Anda di halaman 1dari 11

Pendahuluan

Karies dan cedera akibat trauma pada gigi masih sangat umum ditemukan pada anak dan
perawatan kerusakan yang luas yang ditimbulkannya masih merupakan bagian utama dari
praktik kedokteran gigi anak. Tujuan utama perawatan operatif pada anak adalah mencegah
meluasnya penyakit gigi dan memperbaiki gigi yang rusak sehingga dapat berfungsi kembali
secara sehat, sehingga integritas lengkung geligi dan kesehatan jaringan mulut dapat
dipertahankan (Whitworth & Nunn, 1997).
Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap upaya preventif karena gigi yang telah dirawat
dengan berhasil dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis sampai saat tanggalnya yang
normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi
pengunyahan dipertahankan, infeksi dan peradangan kronis dapat dihilangkan sehingga
kesehatan jaringan mulut yang baik dapat dipertahankan. Untuk mencapai tujuan ini, telah
dikembangkan beberapa perawatan endodontik konservatif sebagai perawatan alternatif selain
pencabutan gigi (Budiyanti, 2006). Salah satu perawatan pulpa konservatif pada gigi sulung
adalah pulpotomi.
Definisi Pulpotomi
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh penempatan
obat di atas orifise yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan
pulpa vital pada akar gigi (Curzon et al.,1996). Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian
jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian mahkota yang cedera atau mengalami infeksi
dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar (Bence, 1990,
Welbury, 2001).

Pulpotomi bertujuan untuk melindungi bagian akar pulpa, menghindari rasa sakit dan
pembengkakan, dan pada akhirnya untuk mempertahankan gigi (Kennedy, 1992). Pulpotomi

dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius
namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut. Pulpotomi juga berguna untuk
mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak (Koch dan
Poulsen, 2001).
Keuntungan dari pulpotomi antara lain (1) dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua
kali kunjungan, (2) pengambilan pulpa hanya di bagian korona hal ini menguntungkan karena
pengambilan pulpa di bagian radikular sukar, penuh ramikasi dan sempit, (3) iritasi obat obatan
instrumen perawatan saluran akar tidak ada, dan (4) jika perawatan ini gagal dapat dilakukan
pulpektomi (Tarigan, 1994).
Pulpotomi dapat dibagi 3 bagian yaitu : (1) pulpotomi vital, (2) pulpotomi devital/ mumifikasi
(devitalized pulp amputatio), dan (3) pulpotomi non vital/ amputasi mortal. Pulpotomi vital atau
amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami
inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian memberikan medikamen di atas pulpa yang
diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap vital. Pulpotomi vital umunya dilakukan pada gigi
sulung dan gigi permanen muda. Pulpotomi gigi sulung umunya menggunakan formokresol atau
glutaraldehid (Andlaw dan Rock, 1993; Kennedy, 1992).
Indikasi dan Kontraindikasi Pulpotomi
Indikasi Pulpotomi
Secara umum Indikasi perawatan pulpotomi adalah perforasi pulpa karena proses karies atau
proses mekanis pada gigi sulung vital, tidak ada pulpitis radikular, tidak ada rasa sakit spontan
maupun menetap, panjang akar paling sedikit masih dua pertiga dari panjang keseluruhan, tidak
ada tanda-tanda resorpsi internal, tidak ada kehilangan tulang interradikular, tidak ada fistula,
perdarahan setelah amputasi pulpa berwarna pucat dan mudah dikendalikan (Budiyanti, 2006).
Selain itu indikasinya adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada
pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum
terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi (Bence, 1990, Andlaw dan Rock, 1993).
Secara terperinci, untuk masing-masing jenis pulpotomi adalah sebagai berikut.

a. Pulpotomi Vital
1)

Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda tanda gejala peradangan pulpa

dalam kamar pulpa.


2)

Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur pulp capping

indirek yang kurang hati hati, faktor mekanis selama preparasi kavitas atau trauma gigi dengan
terbukanya pulpa.
3)

Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih dari 2/3 panjang

akar gigi.
4)

Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.

5)

Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.

Kontraindikasi Pulpotomi
Secara umum kontraindikasi pulpotomi adalah sakit spontan, sakit pada amlam hari, sakit pada
perkusi, adanya pembengkakan, fistula, mobilitas patologis, resorpsi akar eksternal patologis
yang luas, resorpsi internal dalam saluran akar, radiolusensi di daerah periapikal dan
interradikular, kalsifikasi pulpa, terdapat pus atau eksudat serosa pada tempat perforasi, dan
perdarahan yang tidak dapat dikendalikan dari pulpa yang terpotong (Budiyanti, 2006). Selain
itu, kontraindikasinya adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung
kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, kehilangan
tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi (Kennedy, 1992; Andlaw dan Rock, 1993).
Secara terperinci, untuk masing-masing jenis pulpotomi adalah sebagai berikut.
a. Pulpotomi Vital
1)

Rasa sakit spontan.

2)

Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.

3)

Ada mobiliti yang patologi.

4)

Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa, resorpsi akar interna maupun

eksterna.
5)

Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap infeksi sangat

rendah.
6)

Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.

Prosedur Perawatan Pulpotomi


Prosedur pulpotomi meliputi pengambilan seluruh pulpa bagain korona gigi dengan pulpa
terbuka karena karies yang sebagaian meradang, diikuti dengan peletakkan obat-obatan tepat di
atas pulpa yang terpotong. Setelah penempatan obat, selanjutnya dapat dilakukan penumpatan
permanen. Pada gigi sulung, prosedur pulpotomi dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan
(Budiyanti, 2006).
Pada gigi sulung, prosedur pulpotomi dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan jika dibantu
dengan penggunaan anastesi lokal. Dalam hal ini tekniknya merupakan amputasi pulpa vital
(Kennedy, 1992). Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah
untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses
infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar
(Mathewson & Primosch,1995).
Perawatan pulpotomi dinyatakan berhasil apabila kontrol setelah 6 bulan tidak ada keluhan, tidak
ada gejala klinis, tes vitalitas untuk pulpotomi vital (+) dan pada gambaran radiografik lebih baik
dibandingkan dengan foto awal. Tanda pertama kegagalan perawatan adalah terjadinya resorpsi
internal pada akar yang berdekatan dengan tempat pemberian obat. Pada keadaan lanjut diikuti
dengan resorpsi eksternal (Budiyanti, 2006).
Pada molar sulung, radiolusensi berkembang di daerah apeks bifurkasi atau trifurkasi, sedangkan
pada gigi anterior di daerah apeks atau di sebelah lateral akar (Camp et al., 2002). Apabila infeki

pulpa sampai melibatkan benih gigi pengganti, atau gigi mengalami resopsi internal atau
eksternal yang luas, maka sebaiknya dicabut (Whitworth & Nunn, 1997).

Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk gigi sulung:
1.

Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat
perawatan

2.

Isolasi gigi. Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan
kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan.

3.

Preparasi kavitas. Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan
oklusal untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa.

4.

Ekskavasi karies yang dalam.

5.

Buang atap pulpa. Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan
rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal
seperlunya

6.

untuk membuang atap kamar pulpa.

Buang pulpa bagian korona. Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar
atau dengan bor bundar kecepatan rendah.

7.

Cuci dan keringkan kamar pulpa. Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril,
syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa
dari kamar pulpa. Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.

8.

Aplikasikan formokresol. Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang


kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi
pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.

9.

Berikan bahan antiseptik. Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan
formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang
mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian
akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik
digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.

10.

Restorasi gigi. Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan
amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota stainless steel.

Gambar B. Langkah-langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol Satu Kali


Kunjungan.1. Ekskavasi karies, 2. Buang atap kamar pulpa, 3. Buang pulpa di kamar pulpa
dengan ekskavator, 4. Pemotongan pulpa di orifis dengan bor bundar kecepatan rendah, 5.
Pemberian formokresol selama 5 menit, 6. Pengisian kamar pulpa dengan campuran zinc
oxide dengan formokresol dan eugenol, 7. Gigi yang telah di restorasi

Formokresol
Formokresol merupakan golongan aldehid dan menjadi salah satu pilihan dalam
perawatan pulpa. Bahan ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904 dan sejak saat itu telah
digunakan sebagai medikasi untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Teknik pulpotomi dengan menggunakan formokresol digunakan oleh Sweet sebagai suatu
modifikasi metode perawatan pulpa pada tahun 1930. Saat itu, Sweet melaporkan bahwa adanya
keberhasilan penggunaan bahan ini sebesar 97 % pada 16.651 kasus.4

Komposisi Bahan

Larutan

formokresol

yang

memiliki

tujuan

dasar

untuk

memfiksasi jaringan pulpa yang mengalami inflamasi dan mencegah masuknya


mikroorganisme ini, terdiri atas beberapa komponen, diantaranya yaitu:2-3

Trikresol (35 % )

Formaldehid (19 % )

Gliserin ( 15 % )

Aqua

Gambar 1:
Sediaan formokresol.

Komponen aktif dari formokresol adalah formaldehid dan kresol. Formaldehid


memiliki sifat yang dapat mengiritasi jaringan, sehingga penggunaannya dalam rongga
mulut harus hati-hati. Para peneliti menyimpulkan bahwa formokresol tidak menimbulkan
bahaya bagi kesehatan manusia apabila penggunaannya masih dalam jumlah yang tepat.
Bahan kresol yang ditambahkan pada formaldehid bertujuan untuk mengurangi aksi
iritan formaldehid terhadap jaringan. Selain itu, kresol sendiri dapat berperan sebagai
desinfeksi yang cukup efektif. Kedua bahan ini, formaldehid dan kresol, merupakan bahan
zat antiseptik yang efektif terhadap bakteri. Dimana zat antiseptik tersebut dapat bersifat
bakterisid atau bakteriostatik yang dapat ditentukan dari konsentrasinya. Zat antiseptik
dengan konsentrasi yang kecil dapat berperan sebagai bakteriostatik, sedangkan antiseptik
dengan konsentrasi yang besar dapat bersifat bakterisid.3

Gliserin yang juga ditambahkan dalam larutan ini, digunakan sebagai pengemulsi dan
mencegah polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid. Dimana paraformaldehid
yang terbentuk jika tidak ada gliserin ini, dapat menyebabkan larutan menjadi keruh.2

2.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan

Perawatan pulpotomi vital dengan menggunakan formokresol ini diindikasikan untuk


beberapa kasus, diantaranya yaitu:4
Perawatan gigi sulung dengan pulpa yang masih vital;
Perawatan gigi sulung yang pulpanya terlibat, dengan manifestasi klinis berupa
perubahan inflamatori yang terbatas pada pulpa mahkota atau pembukaan mekanis
pada waktu prosedur operatif;
Pada gigi posterior permanen untuk perawatan pulpalgia yang bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit pada keadaan darurat. Dalam hal ini, formokresol memfiksasi
pulpa berdekatan yang ditinggalkan dalam saluran akar dan membuatnya kehilangan
rasa sakit.
Beberapa kontraindikasi larutan formokresol ini antara lain:4

Gigi sulung yang sangat sensitif terhadap panas dan dingin;

Gigi sulung dengan pulpagia kronis;

Gigi yang sensitif terhadap perkusi dan palpasi;

Adanya perubahan radiografik yang disebabkan oleh perluasan penyakit pulpa;

Gigi dengan kamar pulpa atau saluran akar yang menyempit.

2.1.3 Mekanisme Kerja dan Histologi

Formokresol bekerja melalui kelompok aldehid jenis formaldehid, dengan mengikat


bahan asam amino dari protein bakterinya ataupun sisa dari jaringan pulpa gigi. Kemudian
menonaktifkan enzim-enzim oksidatif di dalam pulpa yang berdekatan dengan daerah

amputasi. Hal ini memberikan efek hialuronidase sehingga jaringan pulpa menjadi fibrous
dan

asidofilik

dalam

beberapa

menit

setelah

aplikasi

formokresol.

Reaksi

ini

diinterpretasikan sebagai fiksasi dari jaringan pulpa vital.3-4


Mensukhani melaporkan suatu penelitian secara histologis pada 43 gigi sulung dan gigi
tetap yang telah dilakukan perawatan pulpotomi vital dengan formokresol dan setelah 7-14
hari terlihat tiga zona yang berbeda, yaitu:4
Zona asidofilik (fiksasi) yang luas;
Zona pale stain yang luas;
Zona konsentrasi sel-sel radang yang luas, yang dijumpai di bawah zona pale staining
kea rah apeks gigi.
Pruhs menyatakan bahwa formokresol adalah bahan germicidal kuat yang dapat
menyebabkan fiksasi dari jaringan vital. Ketika ditempatkan pada sisi yang diamputasi,
formokresol menyebabkan nekrose koagulasi dari jaringan yang secara langsung berkontak
dengannya. Selanjutnya formokresol merembes ke saluran akar sehingga menyebabkan
perluasan reaksi jaringan yang diikuti dengan berkurangnya jumlah sel dan perubahan bentuk
morfologi pulpayang diakibatkan proses kalsifikasi dan resorpsi. Sekitar ujung akar terjadi
penumpukan sel-sel inflamasi dan pembentukan jaringan fibrous yang diikuti dengan
penyembuhan pada ujung akar. Reaksi ini terjadi empat hari setelah dilakukan perawatan
pulpotomi vital.4
Berdasarkan evaluasi mikroskopik yang dilakukan Emmerson, dkk pada tahun 1959,
tentang perbedaan lamanya waktu pemberian formokresol ketika melakukan perawatan
pulpotomi vital, diketahui bahwa fiksasi dari jaringan pulpa vital dapat terjadi dalam waktu
lima menit.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan

Kelebihan Formokresol

Dengan adanya kandungan kresol dalam larutan formokresol, maka larutan ini
memiliki efek antiseptic yang dapat membunuh bakteri dengan baik. disamping itu,
formokresol ini dapat mengkoagulasi protein sehingga dapat berperan sebagai bakterisid
yang kuat dan kaustik. Sifat kaustik inilah yang dapat menyebabkan fiksasi bakteri dan
jaringan pada sepertiga bagian atas pulpa yang terlibat.2
Penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan
pulpotomi pada gigi sulung beberapa tahun ini semakin meningkat. Formokresol tidak
membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan kedalaman
yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari bakteri dan dapat
berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba. Keuntungan lain dari formokresol
pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol akan merembes
melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan.2

Kekurangan Formokresol
Beberapa penelitian klinis menyatakan bahwa medikamen yang tergolong aldehid ini
tidak terlalu efektif untuk mencegah atau mengendalikan rasa nyeri pada pemakaian
medikamen intrakanal. Larutan ini juga dikhawatirkan tingkat toksisitasnya baik secara local
maupun sistemis.3
Dikatakan pula bahwa meskipun zat ini dapat memfiksasi jaringan, tapi aldehid tidak
begitu efektif dalam memfiksasi jaringan nekrotik atau jaringan yang mengalami
dekomposisi. Bahkan pada kenyataannya, ketika jaringan nekrotik terfiksasi oleh aldehid,
jaringan tersebut akan lebih toksik dan antigenic. Disamping itu, Menurut Ansari & Ranjpour
(2010), kegagalan formokresol lebih tinggi dibandingkan mineral trioxide aggregate sebab
pada penggunaan formokresol akan terjadi resorpsi internal.2-3

Gambar 4: Kegagalan perawatan pulpotomi dengan menggunakan formokresol pada molar pertama desidui
rahang bawah. Akar mengalami resorpsi dan adanya kehilangan tulang interradikular (tanda panah).

Anda mungkin juga menyukai