Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Vega Christie Memah
010111057
Pembimbing:
Dr. Frans
MANADO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa
nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan
sekitarnya.l Low back pain merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek seharihari, dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung, paling kurang
sekali semasa hidupnya. Sebuah studi di Amerika Serikat didapatkan bahwa dari semua
pasien dengan keluhan nyeri belakang, 4% dengan fraktur kompresi, 3% dengan
spondilolistesis, 0.7% oleh karena metastasis tumor, 0.3% karena spondilitis ankilosa dan
0,01% disebabkan oleh infeksi. Selebihnya sekitar 90% pasien dengan Low back pain dengan
penyebab yang tidak spesifik, yang mana diagnosisnya ditentukan berdasarkan patologinya.2
Nyeri punggung bagian bawah telah diidentifikasi oleh Pan American Health
Organization (PAHO) di antara tiga masalah kesehatan pekerjaan yang dikenal pasti oleh
World Health Organization (WHO). Keluhan nyeri punggung merupakan keluhan kedua
setelah nyeri kepala. Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk mengeluh nyeri punggung
bagian bawah dan biaya yang dikeluarkan tiap tahun untuk pengobatan berkisar 75 juta dolar
Amerika.3 Data epidemiologi mengenai low back pain di lndonesia diperkirakan 40%
penduduk Provinsi Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita low back pain,
prevalensi pada laki-laki l8,2% dan pada wanita l3,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien
ke beberapa rumah sakit di lndonesia berkisar antara 3-17%.1 Di kota Manado sendiri
tepatnya di Poli Kesehatan Fisik Dan Rehabilitasi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou pada tahun
2012, low back pain menjadi insiden terbanyak pertama dengan prevalensi 24%.
Tulang punggung menerima beban lebih besar sebagai konsekuensi tugasnya untuk
menjaga posisi tegak tubuh, dan beban ini akan lebih banyak terkonsentrasi di bagian bawah
dari tulang punggung tersebut. Sehingga dengan demikian, walaupun etiologi low back pain
dapat bervariasi dari yang paling ringan (misalnya kelelahan otot) sampai yang paling berat
(misalnya tumor ganas) tetapi sebagian besar low back pain pada masyarakat adalah akibat
adanya faktor mekanik yang tidak menguntungkan tulang punggung bagian bawah dalam
fungsinya untuk menjaga posisi tegak tubuh (statika) maupun dalam fungsinya selama
pergerakan tubuh (dinamika).1
Nyeri pinggang bawah (low back pain) dapat disebabkan oleh banyak kondisi. Faktor
yang sering biasanya adalah penuaan, trauma, infeksi, tumor, diagnosis banding dapat
dipersempit dengan melihat adanya nyeri pada tungkai bawah atau tidak. Hal yang sering
1
mengacaukan diagnosis ini adalah adanya nyeri yang menjalar (referred pain). Nyeri ini
kadang juga disebabkan oleh lesi non neurologis dan non skeletal. Penelitian eksperimental
menunjukkan bahwa nyeri pinggang bawah dapat berasal dari banyak struktur spinal (tulang
belakang), vertebra, otot dan fascia paravertebra, pembuluh darah, diskus intervertebralis dan
akar syaraf spinal.3
Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang rehabilitasi
medik pada pasien low back pain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINSI
Low back pain adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri
atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya.
Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.1
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam low back pain terdiri dari :
a. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakal terakhir,
inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari
vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas
lateral spina lumbalis.
b. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior
oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal pos- terior dan
lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
c. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3
atas daerah sacral spinal pain.Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke
dalam : 3,4
1. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurangdari 3 bulan.
2. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan se- kurangnya 3 bulan.
3. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak lebih
dari 12 minggu.4
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada low back pain maka harus
dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang pada umumnya dan tulang lumbosakral pada
khususnya.1
1. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari:
a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus
vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra.
Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal posterior dan ligamen
longitudinal anterior. Ligamen longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam
patofisiologi penyakit justru karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput,
ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus intervertebra. Mulai L1
ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya tinggal
separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah lemah, yakni
bagian posterolateral kanan dan kiri diskus intervertebra, daerah tak terlindung oleh
ligamen longitudinal posterior. Akan nyata terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan
daerah paling rawan.
b. Segmen posterior, bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus
spinosus. Satu dengan yang lainya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan
diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (di luar kepala
dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh
ialah fleksi, kemudian ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi
merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini
dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan
bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya
memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi.1
c. Diskus Intervertebra
Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan low back
pain adalah diskus intervertebra. Disamping berfungsi sebagai penyangga beban,
diskus intervertebra berfungsi pula sebagai peredam kejut. Diskus intervertebra
dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik
hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat
pada end plate vertebra sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra.
Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang
banyak mengandung air. Menjelang usia dekade kedua, mulailah terjadi perubahanperubahan, baik menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada
beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus, sebagian rusak, dan sebagian
diganti jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam
anulus terbentuk rongga-rongga.1
Gambar 1. Anatomi Vertebra Lumbal5
EPIDEMIOLOGI
Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah di Indonesia merupakan masalah
kesehatan yang nyata. Kira-kira 80% penduduk seumur hidupnya pernah sekali merasakan
nyeri punggung bagian bawah. Pada setiap saat lebih dari l0% penduduk menderita nyeri
punggung bagian bawah. Insidensi nyeri punggung bagian bawah di beberapa negara
berkembang lebih kurang l5-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri
punggung bagian bawah akut maupun kronik termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok
studi nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) pada bulan Mei 2002
menunjukkan jumlah pasien nyeri punggung bagian bawah sebesar 18,37% dari seluruh
pasien nyeri. Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2%
pada pria dan l3,6% pada wanita. Rumah sakit di Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
insidensinya sekitar 5,4-5,8%. Frekuensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. Dalam penelitian
multisenter di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia yang dilakukan oleh kelompok studi
nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah pasien nyeri sebanyak 4456
orang (25% dari total kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%) merupakan pasien nyeri
kepala dan 819 orang (18,37%) adalah pasien nyeri punggung bawah. Keluhan low back pain
ini ternyata menempati urutan kedua tersering setelah nyeri kepala. Dari data mengenai
pasien yang berobat ke poliklinik neurologi menunjukkan bahwa jumlah pasien diatas usia 40
tahun yang datang dengan keluhan low back pain ternyata jumlahnya cukup banyak.6
Di Kota Manado sendiri tepatnya di Poli Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandou pada tahun 2012, low back pain menjadi insiden terbanyak pertama dengan
prevalensi 24%.
ETIOLOGI
5
dengan
batuk
bersin
mengangkat
benda
berat
telapak kaki, maka dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang khas pada penderita hernia
nukleus pulposus.8
DIAGNOSIS
Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
khusus, serta pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis: 9
a. Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
b. Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari?
Adakah suatu trauma?
c. Dimana letak nyeri? (sebaiknya pasien sendiri yang disuruh menunjukkan dimana
letak nyerinya). Ada tidak penjalaran?
d. Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu? Apakah
2.
b. Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa
ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan
intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus
sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan
jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada
vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna
pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan,
kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. Refleks
patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2
dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).
Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN
atau LMN.
c. Pemeriksaan motoris
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
d. Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu
menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik
3.
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat
sampai ujung kaki.
b. Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi
pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai
dari pantat sampai ujung kaki.
c. Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki. Bila
nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
d. Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan pada sendi
lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga
terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab yang
non neurologik misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.
e. Tes Kontra Patrick
Tes kontra patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya
dengan melakukan tes patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam (internal). Tangan
pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari lutut. Setelah itu
lakukan penekanan pada sendi lutut ke rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+)
menunjukkan sumber nyeri di sacroiliaka.
f. Tes Valsalva
Pasien disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuat-kuatnya.
Hasil positif pada hernia nukleus pulposus (HNP).
5. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan penyebab
low back pain1:
a. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat untuk
diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
b. Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk membuktikan adanya
keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
c. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu)
10
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari LBP yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.10
Disease or
condition
Back strain
Acute disc
herniation
Osteoarthritis or
spinal stenosis
Patient
age
Location
(years) of pain
Quality of Aggravating or
pain
relieving factors
Signs
Local tenderness,
limited spinal
motion
Positive straight leg
raise test, weakness,
asymmetric reflexes
Mild decrease in
extension of spine;
leg; often
bilateral
Spondylolisthesis Any age Back,
posterior
thigh
Ankylosing
spondylitis
pins and
needles
sensation
Ache
15 to 40 Sacroiliac Ache
joints,
lumbar
spine
Any age Lumbar
Sharp pain,
spine,
ache
sacrum
Infection
Malignancy
>50
Affected
bone(s)
especially up an
incline;
decreased with
sitting
Increased with
activity or
bending
Morning
stiffness
Varies
Dull ache,
Increased with
throbbing
recumbency or
pain; slowly cough
progressive
PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan low back pain terdiri dari:
1. Obat-obatan
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa
menghiraukan penyebab dasar low back pain. Obat yang diberikan berupa golongan
analgetik dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik.
Yang umum digunakan analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan
pelepasan endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri.
Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi disamping
analgetik misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik lainya dikenal sebagai
non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID). Selain itu juga dapat digunakan
tranquilizer minor yang bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri.
Disamping itu untuk mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot.1
2. Program Rehabilitasi Medik
a. Low back pain oleh faktor mekanik akut
12
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres
air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.1
b. Low back pain oleh faktor mekanik kronis
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologis nyeri. Karena itu
tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis
tersebut.1
Tujuan pemberian latihan, yaitu1:
i. Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh
ii. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan
biomekanik tulang punggung.
Prinsip pemberian latihan, yaitu1:
i. Latihan penguatan dinding perut otot gluteus maksimus
ii. Latihan peregangan otot yang memendek, terutama otot punggung dan hamstring
Teknik latihan1:
i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Dengan
kekuatan otot perut, tekan pinggang hingga menempel dasar. Kemudian angkat
pinggul keatas sementara posisi pinggang tetap dipertahankan melekat pada dasar.
Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi otot gluteus maksimus.
ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Dengan
kedua belah tangan di dada angkatlah kepala dan bahu hingga dagu menempel di
dada.
iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Tarik
salah satu lutut ke arah perut sambil mengangkat kepala dan bahu seolah-olah
hendak mencium lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai satunya.
iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua lutut sekaligus.
v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15 cm dari dinding.
Tekan pinggang kearah dinding hingga tidak lagi ada celah antara pinggang dan
dinding.
3. Tindakan operatif1:
a. Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi).
b. Adanya gangguan neurologis yang progresif kelemahan otot.
13
14
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. D. N
Umur
: 57 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Banjer Lingkungan 1
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Asam Urat sejak 3 bulan yang lalu, saat ini tidak mengkonsumsi obat
Kolesterol sejak 3 bulan yang lalu, saat ini tidak mengkonsumsi obat
15
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda Vital
Tinggi Badan
Berat Badan
IMT
: 28,89 (overweight)
VAS skor
:5
Kepala
Mata
: normosefal
: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-,
Pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+ Normal
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Status Lokalis
Regio Lumbosakral
Inspeksi
Palpasi
: nyeri tekan (+), kalor (-), spasme otot (+) setinggi L2 L5, tes
melipat kulit (+).
Status Antropometri
17
Ekstremitas
Antropometri
Dekstra
Sinistra
77 cm
77 cm
86 cm
86 cm
Lingkar Paha
46 cm
46 cm
Lingkar Betis
34 cm
34 cm
Hasil Pemeriksaan
0 80
0 45
0 45
0 60
Normal
0 80
0 45
0 45
0 60
LGS Hip
Dekstra
Sinistra
Normal
Fleksi Ekstensi
110 0 30 110 0 30 1200 30
Abduksi Adduksi
45 0 35 45 0 35 45-0-35
Internal Rotasi Eksternal Rotasi 45 0 45 45 0 45 45-0-45
Pemeriksaan neuromuskular
Status motorik dan sensorik
Ekstremitas Inferior
Dekstra
Sinistra
Normal
Normal
Pemeriksaan
Gerakan
Kekuatan Otot (miotom):
L2 (fleksor panggul)
L3 (ekstensor lutut)
L4 (dorsofleksor pergelangan kaki)
L5 (ekstensor jempol kaki)
S1 (plantarfleksor pergelangan kaki)
Tonus Otot
Atrofi Otot
Refleks Fisiologis
18
sde
5
5
5
5
(+) Normal
(-)
(+) Normal
5
5
5
5
(+) Normal
(-)
(+) Normal
Refleks Patologis
(-)
19
(-)
Sensibilitas
Dekstra
C2 Protuberensia oksipitalis
Sinistra
(+) Normal
C3 Fossa Supraklavikularis
C4 Puncak Sendi akromioklavikularis
C5 Sisi lateral lengan atas
C6 Ibu jari tangan
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
L4 Maleolus medialis
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
S1 Lateral Tumit
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
S3 Tuberositas iskii
(+) Normal
(+) Normal
(+) Normal
Status Otonom : Buang air kecil biasa, buang air besar biasa
Tes Provokasi
TEST
Lasegue
Braggard
Sicard
Dekstra
+
20
Sinistra
-
Patrick
Kontra Patrick
FNST
RESUME
Perempuan umur 57 tahun, datang dengan keluhan utama nyeri punggung bawah sejak 1
minggu yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan seperti kesemutan. Nyeri terutama
dirasakan saat penderita mau duduk, berdiri, menjongkok, serta saat batuk atau mengejan.
Namun akan menghilang ketika penderita tidur telentang. Riwayat trauma karena terpeleset
4 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pada
status nyeri tekan (+), kalor (-), spasme otot (+) setinggi L2 L5, skor VAS 5.
DIAGNOSA
Diagnosis klinis
: Low Back Pain
Diagnosis topis
: Lumbosakral diskus L2-5
Diagnosis etiologi
: Mekanik / trauma
Diagnosis fungsional :
Body function
: nyeri punggung bawah
Body structure
: regio Lumbosakral dekstra
Activity and participation : gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) berupa
melakukan pekerjaan rumah, saat mau duduk, berdiri,
Environment
maupun berjongkok
: memerlukan bantuan keluarga dan orang-orang sekitar
untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan pada saat
Personal factor
berubah posisi
: penderita merasa cemas dengan penyakitnya karena tidak
mau membebani keluarganya
Fisioterapi
Evaluasi: spasme muskulus paravertebra Lumbal L2-L5
Program:
- Transcutaneus Electrical Nerve Stimulating (TENS) di regio lumbosakralis L2-L5
6x/evaluasi
- Back exercise
Okupasi Terapi
Evaluasi: -Nyeri Punggung bawah (VAS 5)
- Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Program: - Edukasi
- Latihan proper back mechanism.
Ortotik Prostetik
Evaluasi: - Nyeri punggung bawah (VAS 5).
- Gangguan aktivitas sehari seperti duduk, saat mau berdiri
Program: LSO (Lumbosacral orthose) saat ini belum diperlukan.
Psikologi
Evaluasi: Penderita merasa cemas dengan kondisinya.
Program: Dukungan mental pada penderita dan edukasi untuk melakukan proper back
mechanism
Sosial Medik
Evaluasi:
Program:
22
Edukasi penderita cara duduk, berdiri atau berjongkok tanpa menimbulkan nyeri
dengan proper back mechanism
Edukasi
Waktu beraktivitas:
Dianjurkan pada saat beraktivitas penderita jangan dulu naik turun tangga terlalu
sering
Waktu berdiri:
Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode duduk sebentar.
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah pada lutut.
Waktu berjalan:
Waktu duduk:
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari paha.
Bila duduk seluruh punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi.
Waktu tidur:
B. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Sengkey L, Angliadi LS, Gessal J, Mogi TI. Diktat ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.
Manado: FK UNSRAT; 2006. h.79-90.
2. Koes BW, van Tulder MW, Thomas S. Diagnosis and Treatment of Low Back Pain.
Amsterdam. Netherlands. June. 2006. BMJ. 332:1430-1434.
3. Wheeler S G, Wipf J E, Staiger T O, Deyo R A, Approach to the diagnosis and evaluation of
low back pain in adults, 2012.
23
4. Bogduk N. Evidence-Based Clinical Guidelines for the Management of Acute Low Back
Pain. The National Muskuloskeletal Medicine Initiative. 1999.
5. Putz R, Pabst R. Sobotta atlas of human anatomy: thorax, abdomen, pelvis, lower limb.
14th edition. Vol. 2. London: Churchill Livingstone; 2006.
6. Yasin MM, Agung K, Sustini F, Andreani S, Rochman F. Hubungan antara karakteristik
antropometrik kebiasaan, status psikososial, dan gambaran radiografis responden dengan
kejadian spandilogenie low back pain. Diakses tanggal 14 Oktober 2015. Diunduh dari:
joumal.unair.ac.id
7. Wibowo S. Farmakoterapi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
8. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Trevisan C. Rehabilitation of lumbar spine
disorder. Edisi ke-5. Lippincolt; 2010. p.186
9. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
10. Patel AT. Ogle AA. Diagnosis and management of acute low back pain. Am Fam
Physician. 2000 Mar 15;61(6):1779-86, 1789-90.
24