga pasien menderita Sistemic Lupus Eritematosus.
Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium hematologi, urin dan marker
autoimun (autoantibodi misalnya anti ds-DNA). Dokter menyarankan untuk dirawat dan
dilakukan follow up pada pasien ini. Dokter menyarankan agar pasien bersabar dalam
menghadapi penyakit karena membutuhkan penanganan seumur hidup.
Cat: ds-DNA = double-stranded DNA

Kata-kata sulit
1. Suhu Subfebris
Demam ringan dengan suhu 37,5C-38,5C
2. Malar Rash
Malar: berkenaan dengan atau ditunjukan kepada pipi
Rash: erupsi sementara pada kulit, seperti pada urtikaria,erupsi obat atau eksantema
virus
3. Marker Autoimun
Kompleks antibodi yang dihasilkan akibat adanya inflamasi
4. Sistemic Lupus Eritematosus
- Penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel tubuh sendiri yang
mengakibatkan peradangan dan kerusakan jaringan
- Gangguan multisistemik yang sering febril, kronik, reminten, relaps, radang pada
jaringan ikat, onset akut/insidosus, ditandai terutama dengan terlihatnya
kulit,sendi,ginjal dan membran serosa
5. Autoantibodi
Antibodi yang ditunjukan terhadap antigennya sendiri terhadap konsituen jaringan
normal

Brain storming
1. Apakah SLE hanya terjadi pada wanita?
Tidak, laki laki juga bisa terjadi tetapi lebih dominasi perempuan (terutama wanita
usia produktif) karena hosmon estrogen pada wanita.
2. Kenapa pipi berwarna merah bila terkena sinar matahari?
Karena kelainan pada komplemen, penurunan kompleks imun, adanya anti RO
3. Mengapa timbul malar rash?
Karena terkena paparan sinar matahari dan manifestasi klinis SLE bisa ke beberapa
organ (kulit).
4. Sebutkan jenis-jenis autoimun!
Sistemik (menyerang beberapa organ) dan lokal (terfokus dalam 1 organ)
5. Apa kaftor-faktor penyebab SLE?
Genetik, lingkungan, hormonal, imunologi
6. Kenapa SLE memerlukan penanganan seumur hidup?
Karena lupus menyerang ke berbagai organ
7. Apakah SLE bisa disembuhkan?
Bisa dengan pemberian obat jangka panjang dan bersabar
8. Bagaimana cara mendiagnosis SLE?
Ruam malar, atrintis, ruam diskoid, fotosensitivitas, ulserasi dari mulut atau
nasofaring, sertositic, kelainan neurologik, kelainan hematologik, kelainan
imunologik, antibodiantinuklear
9. Apasaja gejala dan manifestasi dari lupus?
Gejala konstitusional: kelelahan, penurunan BB,demam
Manifestasi: muskuloskeletal (nyeti otot, nyeri sendi), kulit (ruam pada kulit), paru
(pneummoitis, emboli paru), kardiologis (perikardium, miokardium, endokardium),
renal (biopsi ginjal), gastrointestinal (penyakit pada esofagus, pankreatitis),
neuropsikiatrik
10. Apa saja obat obat untuk SLE?
Azatiopin (50-150 mg/hari) ,sikofosfomit (50-150 mg/hari) ,metotireksad (7,7-20
mg/minggu) ,siklosforin A (2,5-5 mg/kg BB), mufetil mikrofenolat (2000 mg/hari),
talidomid (tidak dianjurkan untuk ibu hamil)
11. Bagaimana hukum bersabar dalam islam?
Wajib
12. Bagaimana mekanisme terjadinya lupus?
Diawali dengan Th2 merangsang sel B plasma, jika berlebihan menghasilkan IgE

Hipotesa
Lupus merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh hiperaktivitas dari sel B,
perubahan bentuk dari Th1 ke Th2, pengurangan komplemen, dan berkurangnya T supresor
dan T regulator dengan manifestasi ruam malar, artritis, ruam diskoid, fotosensitivitas,
ulserasi dari mulut atau nasofaring, sertositic, kelainan neurologik, kelainan hematologik,
kelainan imunologik, antibodiantinuklear. Penyakit ini perlu dilakukan penanganan jangka
panjang dengan mengonsumsi obat Azatioprin (50-150 mg/hari), siklofosfamid (50-150
mg/hari), metotreksat (7,7-20 mg/minggu), siklosforin A (2,5-5 mg/kg BB), mufetil
mikofenolat (2000 mg/hari), talidomid. Maka penderita lupus harus bersabar dan tabah
dalam menghadapi penyakit ini.

Sasaran Belajar
LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Toleransi Imun
LO. 1. 1 Definisi Toleransi Imun
LO. 1. 2 Mekanisme Toleransi Imun
LI. 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Autoimun
LO. 2. 1 Definisi
LO. 2. 2 Etiologi
LO. 2. 3 Klasifikasi
LO. 2. 4 Diagnosis
LI. 3. Memahami dan Menjelaskan tentang LES
LO. 3. 1 Definisi
LO. 3.2 Epidemiologi
LO 3.3 Etiologi
LO 3.4 Mekanisme
LO 3.5 Manifestasi klinis
LO 3.6 Penegakan Diagnosis
LO 3.7 Penatalaksanaan
LO 3.8 Prognosis
LI. 4

Memahami dan Menjelaskan pandangan Islam tentang Sabar dalam menghadapi


cobaan

LO. 1 Memahami dan Menjelaskan Toleransi Imun


1.

1.

1 Definisi
imunosupresi yang hanya terhadap pada satu antigen dan tidak disertai oleh
adanya gangguan terhadap respons antigen yang lain.
Terbentuknya ketidakreaktifan spesifik jaringan limfoid terhadap antigen
tertentu yang pada kondisi lain dapat menginduksi kekebalan, terjadi akibat
kontak sebelumnya dan antigen tersebut dan tidak berpengaruh pada respons
terhadap antigen yang tidak bereaksi silang

2 Mekanisme
Toleransi Imun
- Toleransi merupakan keadaan tidak adanya respons sel limfoid yang aktif
terhadap antigen tertentu. Bahan antigenik yang diinokulasikan kepada janin
atau anak baru lahir akan ditolerir oleh resipien yang berarti akan mencegah
manifestasi imun.
- Toleransi merupakan keadaan tidak adanya respons sel limfoid yang aktif
terhadap antigen tertentu. Bahan antigenik yang diinokulasikan kepada janin
atau anak baru lahir akan ditolerir oleh resipien yang berarti akan mencegah
manifestasi imun.
Adanya toleransi ini untuk :
- Menunjukkan kurangnya responsivitas imun terhadap antigen jaringannya
sendiri
- Inaktivasi atau destruksi yang terjadi di :
1. Toleransi sentral
Toleransi sentral terjadi oleh eliminasi limfosit yang memiliki reseptor
terhadap antigen : terjadi dalam organ limfoid primer/ timus (sel T) dan
sumsum tulang (sel B)
Mekanisme toleransi sentral sel T :
Perkembangan Sel T
Terjadi gene arrangement
Menghasilkan TCR yang bervariasi yaitu antigen-independent TCR

Produksi limfosit yang memiliki afinitas tinggi untuk self antigen (self
reactive)

Self reactive limfosit berikatan dengan APC didalam timus


6

Self reactive limfosit mati oleh


apoptosis

ini yang dinamakan seleksi negatif

Bertanggung jawab untuk menghilangkan self reactive limfosit dari T-cell


pool

Kenapa self reactive limfosit T di apoptosis di timus?


Adanya protein AIRE (Autoimmune
Yang memicu munculnya self antigen dalam timus supaya
berikatan dengan self reactive limfosit T

Sehingga terjadi penghapusan terhadap


self reactive limfosit T

Mekanisme toleransi sel B :


Maturasi Sel B
di Bone Marrow
Terjadi gen arrangement

Ekspresikan reseptor untuk antigen


Produksi limfosit yang memiliki afinitas tinggi
untuk self antigen (self reactive)

Self reactive limfosit B berikatan dengan self


antigen di Bone Marrow
7

Terjadi reseptor editing

Jika reseptor editing berhasil

Berhasil membentuk no
self reactive limfosit B
Maturasi berlanjut

Jika reseptor editing gagal


Berarti masih memiliki self
reactive limfosit B

Self reactive limfosit B


akan di apoptosis

Untuk membersihkan
limfosit yang berbahaya
dari maturasi pool

2. Toleransi perifer
- Toleransi perifer terjadi karena eliminasi limfosit yang memiliki reseptor
terhadap antigen self : terjadi di dalam organ limfoid sekunder.
- Jika self reactive limfosit lolos dari seleksi negatif (sentral toleransi)
mereka akan dihapus di perifer, untuk mencegah kerusakan jaringan.
Mekanisme toleransi perifer :
1. Anergy
Inaktivasi fungsional dari limfosit disebabkan oleh pertemuan
dengan antigen di bawah kondisi tertentu, disebabkan tidak adanya
co.stimulator B7 untuk memberikan second signal ke sel T, akibatnya
sel T kehilangan fungsinya.

Pada Sel T :
Self antigen + APC
APC meningkatkan ekspresi
MHC dan co.stimulator B7
(second signal)

Penyebab co.stimulator
B7 sinyalnya tidak ada
Adanya CTLA 4

Menarik sel T untuk berikatan

Co.stimulator B7 (second signal)


mempengaruhi sel T untuk
mengekspresikan CD28 agar berikatan
dengan co.stimulator B7 pada APC

Mengikat B7
Menjadi inhibitor B7

Sehingga second signal


dari B7 tidak ada

Disini co.stimulator B7 sinyalnya


tidak ada atau co.stimulator B7
nya tidak ada

Akibatnya sinyal ke CD28 pada sel


tidak ada, tidak terjadi ikatan B7
dan CD28

Akibatnya sel kehilangan fungsi

Anergi
Pada Sel B :
-

Anergi juga terjadi pada sel B, ketika sel B mengenali self antigen di
perifer tetapi tidak ada co.stimulator B7 (disini sel B bertindak sebagai
APC)
Akibatnya sel T tidak dapat membantu atau kehilangan fungsi (anergi)
Akhirnya sel B tidak bisa menanggapi kedatangan self antigen
berikutnya
Akibatnya sel B dikeluarkan dari folikel limpoid dan mati
2. Activation induced cell death (apoptosis)
Sel T mengenali self antigen dan memperoleh sinyal untuk
kematian mereka dengan cara apoptosis.
Ada dua mekanisme :
a. Sel T berikatan dengan self antigen terjadi ekspresi pro-apoptosis

Sel T berikatan dengan


self antigen melalui APC

Terjadi ekspresi pro-apoptosis


Bcl famili yaitu Bim

Terjadi apoptosis di
jalur mitokondria

Sel T di apoptosis karena


self reactive

b. Adanya ekspresi Fas dan FasL


Sel T berikatan
dengan self antigen
dan APC
FasL keluar ketika
limfosit
diaktifkan
Terjadi interaksi
antara Fas dan FasL

Sel T di apoptosis
karena self reactive

3. Supresi
-

Adanya Sel T regulator berperan mencegah reaksi imun terhadap


self antigen
- Sel T regulator berkembang di timus, self reaktive sel T yang
berikatan dengan self antigen dalam timus bukannya mati, tapi
berkembang menjadi sel T regulator
- Sel T regulator yang terbaik adalah :
CD4 dan CD25 T-cell (chain dari IL-12 reseptor)
CD8 T-cell sebagai T supressor
Faktor transkripsi Foxp 3
Disini penghambatan atau supresi dimediasi oleh sitokin
imunosupresif yaitu IL-10 dan TGF-, yang menghambat aktivitas
limfosit dan fungsi efektor.
10

LO. 2 Memahami dan Menjelaskan Autoimun


2.

1 Definisi
Autoimun ialah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri.
Antigen tersebutdisebut autoantigen sedang antibodi yang dibentuk disebut
autoantibodi. Penyakit autoimunyaitu
ketidakmampuan mengenal
dan
memberikan respons terhadap antigen asing tetapitidak terhadap antigen sendiri
(self-nonself discrimination). Ketidakmampuan sistem imununtuk memberikan
respons terhadap antigen tubuh sendiri disebut toleransi diri (self-tolerance).

2.

2 Etiologi
o Faktor genetik
Dasar dari autoimunitas adalah predisposisi genetik. Hubungan genetik
dengan predisposisi penyakit autoimun yang paling jelas adalah hubungannya
dengan MHC.
Hubungan ini karena penyakit autoimun bergantung pada sel T sedangkan
seluruh respons imun diperantai sel T bergantung pada MHC.
o Ketidakseimbangan sitokin
Ketidakseimbangan sitokin yang diproduksi oleh sel Th1 dan Th2 yang
disebabkan defek dalam struktur, transkripsi dan fungsi gen sitokin atau gen
reseptor sitokin.
o Sequestered antigen
Antigen sendiri yang karena letak anatominya tidak terpajan dengan sel B
atau sel T dari sistem imun. Pada keadaan normal, antigen sekuester dilindungi
dan tidak ditemukan untuk dikenal sistem imun. Perubahan anatomik dalam
jaringan, seperti inflamasi atau infeksi dapat memajankan antigen sekuester
dengan antigen, yang mengakibatkan terbentuknya autoantibodi karena antigen
sekuester tersebut dianggap benda asing oleh sistem imun.
o Aktivasi dan kelainan pada sel-sel T autoreaktif
Yang mengakibatkan aktivasi sel T autoreaktif adalah respons sel Th1 dan
pembentukan berbagai jenis epitop atau peptida baru yang tidak pernah
diekspresikan sebelumnya oleh sel dendritik kelenjar thymus. Kelaianan pada
sel T autoreaktif yaitu tidak memiliki gen yang menyandi CTL-4 (Cytotoxic T
lymphocyte antigen-4).
o Rangsangan molekul poliklonal
Terjadi karena molekul poliklonal seperti virus Epstain-Bar dapat
merangsang sel B secara langsung dan menimbulkan autoimunitas
o Reaksi silang dengan antigen bakteri
Reaksi autoimun diduga terjadi akibat respons terhadap antigen yang
mempunyai reaksi silang dengan mikroorganisme yang masuk badan.
o Kadar sitokin menurun
o Gangguan MHC
11

o Gangguan terhadap respons IL-2

2. 3 Klasifikasi
Penyakit Autoimun Organ-Specific

Penyakit autoimun yang melibatkan kerusakan seluler terjadi ketia sel limfosit
atau antibodi berikatan dengan antigen membran sel, sehingga menyebabkan lisis
ataupun respon inflamasi pada organ terkait. Lama kelamaan, struktur sel yang
rusak itu diganti oleh jaringan penyambung (scar tissue), dan fungsi organ nya
menurun.
Penyakit Autoimun Sistemik (non organ-specific)
Pada penyakit autoimun sistemik, respon imunnya diarahkan kepada banyak
antigen target, sehingga melibatkan banyak jaringan dan organ. Penyakit ini
disebabkan oleh kerusakan pada regulasi imun, sehingga menyebabkan
munculnya sel T dan sel B yang hiperaktif. Kerusakan jaringan terjadi di banyak
bagian tubuh. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh cell-mediated immune
respone maupun direct cellular damage (seperti yang sudah disebutkan pada
penyakit autoimun organ-specific).

12

Penyakit autoimun sistemik termasuk SLE , sindrom Sjgren , skleroderma ,


rheumatoid arthritis , dan dermatomiositis . Kondisi ini cenderung berhubungan
dengan autoantibodi terhadap antigen yang tidak jaringan tertentu. Jadi meskipun
polymyositis kurang lebih jaringan tertentu dalam presentasi, mungkin termasuk
dalam kelompok ini karena autoantigens sering mana-mana t-RNA sintetase.
Sindrom Lokal yang mempengaruhi organ tertentu atau jaringan:
Endokrinologik : Diabetes mellitus tipe 1, tiroiditis Hashimoto, penyakit Addison
Gastrointestinal: penyakit seliaka, Penyakit Crohn, pernicious anemia
Dermatologi : Pemphigus vulgaris, Vitiligo
Hematologi : anemia hemolitik autoimun, idiopatik purpura thrombocytopenic
Neurologis : Miastenia gravis

13

2. 4 Diagnosis
Karena pasien dengan lupus eritematosus sistemik bisa memiliki gejala yang sangat
bervariasi dan kombinasi keterlibatan organ yang berbeda, tidak ada
pengujian tunggal yang dapat mendiagnosa lupus sistemik. Untuk membantu
keakuratan diagnosis lupus eritematosus sistemik, sebelas kriteria diterbitkan
olehasosiasi reumatik Amerika. Kesebelas kriteria tersebut berkaitan dengan gejalagejala yang di diskusikan diatas.
Beberapa pasien yang dicurigai menderita lupus eritematosus sistemik mungkin tidak
pernah memenuhi kriteria yang cukup untuk diagnosis defenitif. Pasien yang lain
mungkin mengumpulkan kriteria yang cukuphanya dalam beberapa bulan atau tahun
setelah observasi. Jika seseorang memenuhi empat atau lebih kriteria berikut,
diagnosis lupus eritematosus sistemik sangat mungkin.
Namun demikian, diagnosis lupus eritematosus sistemik dapatditegakkan pada pasien
dengan kondisi tertentu dimana hanya sedikit kriteriayang dapat dipenuhi. Pada
pasien-pasien tersebut, kriteria yang lain dapat berkembang kemudian, tapi pada
kebanyakan kasus tidak demikian
No

Kriteria

Definisi

Butterfly rash/bercak
malar

Eritema datar atau menimbul yang menetap didaerah pipi dan


cenderung menyebar ke lipatan nasolabial

Bercak diskoid

Bercak eritema yang menimbul dengan adherent keratotic scaling


dan follicular plugging,pada lesi lama dapat terjadi parut atrofi

Fotosensitif

Brcak dikulit yang timbul akibat paparan sinar matahari

Ulkus mulut

Biasanya tidak nyeri

artritis

Ditandai dengan nyeri tekan,bengkak atau efusi

serositif

a)
Pleuritis
Riwayat pleuritic pain atau terengar pleural friction rub atau terdapat
efusi pleura pada pemeriksaan fisik
b)
Perikarditis
Dibuktikan dengan EKG atau terdengar pericardical friction rub atau
terdapat efusi perikardial pada pemeriksaan fisik

Gangguan ginjal

a)
Proteinuria persisten > 0,5g/hari atau pada pemeriksaan +3 jika
pemeriksaan kuantitatif tidak dapat dilakukan
b)
Cellular cast : eritrosit,Hb,granular,tubular atau campuran

Gangguan saraf

Kejang atau psikosis

Gangguan darah

Leukopenia <4000/mm
Limfopenia <1500
Trombositopenia <100.000

10

Gangguan imunologi

Anti dsDNA diatas titer normal


Anti smith +
Antibodi fosfolipid +
14

Kadar serum igG/igM abnormal


Antikoagulan lupus +
11
Antibodi antinuklear
Tes ANA +
*Empat dari 11 kriteria positif menunjukkan 96% sensitivitas dan 96% spesifisitas.

LO. 3 Memahami dan Menjelaskan Sistemic Lupus Eritematosus


3. 1 Definisi
SLE adalah penyakit inflamasi yang menyerang jaringan pengikat kolagen pada
berbagai system organ tubuh, disertai adanya autoantibodi pathogen dan kompleks
imun, dengan penyabab yang belum diketahui dan gejala klinis yang bervariasi.

3. 2 Epidemiologi
Insidens LES pada anak secara keseluruhan mengalami peningkatan, sekitar
15-17%. Penyakit LES jarang terjadi pada usia di bawah 5 tahun dan menjelang
remaja. Perempuan lebih sering terkena dibanding laki-laki, dan rasio tersebut juga
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Prevalensi penyakit LES di kalangan
penduduk berkulit hitam ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk
berkulit putih.
3. 3 Etiologi
Sistemik lupus erythematosus adalah gangguan autoimun. Dalam sistem
kekebalan tubuh normal, tubuh melepaskan protein (antibodi) untuk melawan virus,
racun danzat-zat asing berbahaya lainnya (antigen). Lupus dan penyakit autoimun
lainnya,sistem kekebalan tubuh tidak bekerja dengan benar. Keadaan ini
menghasilkan autoantibodi yang keliru menyerang dan menghancurkan sel-sel sehat
tubuh sendiridan jaringan. Autoantibodi ini juga memicu peradangan, yang dapat
menyebabkankerusakan organ.Autoantibodi disebut antibodi antinuclear (ANA)
yang sebagian besar terdeteksi, meskipun tidak semua, pasien dengan SLE. Tes
untuk kehadiran ANA digunakansebagai bagian dari diagnosa ytama untuk kondisi
tersebut. Para ilmuwan tidak tahu persis apa yang menyebabkan respon imun yang
abnormalyang berhubungan dengan gangguan autoimun. Hal ini kemungkinan besar
15

kombinasifaktor genetik dan lingkungan. Orang-orang yang mengembangkan


penyakitautoimun mungkin memiliki kecenderungan genetik yang dipicu oleh
beberapa faktorlingkungan seperti sinar matahari, hormon stres, atau virus. Tidak
muncul bahwasalah satu gen saja bertanggung jawab untuk lupus. Para peneliti
memperkirakanbahwa 20-100 faktor genetik yang berbeda membuat seseorang rentan
terhadap SLE.
3. 4 Mekanisme
1. Genetik:
a. Sering pada anggota keluarga dan saudara kembar monozigot (25%) dibanding
kembar dizigotik (3%), berkaitan dengan HLA seperti DR2, DR3 dari MHC
kelas II.
b. Individu dengan HLA DR2 dan DR3 risiko 2-3 kali dibanding dengan HLA DR4
dan HLA DR5.
c. Gen HLA diperlukan untuk proses pengikatan dan presentasi antigen, serta
aktivasi sel T.
d. Haploptip (pasangan gen yang terletak dalam sepasang kromosom yang
menetukan ciri seseorang), HLA menggangu fungsi sistem imun yang
menyebabkan peningkatan autoimunitas.
Penemuan terakhir menyebutkan tentang gen dari kromosom 1. Hanya 10% dari
penderita yang memiliki kerabat (orang tua maupun saudara kandung) yang
telah maupun akan menderita lupus. Statistik menunjukkan bahwa hanya sekitar
5% anak dari penderita lupus yang akan menderita penyakit ini.
2. Defisiensi komplemen
a. Defisiensi C3 / C4 jarang pada yang manifestasi kulit dan SSP.
b. Defisiensi C2 pada LES dengan predisposisi genetik.
c. 80% penderita defisiensi komplemen herediter cenderung LES.
d. Defisiensi C3 menyebabkan kepekaan tehadap infeksi meningkat, yang akan
menyebabkan predisposisi penyakit kompleks imun.
e. Defisiensi komplemen menyebabkan eliminasi kompleks imun terhambat,
menaikkan jumlah kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi lebih lama,
lalu mengendap di jaringan yang menyebabkan berbagai macam manifestasi
f. LES.

3. Hormon

16

a. Estrogen : imunomodulator terhadap fungsi sistem imun humoral yang akan


menekan fungsi sel Ts dengan mengikat reseptor menyebabkan peningkatan
produksi antibodi.
b. Androgen akan induksi sel Ts dan menekan diferensiasi sel B
(imunosupresor).
c. Imunomodulator adalah zat yang berpengaruh terhadap keseimbangan sistem
imun.
d. 3 jenis imunomodulator :
Imunorestorasi
Imunostimulasi
Imunosupresi

4. Autoantibodi
Antigen Spesifik
Prevalensi
Efek klinik utama
Anti-dsDNA
70 80 %
Gangguan ginjal,kulit
Nukleosom
60 90 %
Gangguan ginjal,kulit
Ro
30 40 %
Gangguan ginjal,kulit,jantung fetus
La
15 20 %
Gangguan jantung fetus
Sm
10 30 %
Gangguan ginjal
Reseptor NMDA
33 50 %
Gangguan otak
Fosfolipid
20 30 %
Trombosis,abortus
-Actinin
20 %
Gangguan ginjal
C1q
40 50 %
Gangguan ginjal
5. Lingkungan
a. Bakteri atau virus yang mirip antigen atau berubah menjadi neoantigen.
b. Sinar UV akan meningkatkan apoptosis, pembentukan anti DNA kemudian
terjadi reaksi epidermal lalu terjadi kompleks imun yang akan berdifusi
keluar endotel setelah itu terjadi inflamasi.
Adapun factor lainnya yakni :
Faktor fisik / kimia
Obat-obatan
(prokainamid,hidralazin,klorpromazin,isoniazid,fenitoin,penisilamin)
Merokok
Pewarna rambut
Sinar ultraviolet (UV)
Faktor makanan
Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
L-canavanine (kuncup dari alfalfa)
Agen infeksi
Retrovirus
Dna bakteri / endotoksin
17

Hormon dan estrogen lingkungan (environmental estrogen)


Terapi sulih hormone (HRT),pil kontrasepsi oral
Paparan estrogen prenatal
Faktor pemicu akan memicu sel T autoreaktif yang akan menyebabkan induksi dan
ekspansi sel B. Lalu, akan muncul antibodi terhadap antigen nukleoplasma, meliputi
DNA, nukleoprotein, dan lain- lain yang akan membentuk kompleks
imun.Kompleks imun dalam keadaan normal, dalam sirkulasi diangkut oleh eritrosit
ke hati dan limpa lalu dimusnahkan oleh fagosit. Tetapi dalam LES, akan terdapat
gangguan fungsi fagosit, yang akan menyebabkan kompleks imun sulit dimusnahkan
dan mengendap di jaringan. Lalu, kompleks imun tersebut akan mengalami reaksi
hipersensitivita tipe IV.
3. 5 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam tergantung organ yang terlibat
dimana dapat melibatkan banyak organ dalam tubuh manusia dengan perjalanan
klinis yang kompleks, sangat bervariasi, dapat ditandai oleh serangan akut, periode
aktif, kompleks, atau remisi dan seringkali pada keadaan awal tidak dikenali
sebagai LES. Hal ini dapat terjadi karena manifestasi klinis penyakit LES ini
seringkali tidak terjadi secara bersamaan. Seseorang dapat saja selama beberapa
tahun mengeluhkan nyeri sendi yang berpindah-pindah tanpa adanya keluhan lain.
Kemudian diikuti oleh manifestasi klinis lainnya seperti fotosensitivitas dan
sebagainya yang pada akhirnya akan memenuhi kriteria LES.
Manifestasi Konstitusional
Kelelahan merupakan keluhan yang umum dijumpai pada penderita LES dan
biasanya mendahului berbagai manifestasi klinis lainnya.. Kelelahan ini agak
sulit dinilai karena banyak kondisi lain yang dapat menyebabkan kelelahan
seperti anemia, meningkatnya beban kerja, konflik kejiwaan, serta pemakaian
obat seperti prednison. Apabila kelelahan disebabkan oleh aktivitas penyakit
LES, diperlukan pemeriksaan penunjang lain yaitu kadar C3 serum yang rendah.
Kelelahan akibat penyakit ini memberikan respons terhadap pemberian steroid
atau latihan. Penurunan berat badan dijumpai pada sebagian penderita LES dan
terjadi dalam beberapa bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Penurunan berat
badan ini dapat disebabkan oleh menurunnya nafsu makan atau diakibatkan
gejala gastrointestinal. Demam sebagai salah satu gejala konstitusional LES sulit
dibedakan dari sebab lain seperti infeksi karena suhu tubuh lebih dari 40oC tanpa
adanya bukti infeksi lain seperti leukositosis. Demam akibat LES biasanya tidak
disertai menggigil.
Manifestasi Muskuloskeletal
Pada penderita LES, manifestasi pada muskuloskeletal ditemukan poliartritis,
biasanya simetris dengan episode artralgia pada 90% kasus. Pada 50% kasus
dapat ditemukan kaku pagi, tendonitis juga sering terjadi dengan akibat
subluksasi sendi tanpa erosi sendi. Gejala lain yang dapat ditemukan berupa
osteonekrosis yang didapatkan pada 5-10% kasus dan biasanya berhubungan
dengan terapi steroid. Selain itu, ditemukan juga mialgia yang terjadi pada 60%
kasus, tetapi miositis timbul pada penderita LES< 5% kasus. Miopati juga dapat
18

ditemukan, biasanya berhubungan dengan terapi steroid dan kloroquin.


Osteoporosis sering didapatkan dan berhubungan dengan aktifitas penyakit dan
penggunaan steroid.
Manifestasi kulit
Kelainan kulit yang sering didapatkan pada LES adalah fotosensitivitas,
butterfly rash, ruam malar, lesi diskoid kronik, alopesia, panikulitis, lesi
psoriaform dan lain sebagainya. Selain itu, pada kulit juga dapat ditemukan
tandatanda vaskulitis kulit, misalnya fenomena Raynaud, livedo retikularis, ulkus
jari, gangren.
Manifestasi Kardiovaskular
Kelainan kardiovaskular pada LES antara lain penyakit perikardial, dapat
berupa perikarditis ringan, efusi perikardial sampai penebalan perikardial.
Miokarditis dapat ditemukan pada 15% kasus, ditandai oleh takikardia, aritmia,
interval PR yang memanjang, kardiomegali sampai gagal jantung. Endokarditis
Libman-Sachs, seringkali tidak terdiagnosis dalam klinik, tapi data autopsi
mendapatkan 50% LES disertai endokarditis Libman-Sachs. Adanya vegetasi
katup yang disertai demam harus dicurigai kemungkinan endokarditis bakterialis.
Wanita dengan LES memiliki risiko penyakit jantung koroner 5-6% lebih tinggi
dibandingkan wanita normal. Pada wanita yang berumur 35-44 tahun, risiko ini
meningkat sampai 50%.
Manifestasi Paru-paru
Kelainan paru-paru pada LES seringkali bersifat subklinik sehingga foto
toraks dan spirometri harus dilakukan pada pasien LES dengan batuk, sesak
nafas atau kelainan respirasi lainnya. Pleuritis dan nyeri pleuritik dapat
ditemukan pada 60% kasus. Efusi pleura dapat ditemukan pada 30% kasus, tetapi
biasanya ringan dan secara klinik tidak bermakna. Fibrosis interstitial, vaskulitis
paru dan pneumonitis dapat ditemukan pada 20% kasus, tetapi secara klinis
seringkali sulit dibedakan dengan pneumonia dan gagal jantung kongestif.
Hipertensi pulmonal sering didapatkan pada pasien dengan sindrom
antifosfolipid. Pasien dengan nyeri pleuritik dan hipertensi pulmonal harus
dievaluasi terhadap kemungkinan sindrom antifosfolipid dan emboli paru.
Manifestasi Ginjal
Penilainan keterlibatan ginjal pada pasien LES harus dilakukan dengan
menilai ada/tidaknya hipertensi, urinalisis untuk melihat proteinuria dan
silinderuria, ureum dan kreatinin, proteinuria kuantitatif, dan klirens kreatinin.
Secara histologik, WHO membagi nefritis lupus atas 5 kelas. Pasien SLE dengan
hematuria mikroskopik dan/atau proteinuria dengan penurunan GFR harus
dipertimbangkan untuk biopsi ginjal.

Manifestasi Hematopoetik
19

Pada LES, terjadi peningkatan Laju Endap Darah (LED) yang disertai
dengan anemia normositik normokrom yang terjadi akibat anemia akibat
penyakit kronik, penyakit ginjal kronik, gastritis erosif dengan perdarahan dan
anemia hemolitik autoimun. Selain itu, ditemukan juga lekopenia dan limfopenia
pada 50-80% kasus. Adanya leukositosis harus dicurigai kemungkinan infeksi.
Trombositopenia pada LES ditemukan pada 20% kasus. Pasien yang mula-mula
menunjukkan gambaran trombositopenia idiopatik (ITP), seringkali kemudian
berkembang menjadi LES setelah ditemukan gambaran LES yang lain.
Manifestasi Susunan Saraf
Keterlibatan Neuropsikiatri LES sangat bervariasi, dapat berupa migrain,
neuropati perifer, sampai kejang dan psikosis. Kelainan tromboembolik dengan
antibodi anti-fosfolipid dapat merupakan penyebab terbanyak kelainan
serebrovaskular pada LES. Neuropati perifer, terutama tipe sensorik ditemukan
pada 10% kasus. Ketelibatan saraf otak, jarang ditemukan.Kelainan psikiatrik
sering ditemukan, mulai dari anxietas, depresi sampai psikosis. Kelainan
psikiatrik juga dapat dipicu oleh terapi steroid. Analisis cairan serebrospinal
seringkali tidak memberikan gambaran yang spesifik, kecuali untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi. Elektroensefalografi (EEG) juga tidak
memberikan gambaran yang spesifik. CT scan otak kadang-kadang diperlukan
untuk membedakan adanya infark atau perdarahan.
Manifestasi Gastrointestinal
Dapat berupa hepatomegali, nyeri perut yang tidak spesifik, splenomegali,
peritonitis aseptik, vaskulitis mesenterial, pankreatitis. Selain itu, ditemukan juga
peningkatan SGOT dan SGPT harus dievaluasi terhadap kemungkinan hepatitis
autoimun.
3. 6 Penegakan Diagnosis
Diagnosis penyakit SLE sangat sulit untuk ditegakkan. Selain dapat
menimbulkan kerusakan beberapa organ dalam, gejala dari penyakit ini juga
terlihat sangat bervariasi dan tidak sama pada setiap penderita. Gejala yang dapat
timbul berupa demam berkepanjangan, foto sensitifitas, perubahan berat
badan, kelenjar limfe yang membengkak, dan terjadi perubahan terhadap
beberapa organ vital lainnya. SLE pada tahap awal, seringkali memberikan
gambaran seperti penyakit lain misalnya artritis reumatoid, glomerulonefritis,
anemia, dermatitis, dan sebagainya.

Kriteria Lupus Eritromatosus Sistemik

20

Kriteria
1. Butterfly Rash

Definisi
Terdapat eritema, datar, atau meninggi yang
cenderung tidak mengenai lipatan nasolabial.

2. Discoid Rash

Bercak eritema menonjol dengan skuama keratosis dan


sumbatan folikel, parut atrofi dapat muncul pada lesi
yang sudah lama timbul.

3. Fotosensitivitas

Ruam yang timbul setelah terpapar sinar ultraviolet A dan


B

21

4. Ulser Mulut

Ulserasi rekuren yang terjadi pada orofaring, biasanya


tidak
nyeri jika sudah kronis.

5. Arthtritis

Radang di persendian yang mengenai dua atau lebih


persendian

6. Serositis

perifer

dengan

rasa

sakit

disertai

Radang
pada garis paru-paru, disebut juga pleura atau
pembengkakan
pada
jantung disebut juga pericardium

7. Kelainan Ginjal

Proteinuria persisten >0,5 g/dL atau 3+ atau endapan


tidak
normal dalam urin terlihat dengan bantuan mikroskop

8. Kelainan Saraf

9. Kelainan Darah

Kejang-tanpa adanya gangguan akibat obat atau


gangguan
metabolik yang diketahui.
Anemia hemolitik disertai retikulosis; leukopenia - <4,0
x
10 pangkat 9/L (4000/mm pangkat 3) total pada dua
atau lebih pemeriksaan.

10. Kelainan Imunitas

Antibodi anti-DNA terhadap DNA asal dalam titer


abnormal ; atau antibody antifosfolipid positif
berdasarkan pada kadar antibodi antikardiolipin IgG
atau IgM serum yang abnormal dan uji positif

11. Tes ANA

antikoagulan lupus menggunakan uji standar.


Pemeriksaan sebanding pada setiap waktu dan tidak
adanya obat yang diketahui berkaitan dengan SLE
yang diinduksi obat.

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu dokter untuk


membuat diagnosa SLE, antara lain :
1. Pemeriksaan anti-nuclear antibodi (ANA) yaitu : pemeriksaan untuk
menentukan apakah auto-antibodi terhadap inti sel sering muncul di dalam
darah.
2. Pemeriksaan anti ds DNA ( Anti double stranded DNA ).
yaitu : untuk menentukan apakah pasien memiliki antibodi terhadap materi
genetik di dalam sel.
3. Pemeriksaan anti-Sm antibodi
yaitu : untuk menentukan apakah ada antibodi terhadap Sm (protein yang
ditemukan dalam sel protein inti).
4. Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan immune complexes (kekebalan) di
dalam darah

5. Pemeriksaan untuk menguji tingkat total dari serum complement (kelompok


protein yang dapat terjadi pada reaksi kekebalan) dan pemeriksaan untuk
menilai tingkat spesifik dari C3 dan C4 dua jenis protein dari kelompok
pemeriksaan ini.
6. Pemeriksaan sel LE (LE cell prep) yaitu : pemeriksaan darah untuk mencari
keberadaan jenis sel tertentu yang dipengaruhi membesarnya antibodi terhadap
lapisan inti sel lain pemeriksaan ini jarang digunakan jika dibandingkan
dengan pemeriksaan ANA, karena pemeriksaan ANA lebih peka untuk
mendeteksi penyakit Lupus dibandingkan dengan LE cell prep.
7. Pemeriksaan darah lengkap, leukosit, thrombosit
8. Urine Rutin
9. Antibodi Antiphospholipid
10. Biopsi Kulit
11. Biopsi Ginjal
3. 7 Penatalaksanaan
Pada pemeriksaan fisik antara lain yang ditemukan:
Sakit pada sendi (arthralgia) 95 %
Demam di atas 38oC 90 %
Bengkak pada sendi (arthriis) 90 %
Penderita sering merasa lemah, kelelahan (fatigue) berkepanjangan 81 %
Ruam pada kulit 74 %
Anemia 71 %
Gangguan ginjal 50 %
Sakit di dada jika menghirup nafas dalam 45 %
Ruam bebentuk kupu-kupu melintang pada pipi dan hidung 42 %
Sensitif terhadap cahaya sinar matahari 30 %
Rambut rontok 27 %
Gangguan abnormal pembekuan darah 20 %
Jari menjadi putih/biru saat dingin (Fenomena Raynauds) 17 %
Stroke 15 %
Sariawan pada rongga mulut dan tenggorokan 12 %
Selera makan hilang > 60 %
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu dokter untuk
membuat diagnosa LES, antara lain :
1. Pemeriksaan anti-nuclear antibodi (ANA)
yaitu : pemeriksaan untuk menentukan apakah auto-antibodi terhadap inti
sel sering muncul di dalam darah.
2. Pemeriksaan anti ds DNA ( Anti double stranded DNA ).
yaitu : untuk menentukan apakah pasien memiliki antibodi terhadap
materi genetik di dalam sel.
3. Pemeriksaan anti-Sm antibodi
yaitu : untuk menentukan apakah ada antibodi terhadap Sm (protein yang
ditemukan dalam sel protein inti).
4. Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan immune complexes
(kekebalan) di dalam darah

5.

Pemeriksaan untuk menguji tingkat total dari serum complement


(kelompok protein yang dapat terjadi pada reaksi kekebalan) dan
pemeriksaan untuk menilai tingkat spesifik dari C3 dan C4 dua jenis
protein dari kelompok pemeriksaan ini.
6. Pemeriksaan sel LE (LE cell prep)
yaitu : pemeriksaan darah untuk mencari keberadaan jenis sel tertentu
yang dipengaruhi membesarnya antibodi terhadap lapisan inti sel lain
pemeriksaan ini jarang digunakan jika dibandingkan dengan pemeriksaan
ANA, karena pemeriksaan ANA lebih peka untuk mendeteksi penyakit
Lupus dibandingkan dengan LE cell prep.
7. Pemeriksaan darah lengkap, leukosit, thrombosit
8. Urine Rutin
9. Antibodi Antiphospholipid
10. Biopsy Kulit
11. Biopsy Ginjal
3. 8 Prognosis
SLE adalah penyakit peradangan kronis dan kekambuhan. Hal ini ditandai oleh
periode remisi (gejala) yang bergantian dengan flare penyakit aktif bila gejala tibatiba memburuk. Flare cenderung berkurang setelah menopause. Periode bebas
gejala kadang-kadang bisa bertahan selama bertahun-tahun,tetapi tentu saja SLE
dapat diprediksi dan bervariasi dari orang ke orang. Beberapa pasien memiliki
bentuk ringan dari lupus dengan ruam kulit sesekali, demam, kelelahan, atau nyeri
sendi dan otot. Kadang-kadang lupus masih dalam bentuk ringan, lain kali mungkin
meningkat ke bentuk yang lebih parah. Lupusyang parah melibatkan komplikasi
kesehatan yang serius dan kerusakan organinternal yang luas (seperti pada jantung,
paru-paru, ginjal, dan otak).Karena pengobatan yang lebih efektif dan agresif,
prognosis untuk SLE telahmembaik selama dua dekade terakhir. Pengobatan dini
dalam perjalanan penyakit yang mengontrol inflamasi awal dapat membantu untuk
meningkatkan prospek jangka panjang. Lebih dari 95% dari orang dengan lupus
bertahan hidup setidaknya 10 tahun, dan banyak pasien memiliki umur yang normal.

LO. 4 Memahami dan Menjelaskan Sabar dalam menghadapi cobaan


Makna Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah
menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang
membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar
berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman
Allah dalam Al-Quran:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang

hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Quran
Dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai
kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam
al-Quran, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim
maupun fiilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian
Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat
yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Quran menjadi
beberapa macam;
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat
dalam QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orangorang yang sabar."
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar
sangat banyak terdapat dalam Al-Quran. Diantaranya adalah dalam QS.3:
200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.
2. Larangan istija l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah
firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orangorang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu
meminta disegerakan (azab) bagi mereka"
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam
QS. 2: 177: "dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan
mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran
(3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang
sabar."
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT
senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman
(QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu
beserta orang-orang yang sabar."
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Quran
(13: 23 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya
bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteriisterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempattempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun
`alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang
kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."

Inilah diantara gambaran Al-Quran mengenai kesabaran. Gembarangambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat
kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai
kesabaran.
Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana dalam al-Quran, dalam hadits juga banyak sekali sabdasabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam
kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang
bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan
kesabaran sebagai berikut;
1. Kesabaran merupakan "dhiya " (cahaya yang amat terang). Karena dengan
kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan.
Rasulullah SAW mengungkapkan, "dan kesabaran merupakan cahaya
yang terang" (HR. Muslim)
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara
optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "barang siapa yang
mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan
menjadikannya seorang yang sabar" (HR. Bukhari)
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW
mengatakan, "dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik
dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mumin,
sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh
menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah
baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui)
bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa
musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal
tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku
menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka
aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Masud dalam sebuah riwayat pernah
mengatakan: Dari Abdullan bin Masud berkata"Seakan-akan aku
memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang
dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari
wajahnya seraya berkata, Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah
menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa

Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai


bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya
ketika marah." (HR. Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan
dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW
bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit,
kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang
menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan
hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus
asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat
terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal
yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW
mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya
kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang
harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, Ya Allah, teruskanlah
hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku,
sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan
kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi
ujian dari Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah,
membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan
untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat
tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas,
seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti
menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir),
seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan
kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu
kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah
di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam
merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak
membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau
dipuji orang lain.

2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga


membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang
sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta,
memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan,
suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat
identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan
musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan
harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara
spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang
diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan
pembatasan pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh
dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam
menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang
ditekankan agar kita bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling
sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini
merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati
seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian
Rasulullah SAW bersabda, Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.
Wanita tersebut menjawab, Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya
engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang
menimpaku. Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa
orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi
pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia
berkata kepada Rasulullah SAW, (maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau
wahai Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya sabar itu
terdapat pada hentakan pertama. (HR. Bukhari Muslim.
2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad). Dalam sebuah riwayat,
Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi
musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk
menghadapinya). HR. Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai. Dalam sebuah riwayat
digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda, Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya)
sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa
yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia
mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)

4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan. Dalam sebuah riwayat digambarkan :


Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada
Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi
kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan
kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat
setelahku atsaratan (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang
lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku
(kelak). (HR. Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, Seorang
muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap
dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang
tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan
mereka. (HR. Turmudzi)
6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonom. Dalam sebuah
riwayat digambarkan; Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda, Barang siapa yang bersabar atas
kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau
pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; istijal) merupakan salah satu penyakit hati,
yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki
dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang
tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan
ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna
meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat
hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang
munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Quran, baik pada pagi, siang,
sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut
disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya.
Karena al-Quran merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori
ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat
mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan
jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat
melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha
secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa
yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.

5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan


memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran
(istijal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan
seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya
Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan
melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika
sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari
pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk
menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabiin maupun tokohtokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan
yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.

Daftar Pustaka
Kamus Dorland edisi 31
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2014. Imunologi Dasar. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, et al. Lupus Eritematosus Sistemik. Dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi kelima.
Jakarta: Interna Publishing, 2009 ; 2565-2579
Goronzy JJ, Weyand CM. The innate and adaptive immune systems. In: Goldman L,
Ausiello D, eds.Cecil Medicine. 23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;2007:
chap 42.

Siegel RM, Lipsky PE. Autoimmunity. In: Firestein GS, Budd RC, Harris Ed, et al,
eds. Kelley's Textbook of Rheumatology. 8th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;
2009:chap 15.
http://www.eramuslim.com/peradaban/tafsir-hadits/maknasabar.htm#.VWANDJPfO2g

Anda mungkin juga menyukai