Anda di halaman 1dari 4

Madeleine 1

Josephine Madeleine
Ibu Yuda Putri
Bahasa Indonesia 8
18 September 2015
Karakter Masyarakat Papua
Perkembangan karakter seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya oleh lingkungan disekitarnya. Lingkungan fisik dan sosial dapat
mempengaruhi karakter seorang dengan mudah. Faktor lingkungan fisik berupa mata
pencaharian, iklim, dan topografi di suatu tempat. Sedangkan lingkungan sosial terdiri
atas unsur kebudayaan, pengalaman, dan sejarah. Faktor-faktor lingkungan inilah
yang mempengaruhi karakter masyarakat Papua yang keras dalam mempertahankan
identitas, terbuka, dan pekerja keras.
Karakter orang papua adalah watak keras karena mereka mempertahankan
identitas diri sebagai orang papua. (Waliter, Canisia). Watak mereka yang keras dapat
dilihat dari bagaimana mereka menerapkan adat istiadat mereka dalam kehidupan
sehari-hari. Suku Asmat dan Suku Dani adalah sedikit dari banyak suku yang
berpegangan sangat erat dengan budayanya. Suku Asmat masih menerapkan
kepercayaan dinamisme. Mereka terkenal dengan ukiran dan patungnya yang
melambangkan kepercayaan mereka dan persembahan bagi nenek moyang yang
mereka sembah. Begitu pun dengan Suku Dani. Mereka hidup secara primitif. Pakaian
yang mereka pakai sehari-hari adalah koteka bagi pria dan rok dari jerami bagi
wanita. Hiasan aksesoris yang dipakai pun terbuat dari tulang dan taring babi, atau
bulu burung Cendrawasih. Suku Dani selalu membawa senjata yang terbuat dari
tulang binatang, bambu, dan kayu galian. Didukung dengan pernyataan-pernyataan
diatas, dapat disimpulkan bahwa orang Papua memiliki karakter yang keras dalam

Madeleine 2
mempertahankan identitas mereka terlihat dari bagaimana mereka berbusana dalam
kehidupan sehari-hari.
Meskipun masyarakat Papua berwatak keras, mereka juga memiliki watak
yang terbuka, yang mana watak tersebut dipengaruhi oleh aspek agama dan
pendidikan. Karakter ini ditunjukkan dari bagaimana cara mereka menyambut para
misionaris dengan ramah dan menerima bantuan serta ajaran mereka dengan terbuka.
Misionaris memasuki banyak daerah pedalaman di Papua yang sebagian besar
penduduknya masih menganut kepercayaan anamisme. Tujuan mereka ingin
membawa agama Kristen dan memberi pertolongan kesehatan dan pendidikan
masyarakat yang memang sangat terbelakang. Selain misionaris banyak juga yang
ingin mengembangkan pendidikan anak-anak Papua, seperti Bpk. Yohanes Surya,
pendiri Surya Institute. Beliau berinisiatif untuk membawa anak-anak dari Papua dan
mendidik mereka di ibukota, DKI Jakarta. Penduduk Papua pun menerima bantuan
pendidikan dari masyarakat luar dan membuktikan bahwa mereka sangat berprestasi.
Dua dari sembilan murid sekolah para genius adalah orang dari Papua (Surya,
Yohanes). Ayu Prima Milenia Rogi dan Alfionita Kogoya adalah dua anak Papua yang
juga dikenal sebagai para juara Olimpiade matematika. Surya Institute juga
mengambil orang dari Papua khususnya yang di pendalaman untuk diajarkan dan
kemudian dikirim kembali untuk menjadi guru bagi anak-anak disana. Dari kedua
faktor agama dan pendidikan ini, terlihat bahwa orang Papua memiliki karakter yang
terbuka dan ramah.
Terakhir, orang Papua juga memiliki watak pekerja keras. Mata pencaharian
moyaritas masyarakat Papua adalah bertani di ladang. Menurut buku Profil Provinsi
Republik Indonesia, Pada tahun 1985 di Papua ada 916,488 penduduk yang berusia
pekerja. Hal ini sama dengan 66.8 persen dari total seluruh penduduk Papua. 65.6

Madeleine 3
persen dari penduduk berusia pekerja, kerja di lahan pertanian, sedangkan 1.6 persen
bekerja di lahan industry, 3.8 persen di bagian perdagangan, hotel dan restoran, dan
29 persen yang lain bekerja di lahan lainnya (Bhakti Wawasan Nusantara, 1992).
Masyarakat yang hidup di pedalaman, masih melakukan kegiatan berkebun atau
meramu dan berburu hewan liar. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa hampir
seluruh pekerja penduduk Papua adalah pekerja keras fisik. Mereka kuat dan gagah
menjalankan pekerjaan mereka sehari-hari agar memenuhi keperluan keluarganya.
Kesimpulannya, karakter masyarakat Papua yang keras dalam
mempertahankan identitasnya, terbuka, dan pekerja keras dipengaruhi oleh aspekaspek kehidupan masyarakat Papua. Karakter yang keras terlihat dari cara mereka
hidup dan berpakaian. Sedangkan karakter terbuka terbentuk dari sambutan ramah
mereka terhadap bantuan dari luar. Dan yang terakhir, karakter pekerja keras
diakibatkan mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani.
Karakter penduduk Papua dipengaruhi oleh dua faktor lingkungan yakni fisik dan
sosial.

Referensi:
Anindiati Nursastri, Sri. Suku Dani & Kehidupan yang Masih Asli di Papua.
detiktravel. Detikcom, 23 Mar. 2015. Web. 8 Sept. 2015.
Anjungan Papua. Taman Mini Indonesia Indah. N.p, N.d. Web. 29 Aug. 2015.
Faktor-faktor Pembentukan Kepribadian. Pustaka Sekolah. N.p., 21 Jan.
2015. Web. 8 Sept. 2015.
Keadaan Sosial Budaya Provinsi Papua Barat. Kementerian Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 2010. Web. 29 Aug. 2015.
Melihat ke Timur. Mata Najwa. Metro TV. Jakarta, 17 Jun. 2015. Television.
Papua Barat. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, 2013. Web. 24 Aug.
2015.
Profil Propinsi Republik Indonesia: Irian Jaya. Jakarta: Bhakti Wawasan Nusantara,
1992. Print.
Sosial Budaya Provinsi Indonesia. Kementerian Sekretariat Negara Republik
Indonesia. 2010. Web. 24 Aug. 2015.
Waliter, Canisia. Personal interview. 31 Aug. 2015.

Anda mungkin juga menyukai