Food record
Pasien mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam waktu 7
hari. Cara ini paling akurat dan praktis untuk mengumpulkan data, asalkan pasien
kooperatif.
Food frequency questionnaire
Cara ini kurang akurat bila dibanding dengan food record. Food frequency
questionnaire adalah untuk menilai perilaku makan dan mendapatkan data kuantitas
asupan makanan 1 bulan terakhir dengan cara menanyakan frekuensi, jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi dalam 1 minggu terakhir dengan bantuan food
model sebagai panduan untuk membantu ingatan subyek. Selanjutnya, data yang
diperoleh dalam ukuran rumah tangga (URT), dikonversi dalam ukuran gram
menggunakan daftar bahan makanan penukar dan dianalisis dengan program
nutrisurvey 2005.
24 hour recall
Pasien mengingat semua makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam. Cara ini kurang
akurat, tergantung keterampilan penanya,keterbatasan daya ingat pada usia lanjut
dan dipengaruhi variasi makanan dari hari ke hari.1
Riwayat diet
Riwayat diet diceritakan oleh pasien, yang dilakukan oleh dietisien yang terlatih.
Pengkajian asupan makanan tidak hanya ditanyakan pada saat sebelum pasien
dirawat, namun juga perlu dikaji asupan makanan selama dalam perawatan. Dokter
bersama ahli gizi dan perawat (sebagai bagian dari Tim Terpadu) memantau
perkembangan asupan makanan pasien yang dirawat setiap hari.
Pemeriksaan fisik
Pengukuran berat badan dan tinggi (Indeks Massa Tubuh)2
Setelah didapatkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan selanjutnya
Tabel 1. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa
berdasarkan IMT menurut WHO
Klasifikasi
IMT (kg/m2)
< 18,5
18,5-22,9
23,0
23,0 - 24,9
25,0 - 29,9
30,0
Hipertensi
Kadar tekanan darah 140 mmHg untuk sistolik dan 90 mmHg untuk diastolik
atau seseorang yang sudah mengalami hipertensi dan sedang dalam pengobatan
hipertensi.
Pengukuran waist to hip ratior (WHR)
Pengkuran dilakukan untuk menentukan pasien mengalami obesitas sentral atau
obesitas perifer. Cara nya dengan melakukan pengukuran pada lingkar perut atau
pinggang (Lpe) dan lingkar panggul (Lpa). Selanjutnya Lpe dibagi dengan Lpa,
bila pada pria hasilnya > 0,90 atau wanita >0,85 maka pasien tersebut menderita
obesitas sentral yang merupakan salah satu kriteria utama yang biasanya dimiliki
pasien dengan sindrom metabolik.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sebenarnya hanya dilakukan untuk memastikan pasien
hanya menderita obesitas atau sindrom metabolik.
Trigliserida dan glukosa darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah pasien mengalami
resistensi insulin yang ditandai dengan kadar trigliserida yang tinggi atau > 150
mg/dL, toleransi glukosa terganggu (TGT), dan peningkatan kadar glukosa darah
puasa dan sewaktu. Hasil pengukuran tadi merupakan kriteria dari sindrom
metabolik.
Kadar kolestrol-HDL
Kadar kolestrol-HDL yang <40 mg/dL pada pria atau <50 mg/dL pada seorang
wanita merupakan kriteria dari sindrom metabolik.3
Diagnosis kerja
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologi spesifik. Dfaktor
genetik diketahui sangat berpean bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis,
obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak uang tidak
peningkatan trigliserida, dan kolesterol HDL yang rendah dan dinamakan kumpulan
abnormalitas Sindrom-X. Akhirnya pada tahun 1998 World Health Organization
(WHO) mengajukan nama Metabolic Syndrome yang didefinisikan dengan adanya
dua atau lebih abnormalitas metabolik (pada pasien diabetes) atau RI dengan dua
atau lebih keadaan: 1. Hipertensi dengan perlakuan atau tekanan darah >160 / >90
mmHg, 2.Trigliserida150 mg/dL, 3. HDL <35 mg/dL pada laki-laki, atau <40
mg/dL pada perempuan, 4. Rasio lingkar pinggang >0.90 pada laki-laki atau >0.85
pada wanita, 5. Mikroalbuminuria.
Tabel 2. Kriteria sindrom metabolik menurut WHO, NCEP-ATP III dan IDF.5
Komponen
Obesitas
abdominal/ sentral
Hipertrigliseridemia
Hipertensi
Kadar
Glukosa darah
tinggi
Mikro-albuminuri
Kriteria diagnosis
WHO:
Resistensi insulin
plus :
Waist to hip ratio :
Laki-laki : > 0,9
Wanita : > 0,85 atau
IMB >30 Kg/m
150 mg/dl ( 1,7
mmol/L)
TD 140/90 mmHg
Atau riwayat terapi
anti hipertensif
Toleransi glukosa
terganggu,
Glukosa puasa
terganggu,resistensi
insulin atau DM
Rasio albumin urin
dan kreatinin
30 mg/g atau laju
eksresi albumin
20 mcg/menit
Criteria diagnosis
ATP III : 3
komponen di
bawah ini
Lingkarperut :
Laki-laki: 102 cm
Wanita : >88 cm
IDF
Lingkar perut :
Laki-laki: 90 cm
Wanita : 80 cm
150 mg/dl
TD 130/85
mmHg Atau riwayat
terapi anti
hipertensif
110 mg/dl GDP
TD sistolik 130
mmHg
TD diastolik 85
mmHg
100mg/dl
Etiologi
Etiologi dari obesitas multifaktor, namun banyak di sebabkan oleh faktor-faktor
berikut:
Faktor metabolik
Faktor genetik
Level aktivitas
Faktor endokrin
Ras, jenis kelamin dan faktor usia
Faktor etnik dan budaya
Status sosioekonomi
Pola makan
Kehamilan dan menopause
Riwayat diabetes gestasional
Riwayat menyusui pada wanita
Epidemiologi
Sebagai dampak dari adanya perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan pola
makan dan aktivitas olah raga. Pada survei di 27 ibu kota provinsi tahun 1996/1997,
masalah gizi kurang (KEK) dan lebih (obesitas) tampak sangat jelas. Masalah gizi
ganda (double burden) ini juga tidak saja terjadi pada usia produktif di ibu kota
provinsi, akan tetapi di wilayah kumuh perkotaan maupun perdesaan juga sudah
mulai terlihat dan ada kecenderungan meningkat terutama untuk masalah
kegemukan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1, analisis dari data 1999 dan 2001
yang memisahkan dua ekstrim prevalensi kurus (IMT<18.5) dan prevalensi obesitas
(IMT >30) pada wanita usia produktif. Pada daerah kumuh perkotaan (Jakarta,
Semarang, Makassar, Surabaya), masalah kurus banyak terjadi pada usia muda, dan
masalah obesitas sudah mulai terlihat pada usia 30 tahun ke atas dengan prevalensi
>5%. Masalah obesitas pada usia >30 tahun ini meningkat dari tahun 1999 ke tahun
2001. Di wilayah perdesaan (Jabar, Banten, Jateng, Jatim, Lampung, Sumbar,
Lombok, Sulsel), masalah yang sama sudah mulai tampak, hanya prevalensinya
lebih rendah dari wilayah kumuh perkotaan.
Kegemukan dan obesitas merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit
degeneratif sebagai akibat dari perubahan gaya hidup, perubahan pola makan ke arah
tinggi karbohidrat, lemak dan garam serta rendah serat serta rendahnya aktivitas fisik
yang dilakukan sehari-hari.6
Gambar
1.
Masalah
gizi
kurang
dan
trigliserid
dan
meningkatkan
kosentrasi-HDL;
dan
secara
umum
dengan 30% dari total kalori. Perungan presentasi lemak dalam menu sehari-hari
saja tidak dapat menyebabkan penurunan berat badan, kecuali total kalori juga
berkurang. Ketika asupan lemak dikurangi, prioritas harus diberikan untuk
mengurangi lemak jenuh. Hal tersebut bermaksud untuk menurunkan konsentrasi
kolesterol-LDL.
Aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen penting dari program penurunan
berat badan; walaupun aktivitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat badan
lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan. Kebanyakan penurunan berat badan
terjadi karena pengurangan asupan kalori. Aktivitas fisik yang lama sangat
membantu dalam pencegahan peningkatan berat badan. Keuntungan tambahan
aktivitas fisik adalah terjadi pengurangan risiko kardiovaskular dan diabetes lebih
banyak dibandingkan dengan pengurangan berat badan tanpa aktivitas fisik saja.
Aktivitas fisik yang berdasarkan gaya hidup cenderung lebih berhasil menurunkan
berat badan dalam jangka panjang dibandingkan dengan program latihan yang
terstruktur.
Untuk pasien obese, terapi harus dimulai secara perlahan, dan intensitasnya
meningkat secara bertahap. Latihan dapat dilakukaan seluruh pada satu saat, atau
secara bertahap sepanjang hari.
Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka
waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan
jangka waktu selama 5 kali seminggu. Dengan regimen ini, pengeluaran energi
tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori per hari dapat dicapai.
Regimen ini dapat diadaptasi kedalam berbagai bentuk aktivitas fisik lain, tetapi
jalan kaki lebih menarim karena keamanannya dan kemudahannya. Pasien harus
dimotivasi untuk meningkatkan ativitas fisik sehari-hariseperti naik tangga daripada
naik lift. Seiring waktu, pasien dapat melakukan aktivitas yang lebih berat.
Strategi lain untuk meningkatkan aktivitas fisik adalah mengurangi waktu santai
(sedentary) dengan cara melakukan aktivitas fisik rutin lain dengan risiko cedera
rendah.
Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan suatu
strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktivitas
fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan
dan aktivitas fisik, manajemen stres, stimulus control, pemecahan masalah,
contigency management, cognitive restructuring dan dukungan sosial.
Farmakoterapi
Merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat badan.
Sibutramine dan orlistat
Merupakan obat-obat penurun berat badan yang telah disetujui oleh FDA di Amerika
Serikat, untuk penggunaan jangka panjang. Untuk pasien dengan indikasi obesitas,
sibutramine dan orlistat sangat berguna.
Sibutramine ditambah diet rendah kalori dan aktivitas fisik terbukti efektif
menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Dengan pemberian sibutramine
dapat muncul peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Sibutramine sebaiknya
tidak diberikan pada pasien dengan riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner,
gagal jantung kongestif, aritmia atau riwayat stroke.
Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak 30 persen. Dengan pemberian
orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi
parsial. Semua pasien harus dipantau untuk efek samping yang timbul. Pengawasan
secara berkelanjutan oleh dojter dibutuhkan untuk mengawasi tingkat efikasi dan
keamanan.
Terapi bedah
Merupaka salah satu pilihan untuk menurunkan berat badan. Terapi ini hanya
diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI 40 atau 35
dengan kondisi komorbid. Terapi bedah ini harus dilakukan sebagai alternatif
terakhir untuk pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi
obesitas yang ekstrem.
Bedah Gastrointestinal (restriksi gastrik [banding vertical gastric]) atau bypass
gastric adalah suatu intervensi penurunan berat badan pada subyek yang bermotivasi
dengan risiko operasi yang rendah.
Suatu program yang terintegrasi harus dilakukan baik sebelum maupun sesudah
untuk memberikan panduan diet, aktivitas fisik, dan perubahan perilaku serta
dukungan sosial.4
Kebutuhan energi, karbohidrat, protein dan lemak perhari
Dengan catatan dalam keadaan berat badan ideal. Ketidak seimbangan antara asupan
makanan dan penggunaan zat gizi yang terkandung untuk keperluan metabolisme
tubuh akan mengganggu fungsi metabolisme tersebut. Kekurangan zat gizi akan
menyebabkan status gizi kurang atau gizi buruk. Sebaliknya kelebihan zat gizi akan
menyebabkan status gizi lebih, yang ditandai dengan kegemukan atau obesitas.
Kekurangan atau kelebihan zat gizi pada seseorang dapat terjadi secara spesifik
sesuai pola makan orang tersebut, yang dapat menimbulkan penyakit tertentu,
tergantung zat gizi apa yang kurang/lebih dikonsumsi.
Cara menghitung berat badan ideal dengan menggunakan rumus Brocca8 :
BB ideal = (Tinggi badan - 100) - 10% (Tinggi badan - 100)
Skenario:
Seorang laki-laki berusia 45 tahun, bekerja sebagai guru dengan tinggi badan 150
cm dan berat badan 80 kg.
Bila dihitung IMT (indeks massa tubuh) pasien ini adalah 35,56, yang bila dilihat
dalam tabel IMT asia pasifik termasuk dalam kategori obesitas 2.
Guru merupakan aktivitas yang termasuk dalam kategori ringan, sehingga bila akan
dihitung kebutuhan energi perhari nya menggunakan 25 kal/kg BBI. Hasilnya 25 kal
dikalikan dengan berat badan pasien 80 kg adalah 2000 kal.
Kebutuhan hidrat arang atau karbohidrat = 60% x 2000 kal = 1200 / 4 gr = 300 gr
Kebutuhan protein
= 20% x 2000 kal = 400 / 4 gr = 100 gr
Kebutuhan lemak
= 20% x 2000 kal = 400 / 9 gr = 44,44 gr
Waktu
Pagi
Snack
Siang
Snack
Malam
Total
Jenis makanan
Sumber Hidrat Arang
Sumber Protein Hewani
Sumber Protein Nabati
Sayuran (A)
Buah
Sumber Hidrat Arang
Sumber Protein Hewani
Sumber Protein Nabati
Sayuran (B)
Buah
Sumber Hidrat Arang
Sumber Protein Hewani
Sumber Protein Nabati
Sayuran (C)
Takaran
1P
0,5 P
0,5 P
Bebas
1P
1P
0,5 P
0,5 P
1P
1P
1P
0,5 P
0,5 P
1P
10 P
Energi
175 kal
47,5 kal
40 kal
40 kal
175 kal
47,5 kal
80 kal
25 kal
40 kal
175 kal
47,5 kal
80 kal
50 kal
1.022,5 kal
HA
40 gr
4 gr
10 gr
40 gr
4 gr
5 gr
10 gr
40 gr
4 gr
10 gr
167 gr
Protein
4 gr
5 gr
3 gr
4 gr
5 gr
3 gr
1 gr
4 gr
5 gr
3 gr
3 gr
40 gr
Lemak
3 gr
1,5 gr
3 gr
1,5 gr
3 gr
1,5 gr
13,5 gr
Komplikasi
Penderita obesitas yaitu orang yang mempunyai berat badan sangat berlebihan,
secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik. Namun perlu
diwaspadai bahwa masalah obesitas tidak hanya sekedar mempengaruhi penampilan
seseorang. Seperti dikatakan diatas masalah obesitas biasanya juga disertai masalah
kesehatan lain seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi,
kanker, penyakit ginjal, dan penyakit hati yang dapat menyebabkan kematian.
Penutup
Bila dilihat dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan, pasien
menderita obesitas 2. Namun untuk menentukan diet yang cocok untuk pasien perlu
dilakukan anamnesis lebih lanjut karena obesitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Seperti riwayat konsumsi nutrisi sebelumnya dan pemeriksaan kadar kadar hormon
tiroid.
Daftar Pustaka
1. Lubos Sobotka. Basics ini clinical nutrition. Edisi keempat. Czech: ESPEN;
2.
2011.hal.23-26.
Sachiko T. Obesity assesment : tools, methods, interpretations. New York: Chapman
3.
4.
2012.hal.267-81.
Sidartawan Sugondo. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 6. Jakarta: EGC;
5.
2014.hal.2559-69.
Nurhaedar Jafar. 2012. Sindrom metabolik dan epidemiologi. Makassar: Universitas
6.
Hasanuddin.hal.71-73.
Azrul Azwar. 2014. Kecenderungan masalah gizi dan tantangan di masa datang.
7.
8.