Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari apa yang disebut dengan
suara. Setiap harinya kita selalu mendengar berbagai macam suara. Mulai dari suara kita
sendiri, suara hewan-hewan di sekitar kita, sampai suara dalam lagu maupun film. Tetapi
pernahkah kamu berpikir sebenarnya apakah suara itu? Bagaimana suara bisa terdengar di
telinga kita? Bagaimana bisa ada suara yang tinggi dan rendah, juga suara yang lantang dan
lirih?
Suara adalah gelombang dari tekanan udara. Ketika ada sebuah suara, molekulmolekul yang ada di udara termampatkan sesaat. Hal ini menyebabkan timbulnya gelombang
akibat perubahan tekanan sesaat tersebut. Umumnya, gelombang suara ini bersifat periodik,
artinya pola gelombangnya berulang setiap sekian waktu tertentu.
Setiap gelombang dipengaruhi dari dua komponennya, yaitu frekuensi dan amplitudo.
Frekuensi merupakan banyaknya satu periode gelombang dalam satu waktu tertentu.
Frekuensi dinyatakan dalam satuah Hertz (Hz). Sedangkan amplitudo merupakan jarak antara
nilai tertinggi dengan nilai terendah dalam satu periode gelombang. Amplitudo gelombang
suara dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Dalam gelombang suara, tinggi rendahnya
frekuensi berpengaruh pada tinggi rendahnya nada suara yang kita dengar. Sedangkan tinggi
rendahnya amplitudo dalam suatu gelombang berpengaruh pada keras atau lemahnya volume
suara yang kita dengar.
Dalam proses mendengar, dibutuhkan alat indra telinga. Perlu kita ketahui bahwa telinga
manusia adalah organ vital dari sistem sensorik tubuh, yaitu sebagai organ sistem pendengaran yang
bertanggung jawab untuk indera pendengaran dengan cara menerima gelombang suara dan
mengirimkan sinyal ke otak. sehingga, kita dapat mendeteksi dan menginterpretasikan jenis suara yang
berbeda. Dimana batasan frekuensi suara yang bisa kita dengar adalah 20 20000 Hz. Rentang
frekuensi itu disebut juga rentang audiosonik. Sedangkan amplitudo gelombang suara yang
bisa kita dengar adalah di bawah 120 dB, tetapi umumnya suara yang nyaman didengar oleh
kita hanya yang kurang dari 80 dB
Dalam fenomena mendengar, ternyata tidak hanya melibatkan bidang fisika saja, tetapi juga biologi.
Oleh karena itu untuk lebih memahaminya, penulis menyusun makalah ini.
BAB II
Pembahasan
2.1 Fenomena Gelombang Bunyi atau Suara
Bunyi atau suara merupakan hasil dari getaran suatu benda yang merambat dalam
bentuk gelombang. Oleh karena itu, bunyi sering disebut sebagai gelombang bunyi. Bunyi
dihasilkan oleh benda-benda yang bergetar. Bunyi memiliki sifat-sifat antara lain yaitu:
1. Termasuk gelombang longitudinal, yaitu gelombang mekanik yang arah rambatnya
sejajar dengan arah getarnya.
2. Perambatannya membutuhkan suatu medium (zat padat, cair, dan udara).
3. Dapat dipantulkan.
Setiap benda yang bergetar pasti akan menghasilkan bunyi. Benda-benda itu
dinamakan sumber bunyi. Yang dimaksud dengan sumber bunyi adalah benda-benda yang
dapat menghasilkan bunyi. Contoh sumber bunyi adalah garpu tala, alat-alat musik seperti
gamelan, suling, dan trompet, serta benda-benda lain seperti drum dan bedug yang dipukul.
Bunyi mempunyai jenis yang berbeda-beda. Hal ini bergantung dari frekuensinya.
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi setiap satu detik. Satuan frekuensi adalah
Hertz (Hz). Berdasarkan frekuensinya, bunyi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bunyi Infrasonik adalah bunyi yang mempunyai frekuensi sangat rendah, yaitu kurang
dari 20 Hz. Bunyi infrasonik ini dapat didengar oleh kelelawar, anjing, jangkrik, dan
kuda.
2. Bunyi Audiosonik adalah bunyi yang mempunyai frekuensi di antara 20-20.000 Hz.
Bunyi audiosonik ini dapat didengar oleh manusia.
Pemanfaatan bunyi audiosonik dalam kehidupan sehari-hari yaitu: dimanfaatkan untuk
membuat speaker yang sekarang ini masih menjadi trendmini speakers.
3. Bunyi Ultrasonik adalah bunyi yang mempunyai frekuensi sangat tinggi, yaitu lebih dari
20.000 Hz. Bunyi ultrasonik ini dapat didengar oleh lumba-lumba.
Pemanfaatan bunyi ultrasonik dalam kehidupan sehari-hari yaitu
Dalam bidang kesehatan, yaitu mendeteksi janin atau yang kita kenal dengan sebutan
untuk membuat berbagai bentuk dan ukuran lubang pada gelas dan baja.
Untuk mengukur kedalaman laut dan lokasi objek dalam air
Ahli geologi dan geofisika memanfaatkan bunyi ini untuk membantu mencari sumber
ultrasonik.
mendeteksi retak-retak dalam struktur logam atau beton
tersebut secara bergantian bergerak di udara dan menyebar dari sumber bunyi atau suara,
yang kemudian gelombang bunyi atau suara tersebut dihantarkan ke telinga manusia.
Pemantulan Bunyi atau Suara
Bunyi merupakan suatu gelombang sehingga bunyi mengalami pemantulan. Berikut
ini adalah jenis-jenis pemantulan bunyi.
1. Bunyi yang Memperkuat Bunyi Asli
Bunyi ini terjadi apabila sumber bunyi mempunyai jarak yang sangat dekat dengan
dinding pemantulnya. Dengan demikian, bunyi pantulnya akan terdengar jelas dan
bersamaan dengan bunyi aslinya. Contohnya adalah suara seseorang yang berada di
dalam ruangan kecil akan terdengar jelas.
2. Gaung
Gaung adalah bunyi pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan bunyi asli sehingga
bunyi terpantul berulang-ulang. Gaung terjadi jika bunyi dipantulkan pada permukaan
yang keras. Contohnya adalah pemantulan bunyi yang terjadi di dalam bioskop. Untuk
menghindari terjadinya gaung, maka dinding di dalam bioskop atau gedung konser
dilapisi oleh bahan-bahan yang lunak, seperti karpet, busa karet, dan gabus.
3. Gema
Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli. Gema terjadi karena jarak
antara sumber bunyi dengan dinding pemantulnya. Contohnya adalah bunyi pantul yang
dihasilkan oleh dinding antarbangunan dan dasar suatu ruangan
Intensitas dan Taraf Intensitas Bunyi
Intensitas berasal dari bahasa latin yaitu intentio yang berarti ukuran kekuatan, keadaan
tingkatan atau ukuran intensnya. Pengertian Intensitas bunyi yaitu energi bunyi yang tiap
detik (daya bunyi) yang menembus bidang setiap satuan luas permukaan secara tegak lurus.
I= P/A
Keterangan:
P = daya atau energi gelombang per satuan waktu (Watt)
A = luas bidang (m2)
I = intensitas gelombang (Wm-2)
Jika sumber gelombang berupa sebuah titik yang memancarkan gelombang serba sama ke
segala arah dan dalam medium homogen, luas bidang yang sama akan memiliki intensitas
gelombang sama. Intensitas gelombang pada bidang permukaan bola yang memiliki jari-jari
R memenuhi persamaan berikut.
I= P/A= P/(4R2)
Dari persamaan diatas , dapat dilihat bahwa jika gelombang berupa bunyi, intensitas bunyi
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak sumber bunyi tersebut ke bidang pendengaran.
Taraf intensitas bunyi adalah logaritma perbandingan antara intensitas bunyi dengan
intensitas ambang pendengaran manusia. Intensitas bunyi terendah yang masih dapat
didengar oleh telinga manusia disebut intensitas ambang pendengaran (Io) yang besarnya
yaitu 10-12 W/m2. Sedangkan intensitas bunyi tertinggi yang masih dapat didengar manusia
tanpa rasa sakit disebut intensitas ambang perasaan yang besarnya 1 W/m 2.
Besarnya taraf intensitas bunyi adalah
Bila ada 10 buah klakson yang identik dan berbunyi bersama-sama, sedangkan TI masingmasing klakson 80 dB, maka untuk 10 buah klakson menjadi 80 + 10log10 = 10 + 10.1 = 90
dB. Tentunya TI sebesar 90 dB lebih bising dibanding 80 dB. Bila kita menjauhi sumber
bunyi maka taraf intensitasnya akan semakin rendah, dan persamaan di bawah ini dapat
diterapkan.
TI2
= taraf intesnitas bunyi pada jarak r2 (dB)
TI1
= taraf intesnitas bunyi pada jarak r1 (dB)
r1 dan r2 = jarak pendengaran (m)
Skala Penguatan dB (Desibel) dan Konversinya
Perbandingan nilai-nilai yang berbeda dari daya, tegangan dan arus sering dibuat
dengan menggunakan desibel daripada dengan rasio. Hal ini dikarenakan penggunaan
bilangan dB (desibel) lebih sesuai dengan dampaknya pada karakteristik telinga manusia
bila nada-nada atau suara pada pengeras suara dibandingkan.
Rumusan rasio dB (decibel) untuk daya adalah :
dB = 10 Log (P2/P1)
dimana, P2 dan P1 adalah daya yang dibandingkan.
5
Bila rasio tegangan dan arus dibandingkan, maka rumusan decibel menjadi :
dB = 20 Log (V2/V1)
atau 20 Log (I2/I1)
Dari rumusan-rumusan di atas dapat dijelaskan bahwa nilai dB positif (+) menunjukkan
bahwa terjadi penguatan (output lebih besar dari input), sedangkan nilai dB negatif (-)
menunjukkan terjadi pelemahan (output lebih kecil dari input). Pada posisi tanpa ada
penguatan, angka desiBel akan 0 (Nol) atau penguatan sama dengan satu (output = input).
Langkah untuk mengkonversi yaitu: pertama, angka di belakang logaritma haruslah
numerik. Tidak pernah ditemukan dalam persamaan logaritma, angka yang dioperasikan
memiliki satuan. Sehingga, kita harus membandingkan dengan satuannya sendiri untuk
mendapatkan angka numeriknya saja. Pada kasus ini, karena titik di atas memiliki satuan
mW, maka kita bandingkan dengan 1 mW.
Agar angka tersebut berada di antara 1-10, maka kita kalikan sepuluh dengan satuan
deciBell. Oleh karena itu, kedua ruas pada persamaan baris kedua kita kalikan dengan
sepuluh.
Dengan persamaan di atas, kita tidak bisa membedakan mana titik (input/output) dan mana
blok (konversi). Maka, kita berikan tanda pada titik sesuai dengan satuannya. Misalkan dB m
untuk mW dan dBW untuk Watt. Sementara pada konversi tetap menggunakan satuan dB.
Telinga ini terbagi atas tiga bagian, yaitu yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah
(auris media), dan telinga dalam (auris interna).
a. Telinga bagian luar (auris externa)
Terdiri atas:
Daun telinga, berfungsi untuk menampung getaran.
Saluran telinga luar atau lubang telinga, berfungsi menyalurkan getaran.
Kelenjar minyak, berfungsi menyaring udara yang masuk sebagai pembawa
gelombang suara.
Membran timpani atau selaput gendang, berfungsi menerima dan memperbesar
getaran suara
Frekuensi
Komunikasi kimiawi
Amplitudo
Tekanan
Elektrik/listrik
Energi
Gaya
gendang
telinga, tulang martil/landasan)
Gendang telinga disebut sebuah gendang karena gendang telinga dan gendang musik hampir
sama perilakunya. Pada gendang musik, energi ditimbulkan melalui gaya pada gendang oleh
pukulan stik ke kepala gendang. Sebagian energi disalurkan ke udara dan membawa
8
Langkah
Fisik
Fisik
Fisik
Dua-duanya (kimiawi
listrik)
memicu kimiawi)
Kimiawi
10
BAB III
Penutup
3.1 kesimpulan
Fenomena gelombang suara
Gelombang bunyi atau suara terdiri dari molekul-molekul udara yang bergetar majumundur yang setiap saat, molekul-molekul tersebut berdesakan di beberapa tempat,
sehingga menghasilkan wilayah tekanan tinggi, dan di tempat lain merenggang,
sehingga menghasilkan wilayah tekanan rendah. Dimana gelombang bertekanan tinggi
dan rendah tersebut secara bergantian bergerak di udara dan menyebar dari sumber
bunyi atau suara, yang kemudian gelombang bunyi atau suara tersebut dihantarkan ke
telinga manusia.
Telinga merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk mendengar suara atau bunyi.
Telinga ini terbagi atas tiga bagian, yaitu yaitu telinga luar (auris externa), telinga
5. Muatan-muatan listrik mencapai titik akhir dari neuron, ditandai oleh pelepasan
zat-zat kimiawi spesifik dari neurotransmitters seperti dopamine, ephinephrine, dll
6. Neurotransmitters berinteraksi dengan sel-sel pada area di otak untuk mendengar
dan menginterpretasikan pesan
3.2 Saran
Telinga sebagai alat pendengaran penting untuk dijaga dan dirawat kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Eboza.
2013.
Bagian-bagian
Telinga.
(http://www.eboza.com/pelajaran/bagian-bagian-
12