Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Status epileptikus didefenisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua
atau lebih rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang
atau aktivitas kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa jika seseorang mengalami kejang persisten atau seseorang
yang tidak sadar kembali selama lima menit atau lebih harus dipertimbangkan
sebagai status epileptikus.
ETIOLOGI
Epilepsi sebagai gejala klinis bisa bersumber pada banyak penyakit diotak.
Sekitar 70% kasus epilepsi yang tidak diketahui sebabnya dikelompokkan sebagai
epilepsi idiopatik dan 30% yang diketahui sebabnya dikelompokkan sebagai
epilepsi simptomatik , misalnya trauma kepala, infeksi, kongenital,lesi desak
ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik dan metabolik. Epilepsi kriptogenik
dianggap sebagai simptomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, misalnya
West syndrome dan Lennox Gastaut syndrome.
Bila
salah
satu
orang
tua
epilepsi
(epilepsi
idiopatik)
maka
KLASIFIKASI
International League Against Epilepsy (ILAE) menetapkan klasifikasi
epilepsi berdasarkan jenis bangkitan (tipe serangan epilepsi):
1. Serangan parsial
a. Serangan parsial sederhana (kesadaran baik)
- Dengan gejala motorik
- Dengan gejala sensorik
- Dengan gejala otonom
- Dengan gejala psikis
b. Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)
- Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran
- Gangguan kesadaran saat awal serangan
c. Serangan umum sederhana
- Parsial sederhana menjadi tonik-klonik
- Parsial kompleks menjadi tonik-klonik
- Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik
2. Serangan umum
a. Absens (Lena)
b. Mioklonik
c. Klonik
d. Tonik
e. Atonik (Astatik)
f. Tonik-klonik
3. Serangan yang tidak terklasifikasi (sehubungan dengan data yang kurang
lengkap).
Klasifikasi ILAE di atas ini lebih mudah digunakan untuk para klinisi
karena hanya ada dua kategori utama, yaitu
- Serangan fokal yaitu bangkitan epileptik yang dimulai dari fokus yang
terlokalisir di otak.
- Serangan umum yaitu bangkitan epileptik terjadi pada daerah yang
lebihluas pada kedua belahan otak
Menurut International League Against Epilepsy, epilepsi pada kehamilan
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Epilepsi yang telah diderita sebelum kehamilan
Wanita
yangmenderita
epilepsi
sebelum
kehamilan
dapat
dan asetil kolin, sedangkan yang bersifat inhibitorik lainnya adalah noradrenalin,
dopamine, serotonin (5-HT) dan peptida Neurotransmiter ini hubungannya dengan
epilepsy belum jelas dan masih perlu penelitian lebih lanjut. Epileptic seizure
apapun jenisnya selalu disebabkan oleh transmisi impulsdi area otak yang tidak
mengikuti pola yang normal, sehingga terjadilah apa yang disebut sinkronisasi
dari impuls. Sinkronisasi ini dapat mengenai pada sekelompok kecil neuron atau
kelompok neuron yang lebih besar atau bahkan meliputi seluruh neuron di otak
secara serentak. Lokasi yang berbeda dari kelompok neuron yang ikut terkena
dalam proses sinkronisasi inilah yang secara klinik menimbulkan manifestasi
yang berbeda dari jenis-jenis serangan epilepsi. Secara teoritis faktor yang
menyebabkan hal ini yaitu:- Keadaan dimana fungsi neuron penghambat
(inhibitorik) kerjanya kurang optimal sehingga terjadi pelepasan impuls epileptik
secara berlebihan, disebabkan konsentrasi GABA yang kurang.
Pada penderita epilepsi memang mengandung konsentrasi GABA yang
rendah di otaknya(lobus oksipitalis). Hambatan oleh GABA ini dalam bentuk
inhibisi potensial post sinaptik.- Keadaan dimana fungsi neuron eksitatorik
berlebihan sehingga terjadi pelepasan impuls epileptik yang berlebihan. Disini
fungsi neuron penghambat normal tapi sistem pencetus impuls (eksitatorik) yang
terlalukuat. Keadaan ini ditimbulkan oleh meningkatnya konsentrasi Glutamat
diotak. Pada penderita epilepsi didapatkan peningkatan kadar Glutamat pada
berbagai tempat di otak.- Pada dasarnya otak yang normal itu sendiri juga
mempunyai potensi untuk mengadakan pelepasan abnormal impuls epileptik.Area
di otak dimana ditemukan sekelompok sel neuron yang abnormal, bermuatan
listrik berlebihan dan hipersinkron dikenal sebagai fokus epileptogenesis (fokus
berlanjut
terus
sehingga
menimbulkan
aktivitas
serangan
yang
tinggi.
Banyak
penelitian
mengatakan
terdapat
peningkatan
estrogen
dan
progesteron
dalam
plasma
darah
akan
Perubahan Metabolik
Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi, dengan akibat filtrasi glomerulus
berkurang sehingga terjadi retensi cairan serta edema, akibatnya kadar obat dalam
plasma akan menurun. Retensi cairan yang terjadi menyebabkan hiponatremi.
Keadaan ini akan menimbulkan gangguan parsial dari sodium pumpyang
mengakibatkan peninggian eksitabilitas neuron dan mempresipitasi bangkitan.
Adanya kenaikan berat badan pada wanita hamil yang disebabkan retensi air dan
garam serta perubahan metabolik seperti terjadinya perubahan metabolisme di
hepar juga dapat mengganggu metabolisme obatanti epilepsi (terutama proses
eliminasi), terjadinya alkalosis respiratorik dan hipomagnesemia. Keadaan ini
dapat menimbulkan kejang, meskipun masih selalu diperdebatkan.
Deprivasi Tidur
Wanita hamil sering mengalami kurang tidur yang disebabkan beberapa
keadaan seperti rasa mual muntah, nyeri pinggang, gerakan janin dalam
kandungan, nokturia akibat tekanan pada kandung kencing dan stress psikis.
Semuanya ini dapat meningkatkan serangan kejang. Mual muntah yang sering
pada kehamilan trimester pertama dapat mengganggu pencernaan dan absorbsi
obat anti epilepsi. Dimethicone merupakan salah satu obat yang sering digunakan
untuk hiperasiditas, gastritis, dyspepsia, ulkus duodenal dan abdominal distention
dapatmenurunkan absorbsi phenytoin sebanyak 71%. Kaolin menurunkan
absorbsi sebanyak 60% dan magnesium trisilikat efeknya tidak nyata. Tonus
lambung dan pergerakannya menurun pada kehamilan sehingga menghambat
pengosongan lambung.
Perubahan Farmakokinetik pada obat anti epilepsi
Penurunan kadar obat anti epilepsi ini disebabkan oleh beberapakeadaan
antara lain berkurangnya absorbsi (jarang), meningkatnya volumedistribusi,
penurunan
protein
binding
plasma,
berkurangnya
kadar
albumin
dan
epilepsi
pada
wanita
hamil
dapat
menyebabkan
sekali saja atau tunggal akan mempengaruhidenyut jantung janin menjadi lambat
(transient fetal bradycardia selama 20menit), sedangkan bila kejang berulang dan
berlangsung lama komplika siterhadap jantung menjadi lebih berat serta dapat
mengganggu sirkulasi sistemik
lainnya yang dapat dijumpai akibat kejang pada wanita hamilyaitu keguguran 3-4
kali dari kehamilan normal, kemampuan untuk hidup janin menurun seperti Apgar
skor yang rendah, lahir mati dan kematian perinatal, gangguan perkembangan
janin (berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur) menjadi 2 kali lipat serta
terjadi perdarahan intra kranial, dimana setelah dilakukan induksi persalinan
ternyata bayi yang meninggal sudah mengalami maserasi. Bila status epileptikus
timbul saat kehamilan biasanya sepertiga dari ibu-ibu dan setengah dari janin
tidak
dapat
diselamatkan
dan
harus
segera
diatasitanpa
memandang
kehamilannya.
PENGARUH OBAT ANTI EPILEPSI (OAE) TERHADAP KEHAMILAN
Dalam membandingkan efek samping (kematian dan anomali) ketigaobat
anti epilepsi maka yang paling kurang efek sampingnya berturut-turutadalah
phenobarbital, phenytoin dan karbamazepin.Beberapa tindakan obastetik yang
perlu dipertimbangkan akibat pengaruh obat anti epilepsi pada kehamilan yaitu
amniosintesis (trimester II dan III) dan induksi partus.
Keadaan ini disebabkan oleh partus lama, perdarahan dan kelelahan uterus
dan fisik akibat obat anti epilepsi,sehingga akhirnya dilakukan seksio sesaria.
Sebenarnya epilepsi sendiri bukanlah suatu indikasi untuk operasi, karena kejang
tonik klonik hanyaterjadi kurang dari 2% dari wanita hamil penyandang epilepsi
sehingga Hilesmaa membuat daftar indikasi seksio sesaria yaitu
-
Seksio Darurat
1. Kejang tonik klonik selama partus
2. Adanya asfiksia janin
3. Tidak adanya kerja sama maternal
yang
paling
rendah yang
diperlukan untuk
10
malformasi yang terjadi lebih sering pada wanita dengan pengobatan antiepileptik,
khususnya dengan sodium valproat. Telah diketahui dengan elas bahwa asam folat
prakonsepsi (dengan dosis 4-5 mg/hari) efektif dalam mengurangi risiko neural
tube defect diantara ibu dengan risiko tinggi karena memiliki anak yang dengan
kondisi tersebut sebelumnya.
Tetapi penelitian yang menunjukkan sebuah efek protektif dari suplemen
folat pada wanita dengan epilepsi masih kurang. Dosis optimal asam folat belum
diketahui secara pasti. Untuk perempuan yang tidak mengalami defisiensi asam
folat cukup diberi 1 mg/hari. Apabila terbukti ada defisiensiasam folat maka
kepada penderita perlu diberi asam folat dengan dosisyang lebih tinggi, dapat
diberikan sampai 4 mg/hari.
Pemberian Vitamin K
Bayi dari ibu yang mendapatkan pengobatan dengan OAE tertentu
(karbamazepin, fenitoin, primidon, fenobarbiton) memiliki risikoyang lebihtinggi
untuk mengalami perdarahan pada neonatus yang disebabkan defisiensi faktor
penjendalan yang tergantung pada vitamin K. Ibu dengan obat ini harus
mendapatkan penanganan profilaksis dengan vitamin K (Konakion) 20 mg oralper
hari dari usia kehamilan 36 mingguhingga persalinan dan bayi mereka harus
mendapatkan vitamin K 1 mg intramuskuler pada saat kelahiran.
11
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G., Gant, Norman F. Leveno, Kenneth J. 2006. Obstetri
Williams Volume 1 edisi 21. Jakarta : EGC.
Bittigau P, Sifringer M, Ikonomidou C. 2003. Antiepileptic drugs and apoptosis in
the developing brain. Ann N Y AcadSci.
Yerby MS, Kaplan P, Trant T. 2004. Risks and management of pregnancy in
women with epilepsy. Cleveland Clinic Journal of Medicine.
Penovich PE, Karen E. Eck, Vasiliki V. 2004. Recommendations for the care of
women with epilepsy. Cleveland Clinic Journal of Medicine.
Aaron B Caughey et. Al. 2004. Seizure Disorders in Pregnancy
Copyright.eMedicine.com, Inc.
12
: Ny.A
Umur
: 18 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Lekok Pasuruan
: Composmentis
Gizi
:-
Suhu Badan
: 36,7 0C
Nadi
: 87 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Tekanan Darah
: 120/90 mmHg
Berat Badan
: 55 kg
Tinggi Badan
: 153 cm
13
Status Internis
Jantung
Paru
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
b. Status Psikis
Sikap
: kooperatif
Perhatian
: ada
Ekspresi Muka
: sesuai
Kontak Psikis
: ada
c. Status Neurologis
1. Kepala
Bentuk : normal
Ukuran : normal
Simetris : simetris
2. Leher
Sikap
: lurus
Torticollis
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Deformitas
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Pembuluh darah
14
3. Syaraf-Syaraf Otak
A. N. Olfaktorius
Penciuman
Anosmia
Hyposmia
Parosmia
Kanan
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kiri
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Tidak ada kelainan
Kiri
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Kiri
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
B. N. Optikus
Visus
Campus visi
Anopsia
Hemianopsia
Fundus Oculi
Papil edema
Papil atrofi
Perdarahan retina
Kiri
Tidak ada
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
- Exophtalmus
Tidak ada
Tidak ada
- Enophtalmus
Tidak ada
Tidak ada
- Deviation Conjuge
Pupil
Tidak ada
Tidak ada
- Bentuk
Bulat
Bulat
- Diameter
- Iso/Anisokor
- Midriasis/Miosis
3 mm
3 mm
Diplopia
Celah mata
Ptosis
Sikap Bola mata
- Strabismus
Isokor
Miosis
Miosis
Ada
Ada
- Refleks cahaya
Langsung
15
Konsensuil
Ada
Ada
Akomodasi
Ada
Ada
Kanan
Kiri
Kuat
Kuat
Tidak ada
Tidak ada
- Refleks kornea
Sensorik
Baik
Baik
- Dahi
Baik
Baik
- Pipi
Baik
Baik
- Dagu
Baik
Baik
D. N. Trigeminus
Motorik
- Menggigit
- Trismus
E. N. Facialis
Kanan
Kiri
Motorik
- Mengerut dahi
- Menutup mata
Simetris
Lagophtalmus tidak ada
Lagophtalmus tidak ada
- Menunjukkan gigi
- Lipat nasolabialis
- Bentuk muka
Istirahat
Bicara/bersiul
Sensorik
- Salivasi
Normal
- Lakrimasi
Chovsteks Sign
Normal
Tidak ada
F. N. Cochlearis
- Suara bisikan
Kanan
Terdengar
Kiri
Terdengar
- Detik arloji
Terdengar
Terdengar
16
- Test Weber
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
- Test Rinner
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kiri
- Arcus pharynx
Simetris
- Uvula
Di tengah
- Gangguan menelan
Tidak ada
- Suara bicara
- Denyut jantung
- Refleks
Normal
Muntah
Batuk
Oculocardic
Sinus caroticus
- Sensorik
H. N. Acessorius
- Mengangkat bahu
- Memutar kepala
Kanan
Kiri
Kuat
Kuat
Tidak ada kelainan
I. N. Hypoglosus
Kanan
Kiri
- Menjulur lidah
- Fasikulasi
Simetris
Tidak ada
- Atrofi papil
Tidak ada
- Disatria
Tidak ada
4. Columna Vertebralis
- Kyphosis
: tidak ada
- Scoliosis
: tidak ada
17
- Lordosis
: tidak ada
- Gibbus
: tidak ada
- Deformitas
: tidak ada
- Tumor
: tidak ada
: tidak ada
- Nyeri ketok
: tidak ada
Kanan
Normal
5
Normal
Kiri
Normal
5
Normal
- Biceps
Normal
Normal
- Triceps
Normal
Normal
- Periost radius
Normal
Normal
- Periost ulna
Refleks Patologis
Normal
Normal
- Hoffman Tromner
Negatif
Tungkai
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Kanan
Normal
5
Normal
Kiri
Normal
5
Normal
- Paha
Tidak ada
Tidak ada
- Kaki
Tidak ada
Tidak ada
- KPR
Normal
Menurun
- APR
Normal
Menurun
- Babinsky
Tidak ada
Tidak ada
- Chaddock
Tidak ada
Tidak ada
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
18
- Oppenheim
Tidak ada
Tidak ada
- Gordon
Tidak ada
Tidak ada
- Schaffer
Tidak ada
Tidak ada
- Rossolimo
Tidak ada
Tidak ada
- Tengah
- Bawah
- Tropik
B. Sensorik
Tidak terdapat gangguan sensorik
GAMBAR
19
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
- Brudzinsky
Neck
Tidak ada
Tidak ada
Cheek
Tidak ada
Symphysis
Tidak ada
- Hemiplegic
- Scissor
- Propulsion
- Histeric
- Limping
- Steppage
- Dysmetri
Jari-jari
Jari-hidung
Tumit-tumit
Limb ataxia
8. Gerakan Abnormal
- Tremor
: tidak ada
20
- Chorea
: tidak ada
: tidak ada
- Defekasi
- Ereksi
- Agrafia
- Alexia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1. Darah
PEMERIKSAAN
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Hitung jenis
HASIL
14,0
8.900
223.000
43
SATUAN
g/dl
/ul
/ul
%
NILAI NORMAL
12 14
5000 - 10000
150.000 - 400.000
40 48
Basofil
0-1
Eosinofil
1-3
Batang
2-6
Segmen
62
50 - 70
Limfosit
31
20 - 40
Monosit
Glukosa Sewaktu
5
112
%
mg/dl
28
< 180
21
2. Urine
Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Faeces
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Liquor Cerebro Spinal
Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pemeriksaan Khusus
- Rontgen foto cranium
- Electroencephalography
- Arteriography
- Electrocardiography
- Pneumography
- Lain-lain
: USG kehamilan
DIAGNOSA KLINIK
G2P0001AB0 + Epilepsi in Pregnancy
DIAGNOSA TOPIK
Susp. Thalamus, korteks serebri
DIAGNOSA ETIOLOGI
Idiopatik
PENGOBATAN
a. Perawatan
22
- Bedrest.
b. Medikamentosa
IVFD Asering 2fls/hr
Na Phenitoin 3x100mg
PROGNOSA
Quo ad vitam
: ad bonam
23
DAFTAR PUSTAKA
L 1993.
Stroke
patofisiologi
dan
penatalaksanaan.
24