Anda di halaman 1dari 23

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pangan merupakan bahan yang memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda.
Kandungan gizi yang ada pada bahan pangan berpengaruh pada kualitas bahan tersebut.
Kandungan gizi yang ada pada bahan pangan adalah protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan lain sebagainya. Karbohidrat merupakan sumber kalori bagi setiap tubuh.
Karbohidrat adalah senyawa yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang
terdapat di alam. Karbohidrat memiliki struktur yang sederhana hingga stuktur yang
komplek. Strktur yang sederhana dari karbohidrat adalah monosakarida dan disakarida.
Selain itu karbohidrat memilik struktur yang rantainya lebih pendek dari polisakarida
yaitu oligosakarida yang terdiri dari stakiosa, rafinosa, fruktooligosakarida, dan
galaktooligosakarida. Sedangkan struktur yang paling komplek adalah polisakarida
yang terdiri dari pati, selulosa, glikogen dan hemiselulosa. Kelompok karbohidrat
berdasarkan kemampuan untuk dicerna oleh tubuh terdiri dari karbohidrat dapat dicerna
adalah (monosakarida, disakarida, dekstrin dan pati. Sedangkan karbohidrat yang tidak
dapat dicerna adalah serat dan hemiselulosa.
Karbohidrat dalam bahan pangan dapat diketahui dengan cara menganalisis kadar
karbohidrat pada bahan pangan tersebut. Untuk menganalisis karbohidrat total dapat
menggunakan metode by different, anthrone, dan fenol. Sedangkan untuk menganalisis
gula reduksi menggunakan metode Nelson-Somogyi. Metode ini didasarkan pada reaksi
reduksi perekasi tembaga sulfat oleh gula-gula pereduksi. Perhitungan kandungan gula
pereduksi pada sampel dapat menggunakan kurva standart (hubungan antara konsentrasi
gula standar dengan absorbans) serta memperhitungkan pengenceran yang dilakukan.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode Nelson-Somogyi dengan
prinsip analisis metode oksidasi dengan kupri berdasarkan pada peristiwa tereduksinya
kuprioksida menjadi kuprooksida karena adanya gula reduksi. Penentuan gula reduksi
cara Nelson-Somogyi, yang direduksi adalah jumlah endapan kuprooksida yang
bereaksi dengan arsenomolybdat yang akan mereduksi menjadi molybdine blue, warna
biru yang terjadi diukur absorbansinya.
Maka dari itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui kadar karbohidrat
pada bahan pangan dengan menggunakan metode Nelson-Somogyi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara penentuan gula reduksi bahan pangan dan hasil
pertanian
2. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel yang akan dianalisa (homogenisasi)
3. Untuk mengetahui cara ekstraksi gula reduksi didalam preparasi sampel bahan
pangan dan hasil pertanian yang akan dianalisis kadar gula reduksinya.

BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA

2.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan
1. Pepaya (Carica papaya L.)
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Buah pepaya
tergolong buah yang popular dan digemari oleh hampir seluruh penduduk penghuni
bumi ini. Batang, daun, dan buah pepaya muda mengandung getah berwarna putih.
Getah ini mengandung suatu enzim pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut
papain (Kalie, 1999).
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya ( Carica papaya L )
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan )
Divisio : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisio : Angiospermae ( berbiji tertutup )
Class : Dicotyledonae ( biji berkeping dua )
Ordo : Caricales Familia : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica papaya L. (Sumber: Hutapea, 1991)
Tabel 1. komposisi gizi buah pepaya masak dan pepaya muda per 100 gram
Zat gizi
Pepaya buah masak
Energi (kkal)
46
Protein (g)
0,5
Lemak (g)
0
Karbohidrat (g)
12,2
Kalsium (mg)
23
Fosfor (mg)
12
Besi (mg)
1,7
Vitamin A (SI)
365
Vitamin B1 (mg)
0,04
Vitamin C (mg)
78
Air (g)
86,7
(Sumber : Direktorat Gizi Depkes, 1992)

Pepaya buah muda


26
2,1
0,1
4,9
50
16
0,4
50
0,02
19
92,3

Selain gizinya yang tinggi, pepaya adalah buah yang memiliki kandungan tinggi
antioksidan. Ini termasuk vitamin C, flavonoid, folat, vitamin A, mineral, magnesium,
vitamin E, kalium, serat dan vitamin B. Antioksidan memerangi radikal bebas dalam

tubuh dan menjaga kesehatan sistem kardiovaskular dan memberikan perlindungan


terhadap kanker usus besar (Superkunam,2010).
Pepaya merupakan sumber antioksidan yang sangat baik, buah pepaya
membantu mencegah oksidasi kolesterol dalam hati. Kolesterol tinggi dapat
menyebabkan serangan jantung dan stroke. Ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi
buah pepaya secara teratur. Selain itu pepaya juga sarat akan serat yang kemudian dapat
membantu menurunkan kadar kolesterol dalam hati. Asam folat yang ditemukan dalam
pepaya menghilangkan zat-zat berbahaya yang dapat merusak dinding pembuluh darah
dan menyebabkan serangan jantung. Salah satu manfaat buah pepaya lainnya yaitu
sebagai pencegahan penyakit jantung, dan diabetes (Superkunam,2010).
2. Pisang
Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang mempunyai prospek yang
cukup cerah, dimana setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Tanaman pisang
dapat hidup dengan baik di daerah yang mempunyai iklim tropis sampai ketinggian
1000 meter diatas permukaan laut. Pada keadaan kering pun masih bisa hidup, ini
hubungannya dengan batangnya yang mengandung air (Sumartono, 1981).
Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai
berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L. (Tjitrosoepomo, 2000).
Manfaat pisang bagi kesehatan cukup potensial karena buah pisang mengandung
makanan yang bergizi lengkap. Menurut ilmuwan dari Universitas Johns Hopkins di
Amerika Serikat bahwa potasium (kalsium) dalam pisang sangat membantu
memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam tubuh, sehingga akan cepat
menurunkan tekanan darah (Mulyanti, 2005).
Tabel 2. Kandungan Gizi Buah Pisang, per 100 gram
Bahan senyawa
Air (gram)
Energi (K)

Kompetensi
75
88

Karbohidrat (gram)
Protein (gram)
Lemak (gram)
Ca (mg)
P (mg)
Fe (mg)
Vitamin A
Vitamin B-1
Vitamin C (mg)
(Sumber: mulyanti, 2005)
2.2.2

23
1,2
0,2
8
28
0,6
439
0,04
78

Bahan Kimia
1. Arsenomolybdat
Penambahan reagen Arsenomolybdat bertujuan agar bisa bereaksi dengan

endapankuprooksida. Pada peristiwa ini kuprooksida akan mereduksi kembali


arsenomolibdat menjadi molibdenum yang berwarna biru. Warna biru tersebut nantinya
akan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer (Mudanifah & Susanto dalam
Razak dkk, 2012). Arsenomolybdat mengandung amonium molibdat, H 2SO4,
Na2H2SO4.7H2O. Cara pembuatannya yaitu sebagai berikut:
1) Dilarutkan 25 g Ammonium molybdat dalam 450 ml akuadest dan ditambahkan 25
ml asam sulfat pekat.
2) Dilarutkan pada tempat yang lain 3 g Na2HASO4 7 H2O dalam 25 ml akuades.
3) Larutan kedua dituangkan kedalam larutan yang pertama, dan disimpan dalam botol
berwarna cokelat.
4) Selanjutnya diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam (hingga larutan berwarna
kuning)
2. Larutan Nelson-Somogy
Reagen Nelson berfungsi sebagai oksidator antara kuprooksida yang bereaksi
dengan gula pereduksi membentuk endapan merah bata, Kalium Na-Tartrat yang
terkandung dalam reagen Nelson berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan
kuprioksida. Dengan membandingkannya terhadap larutan standar, konsentrasi gula
dalam sampel dapat ditentukan (Lang dalam Razak dkk, 2012).
- Larutan Nelson A
Dilarutkan 12,5 g natrium karbonat anhidrat 12,5 kalium natrium tatrat, 10 g natrium
bikarbonat, dan 100 g natrium sulfat anhidrat dalam 350 ml akuadest. Kemudian
diencerkan sampai 500 ml

- Larutan Nelson B
Dilarutkan 7,5 g CuSO4 5 H2O dalam 50 ml akuades dan ditambahkan 1 tetes H2SO4
(pekat).
Pereaksi Nelson dibuat dengan cara mencampurkan 25 ml bagian larutan Nelson
A dan 1 ml bagian larutan Nelson B. Pencampuran dilakukan pada setiap hari akan
digunakan (Ermaiza, 2009).
3. BaOH
Ba(OH)2 merupakan salah satu jenis basa kuat. Basa kuat adalah jenis senyawa
sederhana yang dapat mendeprotonasi asam sangat lemah di dalam reaksi asam basa.
Barium hidroksida juga bisa didefinisikan sebagai kristal monoklinik yang tidak
berwarna, meleleh pada suhu 78 C, larut dalam air, tidak larut dalam aseton, serta
digunakan untuk penyabunan lemak dan peleburan silikat. Cara mempersiapkan
Ba(OH)2 0,3 N adalah larutkan 47,295 g Ba(OH) 2 . 8 H2O dengan aquades dalam labu
ukur dan tera hingga volume akhirnya menjadi 1000 mL. Larutan ini harus
distandarisasi terhadap larutan ZnSO4 5% dengan cara mentitrasinya dengan indikator
fenolftalein. Sebanyak 10 mL larutan ZnSO4 5% diencerkan dengan 100 mL aquades,
lalu tambahkan satu tetes fenolftalein dalam erlenmeyer 250 mL, dan titrasi dengan
larutan Ba(OH)2 0,3 N harus tepat 10 mL, bila tidak, maka sempurnakan agar dapat
tepat 10 mL dan titrasi ulang(Firmansyah, 2014).
4.

ZnSO4

ZnSO4 merupakan senyawa kristal berwarna putih. Cara mempersiapkan ZnSO4


5% adalah larutkan 50 g ZnSO4 . 7 H2O dengan aquades dalam labu ukur dan tera
hingga volume akhirnya menjadi 1000 mL (Firmansyah, 2014).
5. Glukosa Anhidrat
Larutan glukosa standar adalah larutan glukosa murni. Pembuatan glukosa
standar adalah larutkan 1.25 gram glukosa anhidrit sampai 500 ml.
6.

CaCO3

Kalsium karbonat adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaCO 3. Ini adalah
zat yang umum ditemukan di batuan di semua bagian dunia, dan merupakan komponen
utama dari cangkang organism laut, siput, mutiara, dan kulit telur. Kalsium karbonat
adalah bahan aktif dalam kapur pertanian, dan biasanya merupakan penyebab utama air
keras, Hal ini biasanya digunakan secara medis sebagai kalsium suplemen atau sebagai

antisida, namun konsumsi yang berlebihan dapat membahayakan. Kalsium karbonat bila
dipanaskan akan pecah dan menjadi serbuk remah yang lunak yang dinamakan calsium
oksida (CaO).Sifat kimia kalsium karbonat adalah sedikit larut dalam air. Kemudian
untuk sifat fisikanya adalah sebagai beikut: Rumus molekul: CaCO3, Berat moleku:
100,09 gr/mol, Berbentuk serbuk putih, Berat jenis : 2,8 gr/cm3, Melting point: 825 C
Pembuatan kalsium karbonat dapat dilakukan dengan cara mengeringkan
Ca(OH)2 hingga molekul H2O dilepaskan ke udara sedangkan molekul CO 2 diserap dari
udara sekitar sehingga Ca(OH)2 dapat berubah kembali menjadi CaCO3. Reaksinya
Pepaya atau pisang
dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Ca(OH)2 + CO2 --> CaCO3 + H2O
Secara kimia, sama saja dengan bahan mentahnya, namun kalsium karbonat yang
Penimbangan 5 gram
terbentuk kembali tampak berbeda dari CaCO3yang semula sebelum bereaksi, karena
kalsium karbonat yang terbentuk
kembali tidak terbentuk dalam tekanan yang tinggi di
Penghalusan
dalam bumi (Purwoko dan Pramudyanti, 2004).
Pengenceran
3 kali dengan aquades 75 ml @25 ml
7. Aquades
Aquadest adalah air hasil destilasi atau penyulingan, sehingga hanya terdiri dari
H2O saja (air murni) (Sukarsono, 2008).
Stirer
Filtrasi
2.2 Persiapan Bahan

residu

Filtrat

Penambahan CaCO3

Pemanasan 20 menit
Pendinginan
Penambahan BaOH dan ZnSO4

Filtrasi
Filtrat

Peneraan 100 ml

residu

Gambar 1. Diagram alir preparasi bahan


Perlakuan pertama saat preparasi bahan untuk analisis karbohidrat adalah bahan
yang berupa pepaya dan pisang dilakukan penimbagan sebanyak 5 gram yang fungsinya
untuk mengetahui berat sampel awal. Setelah itu dihaluskan dengan mortar yang
fungsinya untuk mempermudah mendapatkan ekstrak gula pada sampel. Perlakuan
selanjutnya adalah diencerkan sebanyak 3 kali dengan aquades 75 ml. Setiap kali
pengenceran menggunakan 25 ml aquades. Pengenceran dilakukan untuk mengekstrak
gula pada sampel. Setelah itu distirer yang fungsinya untuk mempermudah proses
filtrasi. Setelah distirer, kemudian difiltrasi dengan menggunakan kertas saring yang
akan memisahkan residu dengan filtrat. Filtrat yang dihasilkan tersebut ditambahkan
CaCO3 yang fungsinya untuk meningkatkan pH bahan. Setelah itu, dilakukan
pemanasan selama 20 menit yang fungsinya untuk menghidrolisis emzim penghidrolisis
glukosa. Proses selanjutnya adalah didinginkan yang bertujuan untuk menurunkan suhu

setelah pemanasan. Kemudian perlakuan selanjutnya adalah melakukan penambahan


BaOH dan ZnSO4. Penambahan BaOH fungsinya untuk menetralkan larutan dan
penambahan ZnSO4 fungsinya menjernihkan glukosa pada sampel. Setelah itu difiltrasi
kembali yang fungsinya untuk memisahkan residu dengan filtrat. Filtrat yang dihasilkan
kemudian ditera 100 ml ang fungsinya untuk memperkecil konsentrasi larutan bahan.

10 ml sampel

Sampel 0,1 ml

Sampel 0,25 ml

Penambahan larutan Nelson Somogy 1 ml

vortex
2.3 Prosedur Analisa

Pemanasan 30 menit
Pendinginan

Penambahan larutan arsenomolybdat 1 ml

vortex
Penambahan aquades hingga 100 ml

vortex
Pengukuran absorban (spektrofotometer)

Gambar 2. Diagram alir analisis Kadar Karbohidrat


Perlakuan pertama yang harus dilakukan saat proses analisis karbohidrat adalah
sampel yang telah dilakukan preparasi bahan diambil 10 ml kemudian di bagi menjadi
sampel 0,1 ml dan sampel 0,25 ml yang fungsinya untuk menganalisis gula dalam bahan
dengan konsentrasi berbeda. Setelah itu ditambahkan larutan nelson somogy yang
fungsinya untuk mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida karena adanay gula
reduksi. Proses selanjutnya adalah divortex yang bertujuan untuk menghomogenisasi
larutan. Setelah larutan divortek, kemudian dipanaskan 30 menit yang fungsinya untuk
mempercepat proses reduksi. Tahapan selanjutnya adalah pendinginan yang fungsinya
untuk menurunkan suhu setalh proses pemanasan. Setelah larutan dingin, kemudian
ditambahkan larutan arsenomolybdat 1 ml yang bertujuan supaya dapat bereaksi dengan
kuprooksida dan menjadi methylen blue. Setelah itu divortex kembali untuk
menghomogenisasi laturan arsenomolybdat dengan larutan sampel dan nelson somogy.
Perlakuan selajutnya adalah menambahkan aquades hingga 100 ml yang fungsinya
untuk mempermudah proses pengukuran larutan. Kemudian divortex kembali yang

fungsinya untuk menghomogenkan lautan dengan aquades. Perlakuan yang terakhir


adalah melakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer yang
berfungsinya untuk mengetahui nilai absorbansi larutan pada sampel.

Glukosa anhidrat
(0; 0,1;0,25; 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 1,75 ml)

Penambahan larutan Nelson Somogy 1 ml

vortex
Pemanasan 20 menit
Pendinginan
Penambahan larutan Arsenomolybdat 1 ml

vortex
Penambahan aquades hingga 100 ml

vortex
Pengukuran absorban (spektrofotometer)

Gambar 3. Pembuatan Kurva Standart


Perlakuan pertama yang harus dilakukan saat pembautan kurva standart adalah
melakukan penambahan larutan neslson somogy sebanyak 1 ml pada glukosa anhidrat
berfungsi untuk mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida. Setelah itu divortex yang
bertujuan untuk menghomogenisasi glukosa anhidrat dengan larutan neslson somogy.
Perlakuan selanjutnya adalah larutan dipanaskan selama 20 menit yang fungsinya untuk
mempercepat produksi reduksi. Setelah dipanaskan, kemudian didinginkan yang
bertujuan untuk menurunkan suhu larutan. Setelah dingin, kemudian ditambahkan
larutan arsenomolybdat 1 ml yang fungsinya supaya dapat bereaksi dengan kuprooksida
dan menjadi methylen blue. Proses selanjutnya yaitu, lautan divortex uang fungsinya
untuk menghomogenisasi larutan tersebut. Setelah itu ditambahkan aquades hingga 100
ml yang fungsinya untuk mempermudah pengukuran larutan tersebut. Tahapan
selanjutnya adalah larutan divortex kembali. Perlakuan yang terakhir adalah mengukur
absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer yang berfungsi untuk mengetahui
nilai absorbansi pada sampel.

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil pengamatan kadar karbohidrat pada pisang
Bahan

Persamaan

Cuplika
n (ml)

Ulangan

Absorba
n (y)

Konsentras
i (x) (mg)

1
2
1
2

0.3550
0.5230
0.703
1.165

0.0295
0.0442
0.0598
0.1000

0.5860

0.0496

0,1
Pisang 1

Pisang 2

0,25
Rata-Rata
SD
RSD
0,1

Kandungan
gula
pereduksi
(%)
0.5909
0.8831
0.9926
1.7699
1,0591
0,5033
47,52
0.9926

2
1
2

0,25

0.4970
1.891
1.033

0.0885
0.1631
0.0885

Rata-rata
SD
RSD

1.7699
3.2620
1.7699
1,9486
0,9492
48,71

Tabel 3. Hasil pengamatan kadar karbohidrat pada pepaya


Persamaa
n

Bahan

Cuplikan
(ml)

Ulangan

0,1
Pepaya 1

0,25
Rata-Rata
SD
RSD
0,1

Pepaya 2

0,25

Absorban Konsentrasi
(y)
(x) (mg)

1
2
1
2

0.468
0.778
0.644
0.504

0.0394
0.0663
0.0547
0.0425

1
2
1
2

0.298
0.29
0.392
0.487

0.0246
0.0239
0.0328
0.0410

Rata-rata
SD
RSD
CARA PERHITUNGAN
BAHAN : PISANG
Ulangan 1
1. y = 11.50x + 0.015
0.355 = 11.5x + 0.015
x=

0.3550.015
11.5

= 0.029565217 mg

Kandungan gula pereduksi

x x V total
V analisa x berat sampel

x 100

0.029565217 mg x 10 ml
0.1 ml x 5 g

x 100

0.29565217 mg. ml
0.5 g .ml

x 100

= 0.59130434 g/100 g sampel

Kandungan
gula
pereduksi
(%)
0.7874
1.3265
1.0935
0.8500
1,0144
0,2465
24,30
0.4918
0.4779
0.6552
0.8205
0,6114
0,1610
26,34

2. y = 11.50x + 0.015
0.523 = 11.5x + 0.015
x

0.5230.015
11.5

= 0.04417391
Kandungan gula pereduksi

x x V total
V analisa x berat sampel

0.04417391mg x 10 ml
0.1 ml x 5 g

0.4417391mg . ml
0.5 g . ml

x 100
x 100

x 100

= 0.8834782 g/100 g sampel


Rata-rata(x) =

0.355+ 0.523
2

= 0.439

Standar Deviasi

(XiX )
n1

(0.3550.439)2 +( 0.5230.439)2
21

0.007056+ 0.007056
1

0.014112

= 0,11879394
RSD

SD
Ratarata

x 100

0.11879394
0.439

x 100

= 27.060123
BAHAN : PEPAYA
Ulangan 1
1. y = 11.50x + 0.015
0.468 = 11.5x + 0.015
x=

0.4680.015
11.5

= 0.039391304 mg

Kandungan gula pereduksi

x x V total
V analisa x berat sampel

x 100

0.039391304 mg x 10 ml
0.1 ml x 5 g

x 100

0.39391304 mg. ml
0.5 g . ml

x 100

= 0.787826087 g/100 g sampel


2. y = 11.50x + 0.015
0.778 = 11.5x + 0.015
x

0.7780.015
11.5

= 0.06634783 mg
Kandungan gula pereduksi

x x V total
V analisa x berat sampel

0.06634783mg x 10 ml
0.1 ml x 5 g

0.06634783mg . ml
0.5 g .ml

x 100
x 100

x 100

= 1.3269566 g/100 g sampel


Rata-rata(x) =

0.468+ 0.778
2

= 0.623

Standar Deviasi

(XiX )
n1

(0.4680.623)2 +(0.4680.623)2
21

0.04805

0.024025+ 0.024025
1

= 0.2192031
RSD

SD
Ratarata

x 100

0.2192031
0.623

x 100

= 35.185088
3.2 Pembahasan

absorbansi
2.5
2

f(x) = 11.5x + 0.02


R = 1

1.5

absorbansi
Linear (absorbansi)

1
0.5
0
0

0.05

0.1

0.15

0.2

Metode

yang digunakan untuk analisis kadar karbohidrat pada prktikum kali ini adalah metode
nelson somogy untuk analisis gula reduksi. Bahan yang digunakan untuk analisis kadar
air adalah pepaya dan pisang. Berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan dapat
diketahui kurva standart yang dapat digunakan untuk memperoleh gula reduksi dari
bahan-bah tersebut.

Gambar 4. Grafik kurva standart


60
48.71
47.52

50
40
30

Pisang 0.1

20

Pisang 0.25

10
0

1.061.95

0.5 1.95

Rata-rata

SD

RSD

Kurva

standart tersebut menunjukkan hubungan antara sumbu Y sebagai nilai absorbansi dan
X sebagai nilai konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin
tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan kandungan gula reduksi
yang ada pada glukosa. Nilai R2 menunjukkan mendekati 1, maka hal ini menunjukkan
bahwa hasil kurva standar glukosa telah standar.

Tabel 4. Hasil pengamatan kadar karbohidrat pada pisang


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pisang 1 memiliki rata-rata
kandungan gula pereduksi sebesar 1,0591 dengan konsebrasi cuplikan 0,1 dan pada
pisang dengan konsentrasi cuplikan 0,25 sebesar 1,9486. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa pisang dengan konsentrai cuplikan 0,25 memiliki nilai rata-rata
kandungan gula pereduksi lebih besar. Hal tersebut terjadi karena pengaruh dari
konsentrasi sehingga nilai konsentrasi yang diperoleh juga berpengaruh pada nilai
absorbansi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Puspitasari (2014) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai konsentrasi yang dihasilkan maka absorbansi yang
dihasilkan semakin tinggi.

Berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan dapat diketahui nilai SD


dari pisang dengan konsentrasi 0,1 adalah 0,5033 dan 1,9486 pada pisang dengan
konsentrasi cuplikan 0,25. Berdasarkan data tersebut pisang dengan konsentrasi
cuplikan 0,1 memiliki data kandungan gula pereduksi yang teliti dan tepat. Hal tersebut
terjadi karena diperoleh nilai SD yang kurang dari 1. Sedangkan pada pisang yang
berkonsentrasi 0,25 memiliki nilai SD lebih dari 1. Sehingga data tersebut memiliki
ketepatan dan ketelitiann yang rendah. Hal tersebut terjadi karena adanya kesalahan
prosedur analisis. Kesalahan tersebut adalah saat membaca meniskus pada alat
pengukur volume. Sehingga berpengaruh pada data yang dihasilkan. Menurut SNI-012891-1992 menyatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam pembacaan alat
pengukur volume: meniskus dan ketelitian.
Berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan dapat diketahui nilai RSD
pada pisang dengan konsentrai 0,1 adalah 47,52 dan 48,71 pada pisang dengan
konsentrai 0,25. Berdasarkan data tersebut dapat diketaui bahwa terjadi perbedaan nilai
dengan nilai yang telah ditentukan. Menurut (Puspitasari, 2015), bila selang
kepercayaan yang digunakan 95% maka data analisis dapat diterima bila mempunyai
koefisien variasi <5%, sedangkan bila selang kepercayaan yang digunakan 99% maka
data analisis dapat diterima bila mempunyai variasi <1%. Data hasil analisa dapat
dinyatakan akurat dan tepat apabila telah melakukan prosedur analisa degan prosedur
yang telah ditetapkan. Kesalahan prosedur terjadi juga akibat kesalahan acak yang
disebabkan oleh pengukuran alat ataupun prosedur analisa.

30
26.34
24.65

25
20

Pepaya 0.1

15

Pepaya 0.25
10
5
1.01 0.61

0.25 0.16

Rata-rata

SD

RSD

Tabel 5. Hasil pengamatan kadar karbohidrat pada pepaya


Berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan dapt diketahui bahwa nilai
rata-rata gula pereduksi dari pepaya dengan konsentrasi 0,1 adalah 1,0144 dan 0,6114
dengan konsentrasi pepaya 0,25. Berdasarkan data tesebut dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata gula pereduksi lebih besar yang dengan konsentrasi 0,1. Hal tersebut terjadi
kesalahan data karena tidak sesuai dengan literatur menurut Puspitasari (2014) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konsentrasiyang dihasilkan maka absorbansi
yang dihasilkan semakin tinggi. Kesalahan data tersebut disebabkan karena adanya
kesalahan prosedur analisis yang dilakukan oleh praktikan. Kesalahan tersebut adalah
saat membaca meniskus pada alat pengukur volume. Sehingga berpengaruh pada data
yang dihasilkan. Menurut SNI-01-2891-1992 menyatakan bahwa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembacaan alat pengukur volume: meniskus dan ketelitian.
Nilai rata-rata yang diperoleh berpengaruh pada nilai SD yang akan diperoleh
pula. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai SD 0,2465 pada pepaya dengan
konsentrasi 0,1 dan 0,161 pada pepaya dengan konsentrasi 0,25. Hal tersebut tejadi
penurunan nilai SD dengn konsentrasi yang semakin tinggi. Hal tersebut terjadi karena
nilai rata-rata yang diperoleh lebih besar yang dengan konsentrasi 0,1 dari pada 0,25.
Namun berdasarkan nilai SD tersebut dapat dinyatakan bahwa data yang diperoleh
memiliki ketelitian dan ketepatan yang cukup baik. Karena nilai SD yang diperoleh
kurang dari angka 1. Sedangkan menurut pernyataan Menurut Miller (1991), suatu

replikasi dapat dikatakan presisi apabila memiliki nilai standar deviasi lebih kecil dari
2,5.
Nilai SD yang telah diperoleh berpengaruh pada nilai RSD yang akan diperoleh.
Nilai RSD yang diperoleh dari pepaya dengan konsentrasi 0,1 adalah 24,65 dan pada
pepaya dengan konsentrasi 0,25 adalah 26,34. Berdasarkan data tersebut dapat
dinyatakan bahwa data kandungan gula pereduksi tidak tepat dan teiti kerena nilai RSD
yang diperoleh lebih dari 5. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan (Puspitasari, 2014)
yang menyatakan bahwa selang kepercayaan yang digunakan 95% maka data analisis
dapat diterima bila mempunyai koefisien variasi <5%, sedangkan bila selang
kepercayaan yang digunakan 99% maka data analisis dapat diterima bila mempunyai
variasi <1%. Namun pada SD yang diperoleh, data memiliki ketepatan dan ketelitian
yang baik, karena kurang dari 1. Kesalah data tersebut terjadi karena adanya kesalahan
sistematik seperti kesalahan kalibrasi dari instrumen atau alat ukur yang digunakan
seperti neraca analitis, pipet dan spektrofotometer. Sehingga dapat menyebabkan data
yang diperoleh menyimpang dari nilai yang sebenarnya pada suatu arah tertentu.

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa.
2. Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode nelson somoghy.
Prinsip kerja Nelson Somogyi yaitu tereduksinya jumlah endapan kuprooksida
yang bereaksi dengan arsenomolibdat yang tereduksi menjadi molybdine blue
dan warna biru diukur absorbansinya.
3. Nilai rata-rata gula reduksi pada pisang lebih besar dari pada pepaya baik
konsentrasi 0,1 maupun 0,25. Nilai gula reduksi pisang yaitu 1,0591% sedangkan
pepaya 1,0144
4. Nilai SD dan RSD pada pisang lebih besar daripada pepaya baik konsentrasi 0,1
maupun 0,25.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum analisis kadar karbohidrat selanjutnya adalah lebih hatihati dan teliti saat melakukan prosedur analisis. Terutama pada saat membaca meniskus
pada alat pengukur volume harus benar dan teliti. Sehingga data yang diperoleh tepat
dan teliti serta sesuai dengan literatur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Bharata Jakarta.
Kalie, M 1999. Betanam pepaya. Jakarta. Penebar swadaya.
Miller, J.C, (1991), Statistika untuk Kimia Analitik, Penerbit ITB, Bandung
Mudanifah dan W.H. Susanto. 2010. Proses Pembuatan Kombucha Murbei (Morus alba
L.

(kajian

Jenis

Gula

dan

Lama

Fermentasi).

http://tehapeub.net/ejurnal/6ebb6.
Mulyanti S., 2005. Teknologi Pangan, Trubus Agri Sarana, Surabaya.
Sudarmadji, Slamet. 1984. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Sumartono, 1981. Pisang, Bumi Restu, Jakarta.
Superkunam, 2010, Manfaat Konsumsi Buah Pepaya, www.google.co.id/, diakses pada
tanggal 8 Oktober 2010.
Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi
kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2000. Taksonomi Tumbuhan Spermathophyta. Cetakan ke-9, UGM
Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai