Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
Oleh :
Kelompok 1 dan V
Andi Nur Rahmat
Wahyuni Tahir
Ni Luh Putu Rintho A. Dewi
Andi Junaidah
Maria Gorety Bahi
1 | Page
2 | Page
seseorang
mengalami
ASKEP
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
D. PERTANYAAN PENTING
1. Mengapa pada usia lanjut lebih sering mengalami susah kencing ?
2. Mengapa pada laki-laki bisa terjadi susah kencing ?
3. Bagaimanakah mekanisme susah berkemih dan mengapa urin menetes
setelah akhir miksi ?
4. Bagaimana mekanisme kencing tidak puas ?
5. Mengapa tindakan pemasangan kateter harus dilakukan pada pasien yang
mengalami susah kencing ?
6. Jelaskan :
a. Bagaimanakah proses pembentukan urin dan berapakah jumlah urin
dikandung kemih yang menyebabkan rangsangan untuk berkemih ?
b.
Bagaimana proses berkemih pada kasus susah kencing?
7. Apa yang menyebabkan konsistensi urin menjadi keruh ?
8. Apa saja manifestasi klinik yang dapat timbul pada pasien yang
mengalami susah kencing ?
9. Apa saja data penunjang yang diperlukan untuk pasien yang mengalami
susah kencing ?
10. Apa hubungan Hipertermi dengan Susah Kencing ?
E. JAWABAN PERTANYAAN PENTING
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
2. Laki-Laki lebih sering mengalami susah kencing
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
3. Mekanisme Susah Kencing
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
4. Bagaimana mekanisme kencing tidak puas
115.
5. Pemasangan kateter harus dilakukan pada pasien yang mengalami susah
kencing
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
6. Proses pembentukan urin dan jumlah urin dikandung kemih yang
menyebabkan rangsangan untuk berkemih dan proses berkemih pada kasus
susah kencing
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
7. Proses Terjadinya Urin Keruh
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
8. Manifestasi Klinis Susah Kencing
a. Kesulitan memulai berkemih
b. Perasaan berkemih tidak puas atau kandung kemih terasa tidak kosong
c. Ketidakmampuan untuk mengosongka kandung kemih
d. Nyeri abdomen bagian bawah dan distensi serta spasme abdomen
e. Sering berkemih dg jumlah sedikit
f. Diawali dengan urin mengalir lambat.
g. Terasa ada tekanan
h. Kadang terasa nyeri dan rasa ingin BAK
i. Sensasi kandung kemih penuh
j. Tidak ada haluaran urin
k. Mengedan bila miksi
l. Ketidaknyamanan daerah pubis
9. Pemeriksaan penunjang pada klien yang mengalami susah kencing
a. Darah rutin
232.
Menilai adanya gangguan pada sistem perkemihan. Hb
menurun menandakan penurunan produksi eritropoitin. Peningkatan
leukosit menandakan adanya proses inflamasi.
b. Analisis urin
233.
PH kurang dari normal kemungkinan terdapat infeksi oleh
bakteri pemecah urea, sedangkan jika ph meningkat kemungkinan
terdapat asidosis pada tubulus ginjal
c. Fungsi ginjal
234.
Pemeriksaan kadar BUN untuk menilai adanya gangguan
fungsi ginjal.
d. Foto polos abdomen
235.
Untuk menilai adanya batu saluran kemih
e. IVP
236.
Untuk melihat adanya komplikasi pada ureter dan ginjal
f. PSA ( Prostat Spesifik Antigen )
237.
Untuk menilai keganasan pada prostat
g. Erytouretroscope
238.
Untuk mengamati uretra, kandung kemih dan ukuran
prostat
10. Hubungan antara hipertermi dengan susah kencing
239. Jawab:
240. Hubungan secara langsung mungkin tidak ada tapi hipertermi
memiliki hubungan yang sangat erat dengan salah satu penyebab susah
241.
264.
F. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi retensi urin
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi retensi urin
3. Mahasiswa mampu menjabarkan patofisiologi retensi urin
Peningkatan
kehilangan cairan dan
Retensi Urine
mengeluarkan urin
275.
tidk adekuat, atau tidak adanya koordinasi antara buli-buli dan uretra dapat
menimbulkan terjadinya retensi urin.
276.
Etiologi
1.
2.
3.
4.
Manifestasi Klinik:
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
A. PENGKAJIAN:
331.
332.
SIIRKULASI:
Tanda: peninggian TD (efek pembesaran ginjal)
333.
334.
ELIMINASI:
Gejala:
lengkap
dorongan dan frekuensi berkemih
penurunan kekuatan/dorongan aliran urine;tetesan.
Disuria
hematuria
Tanda:
MAKANAN/CAIRAN:
Gejala:
anoreksia
mual
muntah
Penurunan berat badan
KEAMANAN:
339.
Gejala: demam .
340.
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
- Urinalisa: warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang
(berdarah); penampilan keruh; pH7 atau lebih besar (menunjukkan
-
kemih.
IVP dengan film pasca-berkemih: menunjukkan pelambatan pengosongan
kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan
adanya pembesaran prostat, divertikuli kandung kemih dan penebalan
abnormal otot kandung kemih.
Sistouretrografi
berkemih:
digunakan
sebagai
ganti
IVP
untuk
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Retensi urine
344.
No
347. 348.
345.
Intervensi
346.
Rasional
Meminimal
kanretensi
urine
1.
tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan distensi berlebihan pada kandung kemih
350. 351. Tanyakan
pasien
tentang 353. Tekanan
ureteral
tinggi
2.
inkontinensia stress
menghambat
352.
pengosongan
kandung
354. 355.
Observasi
tidak sadar
urine, 356. Berguna
aliran
untuk
mengevaluasi
3.
perhatikan ukuran dan kekuatan
obstruksi dan pilihan intervensi
357. 358. Awasi dan catat waktu dan 359. Retensi urine meningkatkan
4.
jumlah
tiap
penurunan
berkemih.
haluaran
perubahan beratjenis
mengganggu
memfilter
kemampuannya
dan
mengkonsentrasi
substansi
362. Distensi kandung kemih dapat
360. 361.
5.
363. 364.
6.
366. 367.
kandung
perfusi
kemih
dari
bakteri
Berikan/dorong kateter lain dan 368. Menurunkan
7.
perawatan perineal
asendens
369. 370. Berikan rendam duduk sesuai 371. Meningkatkan
8.
indikasi
untuk
penurunan
edema,
cairan
ginjal
dan
pertumbuhan
risiko
infeksi
relaksasi
otot,
dan
dapat
2. Nyeri
3.
4.
Intervensi
5.
No
6.
7.
Kajinyeri,
perhatikanlokasi, 8.
1.
9.
intensitas(skala 0-10)
pilihan/keefektifan intervensi
10.
Plester selang drainase pada paha dan 11.
Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis-
2.
kateter
12.
diperlukan)
13.
Perhatikan tirah baring bila diindikasikan
pada
abdomen
(bila
traksi
Rasional
Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
tidak skrotal
3.
14.
15.
16.
4.
latihan
napas
dalam;
aktivitas
18.
teraupetik
19.
Dorong menggunakan rendam duduk, 20.
Meningkatkanrelaksasiotot
5.
21.
6.
24.
kelancaran drainase
25.
Lakukan masase prostat
kelenjar
26.
Membantu dalam evakuasi duktus kelenjar untuk menghilangkan
7.
27.
8.
28.
29.
32.
33. Eliminasi urine
34.
No
37.
38.
1.
35.
Intervensi
36.
Rasional
40.
41.
2.
43.
44.
3.
46.
keluaran batu
danmempengaruhipilihanterapi
47.
Observasi perubahan status mental, 48.
Akumulasi sisa uremik dan ketidak seimbangan elektrolit dapat
4.
49.
5.
disfungsi ginjal
kreatinin
dan
elektrolit
tipe
batu
mengindikasikan
54.
No
57.
55.
58.
Selalu
ada
Intervensi
untuk
56.
pasien.
Rasional
1.
Buat 59.
60.
hubungan saling percaya dengan pasien/orang
61.
terdekat
62.
Berikan informasi tentang prosedur 63.
2.
dan teskhusus dan apa yang akan terjadi, mengurangi masalah karena ketidak tahuan, termasuk ketakutan akan kanker.
contoh kateter,urin berdarah, iritasi kandung Namun kelebihan informasi tidak membantu dan dapat meningkatkan
kemih. Ketahui seberapa banyak informasi ansietas.
64.
3.
melakukan
67.
4.
70.
menyatakan masalah/perasaan
pertanyaan, memperjela skesalahan konsep, dan solusi pemecahan masalah
71.
Beri penguatan informasi pasien yang 72.
Memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan
5.
prosedur/menerima
pasien.
Mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab
73.
74. Kurang pengetahuan
75.
No
78. 79.
76.
Kaji
ulang
Intervensi
proses
77.
penyakit, 80.
Rasional
1.
81.
pengalaman pasien
82.
Dorong menyatakan
2.
84.
3.
87.
4.
berbumbu, kopi, alcohol, mengemudikan Peningkatan tiba-tiba pada aliran urine dapat menyebabkan distensi kandung
mobil
lama,
pemasukan
rasa
informasi terapi
takut/ 83.
Membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitasi
makanan 89.
cairan
cepat kemih dan kehilangan tonus kandung kemih, mengakibatkan episode retensi
90.
(terutama alcohol)
urinaria akut
91.
Bicarakan masalah seksual, contoh 92.
Aktivitas seksual dapat meningkatkan nyeri selama episode akut tetapi
5.
bahwa selama episode akut prostatitis, koitus dapat memberikan sesuatu massase pada adanya penyakit kronis
dihindari tetapi mungkin membantu dalam
93.
6.
dasar
96.
7.
seksual.
Dorong
pertanyaan
demam/ menggigil
100. Diskusikan perlunya pemberitahuan 101.
8.
102. 103.
9.
anti kolinergik, dan anti depresan meningkatkan retensi urin dan dapat
medic untuk sedikitnya 6 bulan - 1tahun, sama atau berbeda) tidak umum dan akan memerlukan perubahan terapi untuk
termasuk pemeriksaan rektal, urinalisa
105.
106.
DAFTAR PUSTAKA
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
Smetzer, C., & Bare, B. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah
edisi 8. Jakarta: EGC.
114.
115.
116.