Oleh :
Nama
: Eva Ramadhani Fajrin
NRP
: 123020420
Kelompok
:N
No. Meja
: 04 (Empat)
Asisten
: Siti Cahyanti
Tanggal Percobaan : 2 Maret 2015
I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1 Latar Belakang
Umbi umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah, misalnya
ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut kunyit, bawang, jahe, kencur, kimpul, talas,
gembili, ganyong, bengkuang, dan lain sebagainya. Umbi umbian merupakan
hasil tanaman karbohidrat yang cukup penting di samping serealia. Jenis umbi
umbian yang mengandug peranan penting di Indonesia terutama ubi kayu dan ubi
jalar (Muchtadi, 2010).
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) menghasilkann umbi setelah tanaman
berumur 6 bulan. Setelah tanaman berumur 12 bulan dapat menghasilkan umbi
basah sampai 30 ton per ha. Kerusakan yang terjadi pada umbi umbian adalah
terjadinya perubahan warna pada daging ubi kayu segar menjadi coklat. Proses ini
biasanya disebut kepoyoan. Proses kepoyoan pada ubi kayu dapat diakibatkan oleh
reaksi pencoklatan secara enzimatis yang menyebabkan rasa ubi kayu menjadi pahit
dan teksturnya keras .Kerusakan lain dapat berupa kulit terkelupas, memar dan
terpotong secara mikrobiologis ditandai dengan pertumbuhan kapang disertai
dengan timbulnya bau dan perubahan warna. Secara kimia disertai dengan pola pola
warna kebiru-biruan, coklat serta kehitaman oleh enzim atau bukan, Secara biologis
ditandai dengan adanya bekas gigita/lubang (Muchtadi, 2010).
Salah satu cara yang digunakan untuk menghindari berbagai kerusakan dan
untuk memperpanjang masa simpan adalah dengan cara pengeringan dan
penepungan.
Proses pengeringan merupakan proses pangan yang pertama kali dilakukan
untuk mengawetkan makanan. Selain untuk mengawetkan bahan pangan yang
mudah rusak atau busuk pada kondisi penyimpanan sebelum digunakan,
pengeringan pangan juga menurunkan biaya dan mengurangi kesulitan dalam
pengemasan, penanganan, pengangkutan dan penyimanan, karena, dengan
pengeringan bahan menjadi padat dan kering, sehingga volume bahan lebih ringkas,
mudah dan hemat ruang dalam pengangkutan, pengemasan maupun penyimpanan.
Di samping itu banyak bahan pangan yang dikonsumsi setelah dikeringkan, seperti
teh, kopi, coklat dan beberapa jenis biji-bijian (Wirakartakusumah, 1992).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pengeringan dan penepungan aalah untuk menurunkan kadar
air pada bahan pangan sampai batas tertentu hingga meminimalkan serangan
mikroba atau enzim dan insekta perusan dan menghasilkan bahan siap diolah lebih
lanjut.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip
perpindahan panas secara konduksi dan koveksi. Pengurangan kadar air sampai
batas tertentu dan diteruskan dengan proses reduksi sampai berukuran 100 mesh
sehingga bahan berbentuk tepung.
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan Percobaan yang Digunakan,
(2) Alat Percobaan yang Digunkan, dan (3) Metode Percobaan.
2.1 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain sinkong, air, dan
natrium bisulfit (NaHSO3).
2.2 Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan, baskom,
pisau, slicer, talenan, piring, sendok, plastik sampel, panci, kompor, tunnel dryer,
tray, blender, dan ayakan 100 mesh.
Singkong
Air Bersih
Sortasi
Kotoran dan
benda asing
Trimming
Kulit
Pencucian
Air Kotor
Blanching t : 2-3
Air Bersih
Perndaman Na2S2O5
500 ppm t : 5
Perendaman Air
biasa 5
Pencucian
Air Kotor
Penirisan
Air dan
residu
Pengeringan T : 700C,
t : 6-7 jam
Uap Air
Penggilingan
Pengayakan
Tepung
Kasar
Tepung
Penimbangan
Pengamatan
Gambar 2. Diagram Alir Pengeringan dan Penepungan
Bab ini akan menguraikan mengentai : (1) Hasil Percobaan Pembuatan Tepung
Singkong, (2) Pembahasan.
3.1 Hasil Percobaan
No
1.
2.
Hasil
Analisa
Nama Produk
Perlakuan /
Perendaman
Tepung Singkong
Air
Na2S2O5
Blanching
3.
Basis
500 gram
500 gram
500 gram
4.
Bahan Utama
Singkong
Singkong
Singkong
Air
Na2S2O5
Air
29,4 gram
22,5 gram
22,3 gram
22,74 %
17,2 %
16,62 %
Putih
Putih
Putih
Agak manis
Agak manis
Agak manis
Khas Singkong
Khas Singkong
Khas Singkong
Halus
Halus
Halus
Menarik (cerah)
Menarik (cerah)
Menarik (cerah)
5.
Bahan
Tambahan
6.
Berat Produk
7.
% Produk
Organoleptik
1. Warna
2. Rasa
8.
3. Aroma
4. Tekstur
5. Kenampakan
9.
Gambar Produk
Singkong segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air sekitar
60%, pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak, 0,5% dan kadar
abu 1%, karenanya merupakan sumber karbohidrat dan serat makanan, namun
sedikit kandungan zat gizi seperti protein. Singkong segar mengandung senyawa
glokosida sianogenik dan bila terjadi proses oksidasi oleh enzim linamarase maka
akan dihasilkan glukosa dan asam sianida (HCN) yang ditandai dengan bercak
warna biru, akan menjadi toxin (racun) bila dikonsumsi pada kadar HCN lebih dari
50 ppm.
Singkong dapat diolah menjadi tepung singkong. Tepung singkong dapat
digunakan untuk mengganti tepung gandum. Pada proses pembuatan tepung
singkong dilakukan proses pengeringan dan penepungan.
Tepung adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara pengilingan atau
penepungan. Tepung memiliki kadar air yang rendah, hal tersebut berpengaruh
terhadap keawetan tepung. Jumlah air yang terkandung dalam tepung dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain sifat dan jenis atau asal bahan baku pembuatan
tepung, perlakuan yang telah dialami oleh tepung, kelembaban udara, tempat
penyimpanan dan jenis pengemasan. Cara yang paling umum dilakukan untuk
menurunkan kadar air adalah dengan pengeringan, baik dengan penjemuran atau
dengan alat pengering biasa. Proses pembuatan tepung umbi-umbian sendiri dapat
dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis umbi-umbian itu sendiri.
Proses pengeringan dan penepungan melalui beberapa tahap, yaitu sortasi,
trimming, pencucian, penimbangan, reduksi ukuran/pengirisan, blanching,
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan tepung singkong dengan cara
blanching didapatkan berat produk 21,6 gram dengan persentase produk 16,62%,
dan lost product sebanyak 0,1 gram, secara organoleptik tepung singkong
mempunyai warna putih, rasa agak manis, aroma khas singkong, tekstur halus,
kenampakan menarik (cerah) . Pembuatan tepung dengan cara direndam dengan air
basa didapatkan berat produk 29,4 gram dengan persentase produk 0,2 %, dan lost
product sebanyak 6,39 gram, secara organoleptik tepung singkong mempunyai
warna putih, rasa agak manis, aroma khas singkong, tekstur halus, kenampakan
menarik (cerah) . Pembuatan tepung dengan cara direndam dengan Na2S2O5 dan
air didapatkan berat produk 22,5 gram dengan persentase produk 17,2%, dan lost
product sebanyak -0,6 gram, secara organoleptik tepung singkong mempunyai
warna putih, rasa agak manis, aroma khas singkong, tekstur halus, kenampakan
menarik (cerah).
4.2 Saran
Pada percobaan ini sebaiknya praktikan lebih teliti dan memperhatikan setiap
perlakuan agar tidak terjadi kesalahan, seperti dalam penggilingan, pengayakan
dan penimbangan karena akan mempengaruhi hasil akhir dari berat tepung.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, Leni Herliani Dr. Ir. (2013). Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung:
Alfabeta.
Brennan, J.G, et. Al, (1969), Food Engineering Operations, Applied Science
Publishers Limited, London.
Buckle, K.A. (1987). Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.
DeMan. John. M. (1997). Kimia Makanan. ITB;Bandung.
Efendi, Supli. (2009). Teknolgi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung:
Alfabeta.
Fellow. (1990). Food Processing Principles and Practice. Ellis Hurword.
Newyork.
Muchtadi, T. R., Sugiyono., Ayustaningwarno, F. (2010). Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan. Bandung: Alfabeta.
Naning Septiani. (2012). Natrium bisulfit. http://naning-septiyani. blogspot. com/
2012/06/ilmuteknologi-pangan-bahantambahan.html. Akses : 2 Maret 2015
Sudarmadji. (2010). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Lieberty Yogyakarta.
Wirakartakusumah, Aman. (1992). Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan.
Bogor : Imstitut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Perhitungan
Pegeringan dan penepungan dengan perendaman air biasa
%Tepung Halus
100%
29,4
100%
0,01
% Lost Product
= 100%
6,39
=
=
% Tepung Kasar
21,6
130
100% = 16,62 %
0,6
100%
100%
WLost Product
100%
22,5
100%
0,8
% Lost Product
0,6
100%
Diskusi Modul
1. Jelaskan tujuan blanching pada pembuatan tepung!
Jawab :
Tujuan dari blanching adalah bahan akan menjadi bersih, mengurangi populasi
bakteri, mempertajam flavour, warna, dan dapat menghilangkan flavour yang
tidak disukai. Dengan adanya pemanasan akan menyebabkan dinding sel
menjadi lebih lunak dan permeabel terhadap air. Dengan demikian maka akan
mempercepat terjadinya proses penguapan air dari dalam bahan, dan berarti
drying rate-nya menjadi lebih besar sehingga dengan demikin proses
pengeringannya menjadi lebih cepat.
2. Jelaskan mengenai mekanisme reaksi terjadinya browning enzimatis dan
non enzimatis!
Jawab :
Browning enzimatis
Browning ini terjadi karena adanya senyawa fenolik . senyawa fenolik ada
yang bertindak sebagai substrat dalam proses pencoklatan enzimatis pada
buah dan sayuran. Proses ini memerlukan adanya fenol oksidase danoksigen
yang harus berhubungan dengan substrt tersebut.
Browning non enzimatis
Suatu aldosa bereakasi bolak-balik dengan asam amino atau dengan seuatu
gugus amino dari protein sehingga menghasilkan basa schiff.
3. Jelaskan mengenai perbedaan antara proses pengeringan alami dan
pengeringan buatan dan jelaskan pula keuntungan dan kerugian dari
pengeringan tersebut!
Jawab :
Pengeringan alami adalah suat cara menghilangkan atau menurunkan kadar
air pada bahan atau produk secara alami denga cara memanfaatkan sinar
matahari. Keuntungan : murah dan mudah didapat. Kerugian : memrlukan
waktu yang lama, membutuhkan tempat yang luas, bergantung pada cuaca,
tidak higienis, dan suhu tidak bisa diatur.
KUIS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Rendemen, tuliskan rumusnya!
Analisa rendemen merupakan suatu presentase produk yang di dapatkan dari
perbandingan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehinga dapat
diketahui kehilangan beratnya ketika mengalami proses pengolahan.
Rendemen di dapat dengan cara menimbangkan hasil berat akhir yang
dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat awal sebelum mengalami
proses.
% Produk tepung halus= W Tepung Halus
W awal
x100 %
No.
1.
1.1
1.2
1.3
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jenis uji
Keadaan
Bau
Rasa
Warna
Benda-benda asing
Serangga
Jenis pati
Abu, % b/b
Air, % b/b
Derajat putih, b/b (BaSO4 = 100%)
Serat kasar, % b/b
Derajat asam (ml N NaOH/100g)
Asam sianida
Kehalusan (lolos ayakan 80 mesh), %
Pati, % b/b
Bahan tambahan makanan (bahan
pemutih dan pematang tepung)
Cemaran logam
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Raksa (Hg)
Arsen (As)
Cemaran mikroba
Angka lempeng
E. Coli
Kapang
14.
14.1
14.2
14.3
14.4
15.
16.
16.1
16.2
16.3
( Sumber : SNI 01-2997-1995 )
Satuan
Persyaratan
Khas singkong
Khas singkong
Putih
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
Khas singkong
maks. 1,5
maks. 1,2
min. 85
maks. 4
maks.3
mg/kg
-
maks. 40
min. 90
min. 75
Sesuai SNI 01-0222-1995
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
koloni/g
koloni/g
koloni/g
maks. 1,0
maks. 10,0
maks. 40,0
maks. 0,05
maks. 0,5
maks. 1,0 x 105
maks. 10
maks. 1,0 x 104