Anda di halaman 1dari 41

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA TN.S DENGAN EFUSI PLEURA
DI RUANG BOUGENVIL RUMAH SAKIT
PANTI WALUYO SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

WAHYU MARYUDIANTO
NIM. P. 09113

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012

STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA TN.S DENGAN EFUSI PLEURA
DI RUANG BOUGENVIL RUMAH SAKIT
PANTI WALUYO SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Progam Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

WAHYU MARYUDIANTO
NIM. P. 09113

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama

: Wahyu Maryudianto

NIM

: P. 09113

Program Studi

: D III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN

KEPERAWATAN

KEBUTUHAN

OKSIGENASI

PEMENUHAN
PADA

Tn.S

DENGAN EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT


PANTI WALUYO

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 12 April 2012


Yang Membuat Pernyataan

WAHYU MARYUDIANTO
NIM. P. 09113

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama

: Wahyu Maryudianto

NIM

: P. 09113

Program Studi : D III Keperawatan


Judul

: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA Tn.S DENGAN EFUSI PLEURA DI
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di

: Surakarta

Hari/Tanggal

: Jumat, 27 April 2012

Pembimbing : Nurul Devi Ardiani, S.Kep, Ns,


NIK . 201186080

iii

(.)

HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama

: Wahyu Maryudianto

NIM

: P. 09113

Program Studi : D III Keperawatan


Judul

: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA Tn.S DENGAN EFUSI PLEURA DI
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di

: Surakarta

Hari/Tanggal

: Senin, 30 April 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I

: Nurul Devi Ardiani, S.Kep, Ns,


NIK . 201186080

(.)

Penguji III

: Oktavianus, S.Kep., Ns
NIK . 201086056

(.)

Penguji II

: Amalia Senja, S.Kep., Ns


NIK . 201189090

(.)

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S. Kep, Ns
NIK. 201084050

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DENGAN EFUSI PLEURA DI
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
Dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Setiyawan, S. Kep, Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKES Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S. Kep, Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di STIKES
Kusuma Husada Surakarta.
3. Nurul Devi Ardiani S. Kep, Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi kesempurnaannya studi kasus ini.
4. Oktavianus, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Amalia Senja, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, Bp. Sunardi dan Ibu Sumarsi yang selalu menjadi inspirasi
dan memberikan semangat untuk membiayai pendidikan saya.
8. Buat saudaraku mas Joko dan mas Deky memberi saya arahan, dukungan
moral.
9. Buat neng Niniq yang telah memberikan motivasi dan selalu berjuang bersama
dalam satu tekad, satu tujuan.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan, Amin.

Surakarta, April 2012

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN .................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................

iv

KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii


BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang ............................................................

B.

Tujuan Penulisan.........................................................

C.

Manfaat Penulisan.......................................................

LAPORAN KASUS
A.

Pengkajian .................................................................. 10

B.

Perumusan Masalah Keperawatan ............................... 12

C.

Perencanaan Keperawatan ........................................... 13

D.

Implementasi Keperawatan ......................................... 14

E.

Evaluasi Keperawatan ................................................. 16

vii

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN


A.

Pembahasan ................................................................ 17

B.

Simpulan..................................................................... 23

C.

Saran........................................................................... 25

Daftar Pustaka
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Asuhan Keperawatan

Lampiran 2

Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3

Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 4

Log Book

Lampiran 5

Format Pendelegasian Pasien

ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Wahyu Maryudianto

Tempat, tanggal lahir : Sragen, 3 Maret 1991


Jenis Kelamin

: Laki laki

Alamat Rumah

: Dk Gerdu RT 03, Kel. Pilangsari, Kec. Ngrampal,


Kab. Sragen

Riwayat Pendidikan : TK PERTIWI 2 Bener (tahun 1994)


: SD Negeri 3 Bener (tahun 1996)
: SMP Negeri 2 Ngrampal (tahun 2002)
: SMA Negeri 1 Sambung Macan (tahun 2006)
Riwayat Pekerjaan

: Belum Ada

Riwayat Organisasi

: - Tahun 2003 : Takmir Masjid Nurul Huda (Anggota)


- Tahun 2003 : OSIS SMP (Anggota)
- Tahun 2007 : PKS SMA (Anggota)

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Paru dibungkus oleh membrane tipis yang disebut pleura. Lapisan
terluar paru membrane paru melekat dinding toraks. Lapisan dalam pleura
menempel ke paru. Pada saat ekspansi rongga toraks terjadi selama inspirasi,
lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan ke pleura lapisan dalam,
yang akan mengembangkan paru diantara pleura lapisan dalam dan luar
terdapat ruang/rongga pleura. Ruang paru ini terisi milliliter cairan yang
mengelilingi dan membasahi paru. Cairan pleura memiliki tekanan negatif dan
membawa gaya kolaps (rekoil) elatis paru. Mekanisme paru tetap dapat
mengembang. (Elisabeth J.Corwin, 2009)
Pleura adalah membrane penting yang membungkus setiap paru.
Pleura

pariental

melapisi

rongga

toraks

(kerangka

iga,

diagframa,

mediastinum). Pleura visceral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura


pariental di bagian bawah paru. Rongga pleura (ruang interpertual) ruang
potensial antara pleura pariental dan visceral yang mengandung lapisan tipis
cairan pelumas. Cairan ini diekresikan oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru
dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan
intrapleural) agak negatif dibandingkan tekanan atmosfir. Resesus pleura
adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat
pleura pariental bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. Saat

bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk lewat area ini. (Ethel Sloane,
2003)
Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleural yang
terletak diantara permukaan visceral dan parental, adalah proses penyakit
primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil
cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Smeltzer & Barre, 2002)
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan
dalam rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat. Transudat terjadi
peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal ginjal kongesti.
Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran
cairan dalam pembuluh darah. Dan penimbunan eksudat disebabkan oleh
peningkatan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas
kapiler atau gangguan absorsi getah bening. Pleura cenderung tertimbun pada
dasar paru akibat gaya gravitasi. (Sylvia A. Price, 2005; 779)
Pasien dengan efusi pleura di dalam rongga pleura terdapat kurang
lebih 5 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura
parientalis dan viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parientalis
karena adanya tekanan hidrotastik, tekanan koloid, dan daya tarik elatis.
Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10 20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe
sehingga pasase cairan disini mencapai satu liter seharian. Terkumpulnya

cairan di rongga pleura disebut efusi pleura. Ini terjadi bila keseimbangan
antara produksi dan absorbsi terganggu. Misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi. Perubahan tekanan osmotic (hipoalbumin). Peningkatan tekanan
vena (gagal jantung). (Syamsuhidayat, 2004: 414 - 415)
Faktor pencetus dari efusi pleura dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat. Pleura Transudat, misalnya terjadi gagal jantung karena bendungan
vena disertai peningkatan hidrostatik, dan pada sirosis hepatis karena tekanan
osmotik koloid yang menurun. Eksudat disebabkan antara lain oleh keganasan
dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein
dan berat jenis tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.
Sebaliknya, transudat kadar protein rendah sekali atau nihil sehingga berat
jenisnya rendah. Pada efusi transudat (protein <30 gr/l; b.d. <1015). Efusi
eksudat (protein >30 gr/l b.d. >1015). (Syamsuhidayat, 2004:414 - 415)
Menurut WHO Health Journal (2005), penyakit ganas menyumbang
41% dan tuberkulosis untuk 33% dari 100 kasus efusi pleura eksudatif, 2
pasien (2%) memiliki koeksistensi tubercolosis dan keganasan dan dianalisis
dengan kelompok ganas. Para-pneumonia efusi ditemukan hanya 6% kasus.
Alasan lain adalah: gagal jantung kongestif 3%, komplikasi dari operasi
bypass koroner 2%, rheumatoid arthritis 2%, erythaematosus lupus sistemik
1%, gagal ginjal kronis 1%, kolesistitis akut 1%, etiologi tidak diketahui 8 %.
Efusi pleura besar ditemukan pada 24% pasien, sedang pada 58%, serta efusi
ringan pada 18%. Pada cairan pleura berdarah 15% kasus.

Dari penelitian pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Dokter


Kariadi Semarang, semua penderita yang di diagnosa efusi pleura, dalam
penelitian ini didapatkan 18 penderita efusi pleura, distribusi jumlah penderita
perempuan 12 orang orang (66,7%) dan penderita laki-laki 6 orang (33,3%).
Sebagian besar penderita yaitu 13 orang (72,2%) berasal dari luar kota
Semarang, dan 5 orang (27,8%) dari kota Semarang. Sebanyak 10 orang
(55,6%) penderita efusi pleura memerlukan perawatan antara 1 10 hari.
Penyebab efusi pleura terbanyak dalam penelitian ini adalah karena neoplasma
yaitu didapatkan 5 penderita (27,8%), kemudian DHF (Dengue Haemoragic
Fever) 4 penderita, tuberkulosis (TBC) 3 penderita, gagal ginjal 2 penderita,
gagal jantung 2 penderita, pnemonia 1 penderita dan SLE (Lupus
Eritematosus Sistematik) 1 penderita. Dan 18 penderita efusi pleura ditemukan
penyebab terbanyak adalah neoplasma, yang terjadi pada usia dewasa (> 14
tahun) yang disebabkan karena mempunyai riwayat penyakit kronis. (Ariyanti,
2003)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme
sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi
tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu
dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam
bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan
manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi

berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk


itu, perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada
manusia. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007)
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis
menurut Hirarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses
kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh
kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan
oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan
otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. System
yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah pernapasan,
persyarafan, dan kardiovaskuler. (Aziz Alimul Hidayat, 2004)
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh
semua sel untuk menghasilkan sumber energi, adenosin triposfat (ATP),
karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara metabolisme aktif dan
membetuk asam, yang harus dibuang dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran
gas, system kardiovaskuler dan system respirasi harus bekerja sama. System
kardiovaskuler bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru. System
pernapasan melakukan dua fungsi terpisah ventilasi dan respirasi. (Elisabeth
J.Corwin, 2009)
Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar
pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari
atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses

respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi


pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2.
(Rufaidah, Volume 1, Mei 2005)
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru dalah 4.500 5.000 ml
(4,5 5 l). Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% 9 00
ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada
pernapasan biasa. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007)
Kriteria pada pasien efusi pleura yang sedikit biasanya asimtomatik,
sementara efusi pleura yang banyak menimbulkan dispnea, khususnya bila ada
penyakit kardiopulmonar yang mendasari. Nyeri dada pleuritik dan batuk
kering dapat terjadi, cairan pleura yang berhubungan adanya nyeri dada
biasanya eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200-300
ml. Tanda-tanda yang sesuai efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan
fremitus, redup pada perkusi, dan berkurang suara nafas. Pada efusi yang luas
yang menekan paru, aksentuasi suara nafas dan egofoni ditemukan tepat diatas
batas efusi. Adanya friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura masif
dengan tekanan intrapleural yang meninggi dapat menyebabkan pergeseran
trakea ke arah kontralateral dan pendataran spatium interkostal. (Tierney,
Lawrence M. Jr, 2002 : 186). Selain itu pada penyakit efusi pleura ditemukan
tanda gejala : dispnea bervariasi, nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi
jika penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi,
ruang intercosta menonjol pada efusi yang berat, pergerakan dada berkurang
dan terhambat pada bagian yang terkena, egofoni diatas paru yang tertekan

dekat efusi, suara nafas berkurang di atas efusi pleura, vocal fremitus dan raba
berkurang. (Sylvia A. Price, 2005: 779)
Pada Tn. S ada beberapa kriteria yang masuk dalam penyakit efusi
pleura yang berupa dispnea, sesak nafas dan dada terasa seseg saat melakukan
aktifitas badan terasa nyeri, dan batuk-batuk disertai dahak atau sputum,
tenggorokan terasa terasa panas dan gatal, pada pemeriksaan fisik Palpasi:
Vokal Fremitus frekuensi getaran lebih besar yang kiri dada dari pada yang
kanan, Perkusi: pekak di intercosta kelima sebelah kanan, dari hasil rongent
terlihat putih di lapang paru sebelah kanan.
Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan studi kasus tentang efusi pleura dan penatalaksanaannya,
termasuk menangani efusi pleura berdasarkan manifestasi klinis yang dilihat
secara mendasar melalui konsep kebutuhan dasar manusia yaitu pemenuhan
kebutuhan oksigenasi. Dengan adanya berbagai data dan pertimbangan maka
penulis melakukan Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn.S Di Ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melaporkan

studi

kasus

asuhan

keperawatan

pemenuhan

kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S dengan Efusi Pleura di ruang Bougenvil


Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian kebutuhan oksigenasi pada
pasien dengan efusi pleura.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan kebutuhan
oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan kebutuhan
oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura.
d. Penulis mampu melakukan implementasi kebutuhan oksigenasi pada
pasien dengan efusi pleura.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi kebutuhan oksigenasi pada pasien
dengan efusi pleura.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi bersihan jalan nafas yang terjadi
pada pasien dengan efusi pleura.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi pendidikan
Dapat memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan
praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang
profesi keperawatan.
2. Bagi penulis
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan
optimal pada praktek klinik keperawatan, dan sebagai tambahan ilmu baru
bagi penulis.

3. Bagi pembaca
Memberikan kemudahan bagi pembaca untuk sarana dan prasarana
dalam pengembangan ilmu keperawatan, diharapkan setelah pembaca
membaca buku ini dapat menjadi acuan atau ada sebuah penilitian untuk
kasus ini.

BAB II
LAPORAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang


dilakukan pada Tn. S dengan diagnosa medis efusi pleura, dilaksanakan pada
tanggal 5 7 April 2012. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
Dari pengkajian tanggal 5 April 2012 jam 07.30 WIB, pasien masuk pada
tanggal 2 April 2012, pada pengkajian kasus ini diperoleh dengan metode auto
anamnesa dan aulloanamnesa, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas
klien, bahwa klien bernama Tn. S, jenis kelamin : laki-laki, umur 75 tahun,
pendidikan SD, agama Islam, pekerjaan tani, alamat : Ds Ngambil Ambil, Nguter,
Sukoharjo, nomor catatan medis : 17.63.86, dirawat di bangsal Bougenvil kamar
2A RS. Panti Waluyo, di diagnosa oleh dokter efusi pleura. Yang bertanggung
jawab kepada klien adalah Ny S, umur 65 tahun, pendidikan SD, pekerjaan ibu
rumah tangga, yang beralamat Ds Ngambil Ambil, Nguter, Sukoharjo, hubungan
dengan klien sebagai istri.
Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan sekarang, keluhan
utama yang dirasakan klien mengatakan sesak nafas dan dada terasa seseg. Pada
riwayat penyakit sekarang klien mengatakan sesak nafas dan dada terasa seseg
saat melakukan aktifitas, badan terasa nyeri, dan batuk- batuk disertai dahak atau
sputum, tenggorokan terasa terasa panas dan gatal, pasien merupakan rujukan dari
dokter Hendry, Sp.P dari Sukoharjo setelah tidak ada perkembangan klien dirujuk

10

11

ke RS Panti Waluyo dan dibawa ke UGD dilakukan berbagai pemeriksaan dan


penanganan medis berupa pemeriksaan pemasangan infuse RL 20 tpm di tangan
kanan, TTV : Tekanan Darah 160/90 mmHg, Nadi 88 kali per menit, suhu 365o C,
pernapasan 28 kali per menit, terpasang O2 3 liter per menit, injeksi starxone 100
mg.
Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan kurang lebih 5 tahun yang
lalu pernah mengalami operasi Benigna Prostat Hiperplasi, dan pernah mondok di
rumah sakit selama 4 bulan dengan penyakit yang sama, klien mempunyai riwayat
merokok sejak SMP sehari bisa menghabiskan sehari 3 bungkus rokok dan baru
berhenti sekitar 6 bulan yang lalu. Untuk riwayat alergi pasien tidak mempunyai
alergi obat, debu ataupun makanan. Pada riwayat keluarga tidak yang mempunyai
penyakit keturunan berupa Diabetus Melitus, Hipertensi, dan Asma.
Pada pengkajian fungsi kesehatan menurut Gordon, pada persepsi dan
kognitif dan pemeliharaan pasien mengatakan tinggal di pedesaan sejak SMP
pasien sudah mempunyai kebiasaan merokok habis 3 bungkus per hari, apabila
klien batuk-batuk klien cuma beli obat di warung terdekat, dan pihak keluarga
apabila klien sakit parah akan membawa ke pelayanan kesehatan terdekat. Pada
pola aktifitas dan latihan klien mengatakan selama di rumah sakit bisa makan dan
minum dengan sendiri, dalam toileting klien pakai pispot, dalam berpakaian
dibantu dengan orang lain, dalam mobilitas fisik di tempat tidur dibantu dengan
orang lain, dan juga saat berpindah karena selama melakukan aktifitas klien
merasa dadanya sesak kemudian batuk-batuk. Pada pola kognitif-perseptual klien
mengatakan sebelum sakit dapat dengan lancar, mampu berorientasi penuh pada

12

lingkungan dan mengidentifikasi keadaan orang dan situasi dengan kesadaran


penuh dan dapat mengpersepsikan tingkat kenyamanan, selama sakit klien
mengatakan merasa sesak nafas dan dada terasa seseg, sering batuk-batuk sampai
mengeluarkan dahak. Pada pola istirahat dan tidur sebelum sakit pasien
mengatakan bisa tidur nyenyak dengan kwantitas 5 sampai 6 jam siang hari
selama 3 sampai 4 jam selama sakit klien kurang tidur baik dari kwantitas maupun
kualitas tidur kwantitas tidur kurang lebih selama 3 sampai 4 jam, kualitas tidur
sering terbangun pada malam hari karena batuk- batuk, pada siang hari jarang
tidur.
Pada pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum pasien composmentis
dengan kesan lemah, untuk pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil
tekanan darah 150/90 mmHg, nadi : 86 kali per menit, suhu, 365o C, pernapasan :
28 kali per menit, hidung terpasang O2 3 liter per menit, mulut agak kotor ada
sputum. Pada hasil pemeriksaan fisik pada paru, inspeksi : simetris, tidak ada
bekas luka menggunakan otot bantu pernapasan diperut. Palpasi : Vokal Fremitus
frekuensi getaran lebih besar yang kiri dada dari pada yang kanan, Perkusi: pekak
di intercosta kelima sebelah kanan, auskultasi tidak ada suara tambahan,
Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh klien adalah radiologi dan
pemeriksaan darah. Pada data penunjang dari hasil laboratorium tanggal 2 april
2012 yaitu : Hemoglobin 14,5 g/dL, Hematrokit 40,1 %, Eritrosit 4,75 juta/mm3,
Leukosit 13.800 /mm3, Trombosit 230.000 u/L.
Analisa data yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012, didapatkan data
yaitu data subyektif pasien mengatakan sering batuk-batuk di sertai sputum, data

13

obyektif pasien tampak lemah terdapat sputum di tenggorokan, sputum berwarna


kuning keputihan dan kental, dari hasil pemeriksaan fisik paru di dapatkan,
inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka menggunakan otot bantu pernapasan
diperut. Palpasi : pengembangan dada sebelah kanan tidak sama dengan yang kiri,
Perkusi : pekak di intercosta kelima, auskultasi tidak ada suara tambahan, dari
hasil rongent terlihat putih di lapang paru sebelah kanan, pernapasan 28 kali per
menit. Dari data di atas maka penulis mengangkat masalah keperawatan utama
pada Tn.S Bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang
berlebih.
Berdasarkan hasil prioritas diagnosa masalah keperawatan maka penulis
menentukan

rencana

keperawatan

pada

diagnosa

bersihan

jalan

nafas

berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebihan dengan tujuan dan
kriteria hasil, setelah di lakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan
jalan nafas kembali normal dengan kriteria hasil sekret dapat keluar, pernapasan
dalam rentang normal 16 sampai 24 kali per menit, mempunyai irama dan
frekuensi dalam rentang normal, dispnea tidak ada, mengeluarkan sekresi secara
efektif, mudah untuk bernapas. Dengan intervensi observasi keadaan umum
pasien dengan rasional, untuk mengetahui kondisi pasien. Mengobservasi pola
fungsi pernapasan, dengan rasional untuk mengetahui adanya seseg atau tidak.
Mengobservasi karakteristik batuk dan sputum dengan rasional untuk mengetahui
bakteri yang ada didalamnya atau mengidentifikasi patogen. Berikan oksigen
sesuai indikasi, dengan rasional untuk pemenuhan suplay oksigen dalam tubuh.
Berikan posisi postural drainase dengan rasional untuk mengeluarkan secret dari

14

segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi Ajarkan batuk efektif dengan
rasional untuk mengeluarkan sekresi secara efektif. Kolaborasi dengan tim dokter
pemberian nebulizer dengan rasional untuk mengencerkan dahak dalam tubuh.
Kolaborasi pemasangan water seal drainase dengan rasional untuk mengeluarkan
cairan udara patologis dari rongga pleura sehingga fungsi dan anatomi paru dapat
kembali seperti semula dengan segera.
Pada tanggal 5 April 2012 dilakukan implementasi pada diagnosa utama
yaitu pada pukul 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum pasien diperoleh data
subyektif pasien mengatakan masih batuk berdahak, dan data obyektif pasien
tampak lemah, terlihat batuk serta kurang tidur. Mengobservasi pola pernapasan
klien diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas, data
obyekifnya pernapasan klien 28 kali per menit. Pada pukul 09.00 WIB
mengajarkan batuk efektif dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia
melakukan teknik yang diajarkan, data obyektif tampak sputum keluar, warna
kuning keputihan dan konsistensi kental. Pada pukul 09.30 WIB memberikan
oksigen 3 liter per menit dengan data subyektif pasien bersedia dan data obyektif
oksigen masuk sebanyak 3 liter per menit. Pada pukul 10.00 WIB melakukan
terapi nebulizer combivent 10 ml sesuai advis dokter dengan data subyektif pasien
mengatakan bersedia, dan data obyektif obat combivent telah masuk melalui
nebulizer.
Pada tanggal 6 April 2012 dilakukan implementasi pada diagnosa utama
pada pukul 07.30 WIB mengobservasi keadaan umum pasien diperoleh data
subyektif pasien mengatakan masih batuk berdahak, dan data obyektif pasien

15

tampak lemah, terlihat batuk serta kurang tidur. Mengobservasi pola pernapasan
klien diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas, data
objekifnya pernapasan klien 28 kali per menit. Pada pukul 08.30 WIB
mengajarkan batuk efektif dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia
melakukan teknik yang diajarkan, data obyektif tampak sputum keluar, warna
kuning keputihan dan konsistensi kental. Pada pukul 09.00 WIB memberikan
oksigen 3 liter per menit dengan data subyektif pasien bersedia dan data obyektif
oksigen masuk sebanyak 3 liter per menit. Pada pukul 09.40 WIB melakukan
terapi nebulizer combivent 10 ml sesuai advis dokter dengan data subyektif pasien
mengatakan

bersedia, dan data obyektif obat combivent 10 ml telah masuk

melalui nebulizer.
Pada tanggal 7 April 2012 dilakukan implementasi pada diagnosa utama
pada pukul 07.30 WIB mengobservasi keadaan umum pasien diperoleh data
subyektif pasien mengatakan masih batuk berdahak, dan data obyektif pasien
tampak lemah, terlihat batuk. Mengobservasi pola pernapasan klien diperoleh data
subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas, data objekifnya pernapasan klien
26 kali per menit. Pada pukul 08.30 WIB mengajarkan batuk efektif dengan data
subyektif pasien mengatakan bersedia melakukan teknik yang diajarkan, data
obyektif tampak sputum keluar, warna putih dan konsistensi cair. Pada pukul
09.00 WIB memberikan oksigen 3 liter per menit dengan data subyektif pasien
bersedia dan data obyektif oksigen masuk sebanyak 3 liter per menit. Pada pukul
09.40 WIB melakukan terapi nebulizer combivent 10 ml sesuai advis dokter

16

dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia, dan data obyektif obat
combivent telah masuk melalui nebulizer.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 5 April 2012 pukul
14.00 WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Subyektif
pasien mengatakan batuk berdahak, kurang tidur. Obyektif tampak ada sputum
yang keluar warna kuning keputihan konsistensi kental, pernapasan klien 28 kali
per menit. Asessment masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan
dengan ajarkan batuk efektif, berikan oksigen 3 liter per menit, kolaborasi dengan
dokter pemberian terapi nebulizer combivent 2 kali sehari 10 ml.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 6 April 2012 pukul
14.00 WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Subyektif
pasien mengatakan batuk berdahak, kurang tidur. Obyektif tampak ada sputum
yang keluar warna kuning keputihan konsistensi kental, pernapasan klien 28 kali
per menit. Asessment masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan
dengan ajarkan batuk efektif, berikan oksigen 3 liter per menit, kolaborasi dengan
dokter pemberian terapi nebulizer combivent 2 kali sehari 10 ml.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 7 April 2012 pukul
14.00 WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Subyektif
pasien mengatakan batuk berdahak. Obyektif tampak ada sputum yang keluar
warna putih konsistensi cair, pernapasan klien 26 kali per menit. Asessment
masalah teratasi sebagian, Planning intervensi dilanjutkan dengan ajarkan batuk
efektif, berikan oksigen 3 liter per menit, kolaborasi dengan dokter pemberian
terapi nebulizer combivent 2 kali sehari 10 ml.

BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S Dengan Efusi Pleura di Ruang
Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Prinsip dari pembahasan
ini dengan memfokuskan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam asuhan
keperawatan.
Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parental, adalah proses penyakit
primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain secara normal ruang pleura mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Smeltzer & Barre, 2002)
Efusi pleura merupakan adanya cairan di rongga pleura, dapat bersifat
eksudat atau transudat. Efusi pleura yang transudat disebut hidrotoraks akibat
gagal jantung kongestif mungkin merupakan penyebab tersering adanya
cairan

rongga

pleura.

Eksudat

yang ditandai

dengan

sel

radang,

mengisyaratkan pleuritis. Dan penyebabnya invasi mikroba melalui perluasan


langsung infeksi paru atau hematogen, kanker (karsinoma bronkogenik,
metastasis neoplasma ke paru atau permukaan pleura infark paru, pleuritis
paru. (Robbins, 2007:567)

17

18

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan


dalam rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat. Transudat terjadi
peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal ginjal kongesti.
Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran
cairan dalam pembuluh darah. Dan penimbunan eksudat disebabkan oleh
peningkatan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permeabilitas
kapiler atau gangguan absorsi getah bening. Pleura cenderung tertimbun pada
dasar paru akibat gaya gravitasi. (Sylvia A. Price, 2005: 779)
Pasien dengan efusi pleura di dalam rongga pleura terdapat kurang
lebih 5 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura
parientalis dan viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parientalis
karena adanya tekanan hidrotastik, tekanan koloid, dan daya tarik elatis.
Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga
pasase cairan di sini mencapai satu liter seharian. Terkumpulnya cairan di
rongga pleura disebut efusi pleura. Ini terjadi bila keseimbangan antara
produksi dan absorbsi terganggu. Misalnya pada hyperemia akibat inflamasi.
Perubahan tekanan osmotic (hipoalbumin). Peningkatan tekanan vena (gagal
jantung). Atas dasar kejadiannya, efusi pleura dapat dibedakan atas transudat
dan eksudat pleura. Transudat, misalnya terjadi gagal jantung karena
bendungan vena disertai peningkatan hidrostatik, dan pada sirosis hepatis
karena tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat disebabkan antara lain
oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga

19

kaya akan protein dan berat jenis tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak
sel darah putih. Sebaliknya, transudat kadar protein rendah sekali atau nihil
sehingga berat jenisnya rendah. Pada efusi transudat (protein <30 gr/l; b.d.
<1015). Efusi eksudat (protein >30 gr/l b.d. >1015). (Syamsuhidayat, 2004:
414 - 415)
Tanda gejala pasien efusi pleura yang sedikit biasanya asimtomatik,
sementara efusi pleura yang banyak menimbulkan dispnea, khususnya bila
ada penyakit kardiopulmonal yang mendasari. Nyeri dada pleuritik dan batuk
kering dapat terjadi, cairan pleura yang berhubungan adanya nyeri dada
biasaya eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200 300
ml. Tanda-tanda yang sesuai efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan
fremitus, redup pada perkusi, dan berkurang suara nafas. Pada efusi yang luas
yang menekan paru, aksentuasi suara nafas dan egofoni ditemukan tepat
diatas batas efusi. Adanya friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura
masif dengan tekanan intrapleural yang meninggi dapat menyebabkan
pergeseran trakea ke arah kontralateral dan pendataran spatium interkostal.
(Tierney, Lawrence M. Jr, 2002 : 186). Selain itu pada penyakit efusi pleura
ditemukan tanda gejala : dispnea bervariasi, nyeri pleuritik biasanya
mendahului efusi jika penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi sisi yang
mengalami efusi, ruang intercosta menonjol pada efusi yang berat, pergerakan
dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, egofoni di atas paru
yang tertekan dekat efusi, suara nafas berkurang di atas efusi pleura, vocal
fremitus dan raba berkurang. (Sylvia A. Price, 2005: 779)

20

Dalam teori ini permasalahan utama pada pasien efusi pleura adalah
pola nafas, tetapi dalam kasus ini penulis lebih memprioritaskan bersihan
jalan nafas karena berdasarkan keluhan utamanya pasien merasakan batuk
yang sangat mengganggu sampai sputum berwarna kuning keputihan
kosistensi kental sampai dada seseg. Dan bersihan jalan nafas sangat berat
karena berupa penumpukan cairan di rongga pleura dan harus segera diatasi
bila tidak segera dikeluarkan akan semakin banyak terjadi penumpukan di
rongga pleura sehingga oksigen yang masuk ke paru akan terganggu sehingga
ekspansi paru kurang maksimal. Pada dasarnya bersihan jalan nafas adalah
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran
pernapasan untuk memepertahankan jalan nafas. (Judith, M Wilkinson, 2006 :
16 20). Maka kebutuhan oksigenasi harus terpenuhi dan bersihan jalan
nafas harus segara teratasi dan Tn. S bisa bernafas secara normal tidak seseg
lagi, sputum dapat keluar atau bisa melakukan mengeluarkan sekresi secara
optimal melalui batuk efektif, tidak menggunakan alat bantu pernapasan, serta
pernapasan kembali normal.
Dengan ditegakkan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan mukus dalam jumlah yang berlebih. (Nanda, 2011)
Penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi bersihan jalan nafas Dengan
intervensi observasi keadaan umum pasien dengan rasional, untuk
mengetahui kondisi umum pasien. Mengobservasi pola fungsi pernapasan,
dengan rasional untuk mengetahui adanya seseg atau tidak. Karakteristik
batuk dan sputum dengan rasional untuk mengetahui bakteri yang ada

21

didalamnya atau mengidentifikasi patogen. Berikan oksigen sesuai indikasi,


dengan rasional untuk pemenuhan suplay oksigen dalam tubuh.

Berikan

posisi postural drainase dengan rasional untuk mengeluarkan secret dari


segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Ajarkan batuk efektif
dengan rasional untuk mengeluarkan sekresi secara efektif. Kolaborasi
dengan tim dokter pemberian nebulizer dengan rasional untuk mengencerkan
dahak dalam tubuh. Kolaborasi pemasangan water seal drainase dengan
rasional untuk mengeluarkan cairan udara patologis dari rongga pleura
sehingga fungsi dan anatomi paru dapat kembali seperti semula dengan
segera.
Pada kasus ini Tn.S lebih condong atau mengarah ke efusi pleura
eksudatif karena pada penyakit Tn.S terjadi batuk batuk, dan keluar sputum
warna kuning keputihan. Batuk sendiri adalah mekanisme fisiologis untuk
membersihkan sekresi yang berlebih dan melindungi saluran pernapasan dari
makanan atau benda asing yang masuk ke saluran pernapasan, dan merupakan
gejala penyakit pernapasan yang paling sering, batuk yang menetap selama
lebih dari 3 minggu ditandai dengan sputum yang produktif maupun tidak
produktif dan dapat diindikasikan. Sputum berwarna kuning atau hijau
adanya leukosit yang banyak dan supuratif yang menyerang saluran
pernapasan atau paremkim paru seperti bronchitis akut atau kronik atau
pnuemonia. (Sylvia A. Price, 2005: 780). Pada pemeriksaan mikroskopik dan
sitologi jika didapatkan sel darah putih sebanyak > 1000 /mL, hal ini
mengarah ke eksudatif, Jika sel darah putih > 2000 /mL keadaan ini

22

menunjukkan empiema. Neutrofil menunjukkan kemungkinan adanya


pneumonia, infark paru, tubercolosis fase awal, atau pancreatitis, limfosit
dalam jumlah banyak mengarah kepada tuberkulosis, limfoma atau
keganasan, jika ada torakosintesis didapatkan banyak eosinofil, tubercolosis
disingkirkan. (Darmanto Djojodibroto, 2009).
Untuk dapat ditegakkan penyakit efusi pleura bisa dilakukan dengan
cara anamnesa yang baik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi, dan
pemeriksaan laboratorium atas cairan torakosintesis. Cairan di rongga pleura
dapat menyebabkan sesak nafas dan kemampuan fisik yang menurun
bergantung pada jumlah cairan serta kecepatan timbulnya cairan, makin
banyak cairan, makin jelas sesaknya, makin cepat terbentuknya cairan, makin
cepat dan jelas pula timbulnya keluhan. Bila pada penderita yang diperiksa
dalam sikap tegak ditemukan cairan atau atau pada gambaran radiologi
lengkung diafragma hilang. Biasanya berjumlah sekurang-kurangnya 300 ml.
Cairan efusi pleura diperiksa untuk menentukan berat jenis, kadar protein,
kadar glukosa, dan gambaran sitologinya. (Syamsuhidayat, 2004:415)
Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, pemeriksan fisik,
dan torakkosintesis. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan
gram, basil tahan asam (untuk tubercolosis). Hitung sel darah merah dan
darah putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktak dehigronase
[LDH], protein), analisis sitologi untuk sel-sel maligna dan pH. Biopsy pleura
mugkin juga bisa dilakukan. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan,

23

untuk

mendapatkan

spesimen

guna

keperluan

analisis

dan

untuk

menghilangkan dispnea. (Smeltzer & Barre, 2002).


Dalam penulisan ini penulis mengalami kesulitan dalam mencari
referensi

untuk penulisan karya tulis, tetapi dengan kesungguhan dan

motivasi demi tercapainya penulisan karya tulis, penulis mampu mendapat


referensi yang dapat membantu dan mendukung dalam penulisan karya tulis
ilmiah, serta kami tidak dapat melaksanakan semua tindakan di intervensi
karena keterbatasan waktu.
Penulisan berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi
lebih lanjut kepada pihak tenaga medis yang lain ataupun tenaga medis yang
lainnya sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit efusi
pleura. Walaupun dalam penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak
kekurangan, mendapatkan masukan dari pihak tenaga kerja medis lainya agar
lebih menjadi sempurna serta di jadikan acuan penulis jadi proses
pembelajaran serta mampu meningkatkan tingkat asuhan keperawatan yang
lebih berkualitas, memberikan tingkat pelayanan keperawatan yang bermutu.

B. Simpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan
diagnosa,

perencanaan,

implemantasi,

dan

evaluasi

tentang

Asuhan

Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S dengan Efusi


Pleura di Ruang Bougenvil Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta secara
metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan.

24

Hasil pengkajian pada Tn. S dengan Efusi pleura adalah keluhan


utamanya pasien merasakan batuk yang sangat mengganggu sampai sputum
berwarna kuning keputihan kosistensi kental sampai dada seseg. Akibatkan
oleh penumpukan cairan di rongga pleura.
Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan Efusi
Pleura adalah bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah
yang berlebih.
Hasil perencanaan keperawatan asuhan keperawatan pada Tn. S
Dengan intervensi observasi keadaan umum pasien dengan rasional, untuk
mengetahui kondisi pasien. Mengobservasi pola fungsi pernapasan, dengan
rasional untuk mengetahui adanya seseg atau tidak. Mengobservasi
karateristik batuk dan sputum dengan rasional untuk mengetahui bakteri yang
ada didalamnya atau mengidentifikasi patogen. Ajarkan batuk efektif dengan
rasional untuk mengeluarkan sekresi secara efektif. Berikan oksigen sesuai
indikasi, dengan rasional untuk pemenuhan suplay oksigen dalam tubuh
mengurangi sesak. Berikan posisi postural drainase dengan rasional untuk
mengeluarkan secret dari segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Kolaborasi dengan tim dokter pemberian nebulizer dengan rasional untuk
mengencerkan dahak dalam tubuh. Kolaborasi pemasangan water seal
drainase dengan rasional untuk mengeluarkan cairan udara patologis dari
rongga pleura sehingga fungsi dan anatomi paru dapat kembali seperti semula
dengan segera.

25

Hasil implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. S dengan


Efusi Pleura adalah sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan keperawatan,
tindakan keperawatan dilakukan modifikasi sesuai kondisi pasien

tanpa

meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan.


Hasil evaluasi keperawatan pada Tn. S dengan Efusi Pleura adalah
menunjukan sedikit perbaikan respirasi dan peningkatan kesehatan pasien.
Hasil analisa asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Efusi Pleura adalah
teratasi sebagian karena mengalami peningkatan ventilasi yang menuju
perbaikan dari penyakitnya.

C. Saran
1. Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan dapat memberikan
pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antar
tenaga kesehatan dan pasien yang ditunjukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang optimal.
2. Profesi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang selanjutnya
mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada pasien Efusi
Pleura yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan kaidah dalam konsep
keperawatan.

26

3. Penulis
Mampu meningkatkan tingkat asuhan keperawatan yang lebih berkualitas,
memberikan tingkat pelayanan keperawatan yang memperhatikan isu dan
etika

yang

sedang

berkembang

dengan

memodifikasi

keperawatan tanpa meninggalkan konsep dan etika keperawatan.

tindakan

DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Tatik (2003) Karakteristik Dan Penyebab Efusi Pleura Pada Penderita
Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Karyadi Semarang
Official URL: http://www.fkm.undip.ac.id R Medicine RA Public aspects of
medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicin, di akses
tanggal 11 April 2012.

B. Heidari, dkk, 2005, Efusi Pleura Eksudatif: Efektivitas Analisis Cairan Pleura
Dan Biopsi Pleura, Health Journal WHO. Diakses tangal 11 April 2012.

Corwin, Elisabeth J, (2009), Buku Saku Patofisiologi, Edisi, 3, Alih Bahasa, Nike
Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Dr, R, Darmanto Djojodibroto Sp, P, FCCP, (2009), Respirologi (Respiratory


Medicine), Editor Penyelaras dr Teungku Istia Mada Perkan, dkk, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul, (2004), Buku Saku Pratikulum Kebutuhan Dasar Manusia,
editor Monica Ester, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mubarak, Wahit, Iqbal, (2007), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori Dan
Aplikasi Dalam Praktik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

NANDA, Internasional, (2010), Diangnosa Keperawatan Definii Dan Klasifikasi


2009 2010, Penerjemah Made Surawarti, dkk, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, (2005), Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi, 6,
Alih Bahasa, Brahm U. Pendit, Editor Bahasa Indonesia, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Robbins, (2007) Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Vol. 2. EGC, Jakarta.

Rufaidah, 2005, Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, www.usu.ac.id. Vol 1,


Universitas Sumatra Selatan.

Sjamsuhidayat. R, Jong, Wim De, (2004), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sloane, Ethel, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula, Alih Bahasa Indonesia James
Veldman, Editor Bahasa Indonesia, Cetakan Ke 1, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzane C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner &


Suddarth / editor, Suzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; Alih Bahasa Agung
Waluyo [Et. Al] ; Editor Bahasa Indonesia, Monica Ester, Ellen Pangabean,
Edisi 8, EGC, Jakarta

Tierney, Kawrence M, Jr, (2002), Diagnosis Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit


Dalam, Edisi 1, Penerjemah Dr. Abdul Gofur, Sp.S, dkk, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta.

Willkinson, Judith (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC
Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. EGC, Jakarta.


Anda mungkin juga menyukai