1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh
adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif
seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan
dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Rawling, 1984).
2. Fisiologi Kecemasan
Reaksi takut dapat terjadi melalui perangsangan hipotalamus dan nuclei amigdaloid.
Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut beserta manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak
terjadi pada keadaan- keadaan normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut,
terdapat banyak bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori- memori yang
memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon takut terkondisi
berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral ke berbagai bagian ujung anterior
kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan
kelenjar tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan
tubuh bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak
meningkat, biji mata membesar, proses pencernaan dan yang berhubungan dengan usus
berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal melepas
adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi
tegang dan selanjunya mengakibatkan tidak bisa tidur (Ganong, 1998).
2.2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi respon kecemasan;
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart and Sundeen (1998), teori yang dikembangkan untuk menjelaskan
penyebab kecemasan adalah
1) Teori psikoanalitik
Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu id, ego, dan super ego.
Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang, sedangkan ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Ansietas merupakan
konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang
sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2) Teori interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan pola penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan atau pertumbuhan seperti kehilangan,
perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai
harga
diri
rendah
biasanya
sangat
mudah
untuk
mengalami
kecemasan
berat
(Stuart&Sundeen, 1998).
3) Teori perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku
menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan
untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal
kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan
ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya (Smeltzer&Bare, 2001).
4) Teori keluarga
Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memiliki dasar genetik.
Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki
anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan
merupakan hal yang bisa ditemui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepines.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirikgamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan.
2.Faktor presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia
dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa
situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre
operasi :
1) Faktor eksternal
a.
b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan
interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart and Sundeen, 1998).
2) Faktor internal :
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap
penyebab kecemasan ditemukan oleh :
a.
Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi
(Smeltzer&Bare, 2001).
b. Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat
kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap
kecemasan (Hambly, 1995).
c.
d. Keadaan fisik
Seseorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah
mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu
orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan (Oswari, 1998).
e.
Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan
daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian A adalah
tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah,
tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang. Sedang orang dengan tipe
kepribadian B mempunyai ciri- ciri berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe
keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, dan rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998).
f.
g. Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan
akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat
sebaliknya (Varcoralis, 2000).
h. Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang
spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria
(Varcoralis, 2000).
Menurut Frued dalam Stuart and Sundeen (1998), ada 2 tipe kecemasan yaitu:
a.
Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimuli tiba- tiba dan trauma
pada saat kelahiran, kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas
akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah ketegangan atau
dorongan yang diakibatkan oleh faktor internal.
b.
akibat konflik emosi diantara 2 elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Freud
menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan super ego
berada pada kondisi bahaya.
Sedangkan menurut Rasmun (2004), kemampuan individu dalam merespon
kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain:
1) Sifat stressor dapat berubah secara tiba- tiba atau berangsur- angsur dan dapat mempengaruhi
seseorang dalam menanggapi kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang.
2) Jumlah stressor yang bersamaan
Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus dihadapi bersama. Semakin
banyak stressor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh
sehingga jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
3) Lama stressor
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi
stres, karena individu telah berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga
untuk menghadapi stressor tersebut.
4) Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu
ketika menghadapi stressor yang sama karena karena individu memiliki kemampuan
beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan
berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan.
5) Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik
terhadap stressor. Pada tiap tingkat perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda
sehingga resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula.
respon
adaptif
maladaptif
pada
kecemasan.
Klasifikasi tingkat dan respon kecemasan menurut Stuart and Sundeen, 1998 :
1.
Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dan waspada. Manisfestasi yang
Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dengan mengesampingkan yang lain perhatian selektif dan mampu melakukan sesuatu yang
lebih terarah. Manifestasi yang muncul pada kecemasan sedang antara lain:
1) Respon fisiologis
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, diare atau konstipasi, tidak
nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat.
2) Respon kognitif
Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu diterima, berfokus pada apa yang
menjadi perhatian dan bingung.
3) Respon perilaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak aman.
3.
Ansietas berat
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berfikir tantang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada kecemasan berat
antara lain:
1) Respon fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
dan ketegangan.
2) Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
3) Respon perilaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan
interpersonal.
4.
Panik
Tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Panik
2.
3.
Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum (demam panggung).
4.
5.
6.
Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk dan gelisah.
7.
Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan- keluhan somatik), khawatir berlebihan
terhadap penyakit.
8.
9.
10.
11.
sifatnya psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan- keluhan fisik (somatik) dan juga
tumpang tindih dengan ciri- ciri kepribadian depresif atau dengan kata lain batasannya
seringkali.
2.2.6 Penatalaksanaan kecemasan
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan kecemasan umum
adalah kemungkinan pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi, farmakoterapi dan
pendekatan suportif (Kaplan and Sadock, 1998).
1.
Psikoterapi
Teknik utama yang digunakan adalah pendekatan perilaku misalnya relaksasi dan bio
feed back (proses penyediaan suatu informasi pada keadaan satu atau beberapa variabel
fisiologi seperti denyut nadi, tekanan darah dan temperatur kulit).
2.
Farmakoterapi
Dua obat utama yang dipertimbangkan dalam pengobatan kecemasan umum adalah
buspirone dan benzodiazepin. Obat lain yang mungkin berguna adalah obat trisiklik sebagai
contohnya imipramine (tofranil) antihistamin dan antagonis adrenergik beta sebagai
contonya propanolol (inderal).
3.
Pendekatan suportif
Dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat akan memberi kita cinta dan
14 20
= kecemasan ringan
21 27
= kecemasan sedang
28 41
= kecemasan berat
42 56
Adapun hal- hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut:
Perasaan cemas (ansietas)
6.
2. Ketegangan
2.
a) Cemas
7.
a) Merasa tegang
3.
b) Firasat buruk
8.
b) Lesu
4.
9.
5.
d) Mudah tersinggung
1.
tenang
10.
d) Mudah terkejut
11.
e) Mudah menangis
12.
f)
13.
e) Perasaan
37.
berubah-
ubah
sepanjang hari
38.
g) Gelisah
39.
14.
3. Ketakutan
40.
b) Kaku
15.
a) Pada gelap
41.
c) Kedutan otot
16.
42.
d) Gigi gemerutuk
17.
c) Ditinggal sendiri
43.
18.
44.
19.
45.
20.
f)
46.
b) Penglihatan kabur
21.
4. Gangguan tidur
47.
22.
48.
d) Merasa lemas
23.
49.
24.
9.
25.
pembuluh darah)
26.
27.
f)
28.
g) Mimpi menakutkan
51.
b) Berdebar- debar
Gangguan kecerdasan
52.
c) Nyeri di dada
29.
a) Sukar konsentrasi
53.
30.
54.
31.
32.
33.
a) Hilangnya minat
34.
b) Berkurangnya
5.
Gemetar
pada hobi
a) Takikardia
50.
Mimpi buruk
(denyut
jantung
cepat)
pingsan
55.
f)
Detak
jantung
menghilang
(berhenti sekejap)
kesenangan
56.
57.
35.
c) Sedih
58.
b) Rasa tercekik
36.
59.
60.
11. Gejala
61.
gastrointestinal
h) Haid
81.
(pencernaan)
beberapa
kali
dalam
sebulan
62.
a) Sulit menelan
82.
i)
63.
b) Perut melilit
83.
j)
Ejakulasi dini
64.
c) Gangguan pencernaan
84.
k) Ereksi melemah
65.
85.
l)
86.
m) Impotensi
makan
Ereksi hilang
66.
87.
67.
f)
88.
a) Mulut kering
68.
g) Mual
89.
b) Muka merah
69.
h) Muntah
90.
c) Mudah berkeringat
70.
i)
91.
d) Kepala pusing
71.
j)
Sukar
92.
93.
f)
94.
buang
air
besar
(konstipasi)
72.
73.
14.
dan kelamin)
Tingkah
laku
wawancara
74.
95.
a) Gelisah
75.
96.
b)
76.
97.
c) Jari gemetar
98.
d) Kerut kening
haid)
(sikap)
Tidak tenang
77.
99.
e) Muka tegang
78.
100.
f)
79.
f)
101.
80.
102.
h) Muka merah
pada
103.