Retinopati prematuritas (ROP) adalah suatu penyakit yang secara primer hanya
muncul pada bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah. Kelainan
ini disebabkan oleh pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal pada retina, yaitu
lapisan jaringan saraf yang menyebabkan sulit untuk melihat. Kelainan ini dapat
menyebabkan ablasio retina dan mengarah pada kebutaan.
Retinopati prematuritas yang sebelumnya disebut fibroplasias retrolental,
diperkirakan menyebabkan 550 kasus kebutaan baru pada bayi setiap tahunnya di
Amerika Serikat.
presentase bayi yang terkena gangguan ini, tetapi juga telah meningkatkan jumlah total
yang beresiko.
Pada tahun 1951, Campbell merupakan orang pertama yang menyatakan
bahwa ROP berhubungan dengan terapi oksigen yang diberikan pada perawatan
neonatus, dan hal ini telah dikonfirmasu oleh Patz. 2 Dewasa ini, setelah dilakukan
penelitian tentang terapi oksigen terbukti bahwa oksigen bukanlah satu-satunya
penyebab kausal dari ROP, faktor-faktor lain yang berperan dalam pathogenesis ROP
masih belum diketahui.
ANATOMI RETINA
Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi, dengan
kemampuan untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi
tersebut ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual. 2
Struktur yang berlapis-lapis tersebut memungkinkan lokalisasi fungsi atau
gangguan fungsional pada suatu lapisan atau sekelompok sel. Namun, persepsi warna,
kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di dalam korteks. Retina adalah lembaran
jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi bagian dalam dua
pertiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh
corpus ciliare dan berakhir pada ora serata dengan tepi tidak rata. 2
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut (gambar 1):
sawar
darah-retina.
Lapisan
darah-retina
sebelah
luar
terletak
Gambar
A centralis retinae
2.
Vaskularisasi retina
FISIOLOGI
Retina adalah jaringan mata yang paling kompleks. Sel-sel batang dan kerucut di
lapisan fotoreseptor mengubah ransangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang
RETINOPATHY OF PREMATURITY
Definisi
Retinopati prematuritas (ROP) adalah penyakit yang disebabkan oleh
vaskularisasi retina imatur pada bayi yang lahir premature atau dengan berat
lahir rendah. Penyakit ini dapat ringan atau tanpa disertai defek visual, atau
dapat menjadi progresif dengan adanya neovaskularisasi dan berlanjut pada
lepasnya retina (ablasio) dan kebutaan. Dengan meningkatnya perawatan
neonatal yang membuat bayi prematur (lahir kurang dari 32 minggu) dan berat
badan lahir rendah (kurang dari 1500 gr) dapat bertahan, insiden dari ROP
makin meningkat. 1
Etiologi
penyebab
tunggal.
Faktor
penyebab
lainnya
masih
belum
diketahui.1,2
Faktor Resiko
Faktor resiko ROP meliputi :
1. Lahir pada usia kurang dari 32 minggu masa gestasi, terutama
kurang dari 30 minggu
2. Berat badan lahir rendah (<1500 gr), terutama kurang dari 1250
gram
3. Riwayat apnea
4. Asidosis
5. Septikemia
6. Penyakit jantung bawaan yaitu duktus arteriosus paten
7. Transfusi darah
8. Perdarahan intraventrikel
9. Bradikardi
10. Respiratory distress
Patogenesis
Terdapat dua teori tentang parogenesis ROP. Vaskularisasi retina dimulai
pada minggu ke 16 masa gestasi. Pembuluh darah retina berkembang dari
diskus opticus sebagai gelombang dari spindle sel mesenkimal, dan selanjutnya
proliferasi endotel dan formasi kapiler. Kapiler baru ini akan membentuk
pembuluh darah retina yang matur. Pembuluh darah koroid yang sudah
terbentuk pada 6 minggu masa gestasi memperdarahi seluruh bagian retina
yang avaskular. Pembuluh darah retina akan lengkap mencapai bagian ora
serata nasal pada usia gestasi 32 minggu, dan lengkap mencapai bagian
temporal pada usia gestasi 40-42 minggu atau usia aterm. Pada bayi yang lahir
prematur, terutama pada usia gestasi kurang dari 30 minggu, pembentukan
pembuluh darah retina terhenti sebelum terbentuk sempurna, sehingga hal ini
menyebabkan penyakit ROP muncul.2,3
Teori kedua pada pathogenesis ROP adalah spindle sel mesenkimal,
terpapar oleh kondisi hiperoksigen ekstrauterin, dan membuat celah tautan (gap
junction). Celah tautan ini menginterfensi formasi vaskular normal dan memicu
respon pembentukan neovaskular, seperti dilaporkan oleh Kretzer dan Hittner.
Menurut Ashton, terdapat 2 fase pada teori ini. Fase pertama, fase hiperoksigen,
menyebabkan vasokonstriksi retina dan destruksi sel endotel kapiler yang
ireversibel. Hal ini menyebabkan daerah tersebut menjadi iskemik, faktor
angiogenik seperti vascular endothelial growth factor (VEGF), dihasilkan oleh sel
spindle mesenkimal dan retina yang iskemik untuk membuat vaskular baru. Jalur
vaskular baru ini tidak matur dan tidak berespon pada regulasi yang seharusnya.
Manifestasi Klinis
Kelainan ROP ini biasanya terjadi bilateral, namun sering asimetrik.
Kelainan ini juga jarang menimbulkan gejala yang mudah dikenali. Tanda awal
biasanya adalah adanya keterlambatan pergerakan bola mata. Kelainan ini harus
secara aktif dikenali pada bayi-bayi yang memiliki faktor resiko dengan
melakukan skrining.2,3
Skrining dilakukan rutin untuk semua bayi dengan berat lahir 1500 gr atau
kurang dan bayi-bayi yang mendapat terapi oksigen tambahan jangka panjang,
untuk mencari kemungkinan adanya ROP. Evaluasi pertama dilakukan sesuai
usia gestasi pada saat bayi lahir.
Oftalmoskopi
ROP dikategorikan parah berdasarkan zona pada retina yang terkena (gambar
4). Semakin rendah zona dan semakin tinggi stadium penyakit ini yang
ditemukan pada pemeriksaan funduskopi masing-masing mata, maka tingkat
keparahannya semakin tinggi pula.
Area ini memanjang dua kali jarak dari saraf optic ke macula dalam
bentuk lingkaran. ROP yang terletak pada zona 1 (bahkan pada stadium
1, imatur) dianggap kondisi yang kritikal dan harus dimonitor dengan ketat
Area ini sangat kecil dan perubahan pada area dapat terjadi dengan
sangat cepat, kadangkala dalam hitungan hari. Tanda utama dari
perburukan penyakit ini bukanlah ditemukannya neovaskularisasi tetapi
dengan ditemukan adanya pembuluh darah yang mengalami peningkatan
dilatasi.
Vaskularisasi
retina
tampak
meningkat
mungkin
akibat
Zona 2 adalah area melingkar yang mengelilingi zona 1 dengan nasal ora
Zona 3
Zona 3 adalah bentuk bulan sabit yang tidak dicakup zona 2 pada bagian
temporal.
Pada zona ini jarang terjadi penyakit yang agresif. Biasanya, zona ini
mengalami vaskularisasi lambat dan membutuhkan evaluasi dalam setiap
beberapa minggu.
Banyak bayi yang tampak memiliki penyakit pada zona 3 dengan garis
demarkasi dan retina yang nonvascular. Kondisi ini ditemukan pada balita
dan dapat dipertimbangkan sebagai penyakit sikatrisial. Tidak ditemukan
adanya penyakit sekuele dari zona ini.
Stadium
Stadium 0
Bentuk yang paling ringan dari ROP. Merupakan vaskularisasi retina yang
imatur. Tidak tampak adanya demarkasi retina yang jelas antara retina
yang tervaskularisasi dengan neovaskularisasi. Hanya dapat ditentukan
Stadium 1
Tampak ridge luas dan tebal yang memisahkan area vaskular dan
avaskular retina.
Pada zona 1, apabila ada sedikit saja tanda kemerahan pada ridge, ini
merupakan tanda bahaya. Apabila terlihat adanya pembesaran pembuluh,
penyakit dapat dipertimbangkan telah memburuk dan harus ditatalaksana
dalam 72 jam
Pada zona 2, apabila tidak ditemukan perubahan vaskular dan tidak
terjadi pembesaran ridge, pemeriksaan mata sebaiknya dilakukan tiap 2
minggu.
Pada zona 3, pemeriksaan setiap 2-3 minggu cukup memadai, kecuali
ditemukan adanya pembentukan arcade vaskular.
Stadium 3
Dapat
ditemukan
adanya
proliferasi
fibrovaskular
ekstraretinal
Pada zona 3, pemeriksaan setiap 2-3 minggu cukup memadai, kecuali bila
ditemukan adanya pembentukan arcade vaskular
Stadium ini adalah ablasio retina subtotal yang berawal pada ridge. Retina
tertarik ke anterior ke dalam vitreous oleh ridge fibrovaskular
Stadium 4A tidak mengenai fovea
Stadium 4B mengenai fovea
Stadium 5
Pemeriksaan Penunjang
Standar baku untuk mendiagnosa ROP adalah pemeriksaan retinal
dengan menggunakan oftalmoskopi binocular indirek. 5 Dibutuhkan pemeriksaan
dengan dilatasi fundus dan depresi skleral (gambar 8). Dilatasi pupil dilakukan
dengan Cyclomydril (cyclopentolate 0,2% dan phenylephrine 1%). Instrument
lain yang digunakan adalah :
1. Speculum sauer (untuk menjaga mata tetap terbuka)
2. Depressor skeral Flynn (untuk merotasi dan mendepresi mata)
3. Lensa 28 dioptri (untuk mengidentifikasi zona dengan lebih akurat)
Terapi medis
Terapi medis untuk ROP terdiri dari skrining oftalmologis terhadap bayibayi yang memiliki faktor resiko. Terapi-terapi lainnya yang pernah dicoba dapat
berupa mempertahankan level insulinlike growth factor (IGF-1) dan omega-3polyunsaturated faity acids (PUFAs) dalam kadar normal pada retina yang
sedang berkembang.4,5
Terapi bedah
a. Terapi bedah ablative
Dilakukan bila terdapat tanda kegawatan
Terapi ablative saat ini terdiri dari krioterapi atau terapi laser untuk
tindakan
b. Krioterapi
Krioterapi merupakan terapi utama ROP sejak era 1970an. Prosedur ini
dapat dilakukan dengan anestesi umum ataupun topical. Karena tingkat
stress prosedur yang cukup tinggi, maka mungkin dibutuhkan ventilator
setelah prosedur ini selesai. Komplikasi yang paling umum terjadi adalah
perdarahan intraokuler, hematom konjungtiva, laserasi konjungtiva, dan
bradikardia
c. Terapi bedah laser
Saat ini, terapi bedah laser lebih disukai daripada krioterapi karena
dipertimbangkan lebih efektif untuk mengobati penyakit pada zona 1 dan
DAFTAR PUSTAKA