Anda di halaman 1dari 9

BAB 6

AKTIVITAS ENZIM
6.1.

TATANAMA dan KLASIFIKASI


Masing-masing enzim merupakan katalis yang selektif dengan reaksi spesifik.

Enzim hanya mampu mengkatalis satu jenis substrat, jika menggunakan substrat
alternatif, reaksi sangat lambat dibandingkan dengan substrat alami. Berikut bentuk
spesifik dari enzim yaitu :
1. Spesifisitas reaksi
2. Sesifisitas ikatan
3. Spesifisitas optik
Karena tingginya tingkat spesifisitas, maka dibuat sstem pembagian enzim
oleh International Union of Biochemistry. Sistem ini membagi enzim dalam 6
kelompok. Menurut IUBMB (International Union of Biochemistry and Molecular
Biology), enzim-enzim dikelompokkan menjadi 6 golongan atau kelas, sebagaimana
yang disajikan dalam tabel 3-3. Masing-masing kelas ini dikelompok-kelompokkan
lagi menjadi beberapa subkelas. Misalnya, enzim kelas (1) yaitu kelas
Oksidoreduktase, dibagi menjadi beberapa subkelas, antara lain subkelas (1) yaitu
enzim oksidoreduktase yang bekerja pada gugus CH-OH donor dan subkelas (2) yaitu
enzim yang bekerja pada gugus aldehida atau gugus okso senyawa donor, dan lainlain. Demikian pula enzim kelas (2), (3), (4) dan selanjutnya, masing-masing juga
dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subkelas.
Kemudian, masing-masing subkelas juga masih dibagi-bagi lagi menjadi
beberapa sub-subkelas. Misal, enzim subkelas (1) dari kelas (1) yaitu enzim
oksidoreduktase yang bekerja pada gugus CH-OH donor, dibagi lagi menjadi
beberapa sub-subkelas, antara lain sub-subkelas (1) yaitu yang bekerja dengan NAD
or NADP sebagai akseptor dan sub-subkelas (2) yaitu yang bekerja dengan sitokrom
sebagai akseptor. Masing-masing sub-subkelas ini beranggotakan beberapa enzim
yang memenuhi kriteria dalam pengelompokannya. Untuk memudahkan memahami
pembagian enzim ini dapat dilihat skemanya pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengelompokkan kelas enzim


No.
1.

Kelompok/Kelas
Oksidoreduktase

2.

Transferase

3.

Hidrolase

4.

Liase

5.

Isomerase

6.

Ligase

6.2.

Sifat Biokimia
Mengkatalisis reaksi reduksi-oksidasi terhadap
berbagai gugus
Mengkatalisis berbagai reaksi transfer gugus
fungsional dari molekul donor ke molekul
akseptornya. Salah satu subkelompok enzim
transferase adalah enzim-enzim kinase yang
mengendalikan metabolisme dengan jalan
mentransfer gugus fosfat dari ATP ke molekul
lain.
Mengkatalisis reaksi penambahan molekul air
pada suatu ikatan, yang kemudian dilanjutkan
dengan reaksi penguraian (hidrolisis)
Mengkatalisis reaksi penambahan molekul air,
ammonia atau karbon dioksida pada suatu ikatan
rangkap, atau melepaskan air, ammonia, atau
karbon dioksida dan membentuk ikatan rangkap.
Mengkatalisis berbagai reaksi isomerisasi, antara
lain isomerisasi L menjadi D, reaksi mutasi
(perpindahan posisi suatu gugus), dan lain-lain.
Mengkatalisis reaksi dimana dua gugus kimia
disatukan atau diikatkan (ligasi) dengan
menggunakan energi yang berasal dari ATP.

KARAKTERISASI UMUM
semua enzim adalah protein yang diproduksi oleh sel-sel hidup. Aktivitas

enzim bervariasi menurut sumber enzim. dalam empat hal, aktivitas katalitik enzim
berbeda yang katalis lainnya.
1. enzim yang sangat efisien, yaitu jumlah molekul yang berhubungan
dengan situs per detik, sering lebih tinggi dibandingkan katalis anorganik,
terutama ketika mempertimbangkan reaksi dilakukan dalam kisaran suhu
fisiologis 25-37 derajat celcius.
2. Reaksi enzim spesifik dalam sifat reaksi dikatalisis dan substrat yang

6.3.

digunakan.
3. Enzim adalah katalis sangat serbaguna.
4. Enzim adalah subjek kontrol sel.
Sifat Enzim
Kinetika

pada konsentrasi enzim konstan [E], laju reaksi enzim-katalis meningkat


dengan meningkatnya konsentrasi substrat [S] dengan cara yang ditunjukkan
dalam gambar 1.

Gambar 1. laju reaksi enzim-katalis sebagai fungsi dari konsentrasi substrat


karakteristik dari semua reaksi enzim-dikatalisasi adalah bahwa tingkat V
(dimensi: MT-1) cenderung ke arah maksimum, biasanya dinyatakan sebagai Vmax. hal
ini disebabkan kejenuhan situs aktif enzim dengan pembentukan ES enzim-substrat
yang kompleks, yang merupakan tahap penting dalam pembentukan produk P.
deskripsi sederhana dari reaksi kimia keseluruhan sebagai berikut.

pada tahun 1913 Michaelis-Menten menyarankan bahwa dalam keadaan steady-state


(1)

atau

(2)

dimana Km adalah Konstanta Michaelis (dimensi: ML-3) yaitu


(3)

Total enzim [ET] yaitu


(4)

Substitusi persamaan (4) ke persamaan (2)


(5)

laju reaksi V tergantung pada konsentrasi kompleks [ES] enzim-substrat, yaitu

(6)
(7)

tingkat maksimal reaksi Vmax dicapai ketika enzim jenuh dengan substrat karena
kelebihan substrat (yaitu [S] >> Km), sehingga
(8)

Dimana

(9)

Substitusi persamaan (9) ke persamaan (7), dihasilkan persamaan Michaelis-Menten


(10)

persamaan (10) adalah aljabar yang identik dengan persamaan Monod untuk kinetika
mikroba. ada implikasi yang signifikan dari situasi ini:
1. metode umum penanganan data eksperimen dapat digunakan untuk
mendapatkan parameter intrinsik Vmax, Km, dll.
2. keterbatasan difusi, baik fase cair atau fase padat, dapat ditangani oleh
metodologi umum.
3. pengembangan persamaan reaktor dan konfigurasi reaktor mengikuti kursus
umum.
susun ulang persamaan (10) menjadi
(11)

(12)

pH
Semua enzim sensitive terhadap pH. Terdapat hubungan antara Vmax dan pH,

yaitu antara pH optimum dan nilai maksimum dari V max. fenomena ini memiliki dua
konsekuensi penting.
1. Dibutuhkan kehati-hatian dalam memilih pH

2. Dibutuhkan control pH, seperti menggunakan buffer, karena reaksi enzim


dapat merubah nilai pH
Sebuah variasi pada pH dapat memberikan pengaruh terhadap enzim
1. perubahan dalam konformasi struktur protein
2. ionisasi sisi aktif atau substrat
Hal-hal ini dapat mempengaruhi dalam pembentukan kompleks enzim substrat dan
perubahan nilai-nilai kinetikanya.

Temperatur
Dampak dari dua fenomena yang berlawanan dari simulasi atau inaktivasi yaitu
1.
Kenaikan aktivitas dengan temperature mengikuti persamaan Arhenius
(13)

2.

Hilangnya aktivitas enzim dapat disebabkan oleh inaktivasi enzim menurut


hubungan pembentukannya
(14)

Koenzim
Koenzim adalah senyawa-senyawa non-protein yang dapat terdialisa,

termostabil dan terikat secara longgar dengan bagian protein dari enzim
(apoenzim). Karena terikat secara longgar dan reversibel, kadang-kadang koenzim
disebut juga ko-substrat. Umumnya koenzim merupakan vitamin atau turunannya,
antara lain vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B5 (asam
pantotenat), vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12 (sianokobalamina), dan
nikotinamida. Dalam mekanisme kerja enzim, koenzim biasanya berperan sebagai
pentransfer gugus kimia tertentu dari satu reaktan ke reaktan lainnya. Gugus kimia
yang ditransferkan dapat berupa gugus sederhana, misalnya (H + + 2e) yang dibawa
oleh NAD atau H+ yang dibawa oleh FAD, namun dapat juga berupa gugus kompleks
misalnya gugus amin (-NH2) yang dibawa oleh piridoksal fosfat.

Ion Anorganik
Banyak enzim dalam penambahan pada koenzim membutuhkan ion logam untuk
mengaktivasi enzim. kehadiran ion tersebut dapat meningkatkan stabilitas enzim,
walaupun dibutuhkan konsentrasi yang sesuai sumber enzim.

Inhibitor
1.
Inhibitor kompetitif

Pada inihibitor kompetitif, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk berikatan


dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sangat mirip
dengan substrat asli enzim. Pada inhibitor kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak
berubah, namun memerlukan konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk mencapai
kelajuan maksimal tersebut, sehingga meningkatkan Km
V0
I1

Np inhibitor

Vmaks

I1 > I0
Vmaks unchanged
Km increased

Intersect
at Y axix

1/2Vmaks
Inhibitor
kompetitif

Km

I0

1/V0

1/Vmaks

Km

Gambar 2. Hubungan antara kecepatan reaksi (v) dengan konsentrasi substrat


(dengan atau tanpa. inhibitor kompetisi). Perhatikanlah bahwa Vmaks tidak
berubah walaupun ada perubahan Km akibat adanya inhibitor kompetisi maupun
inhibitor non-kompetitif

(15)

2.

Inhibitor Nonkompetitif
Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama substrat

berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor tidak
dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi substrat, Vmax reaksi berubah. Namun,
karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km tetap sama.
V0
No inhibitor

Vmaks

I0

Vmaks

I1

1/2Vmaks

1/V0

I1
I0

Vmaks descreated
Km unchanged

1/Vmaks

Km = Km

-1/Km - 1/Km

Intersect
at X axix

Inhibitor
nonkompetitif

Gambar 2 Hubungan antara (v) dan konsentrasi substrat (dengan atau tanpa
inhibitor non-kompetisi). Dalam hal ini terdapat pergeseran Vmaks, sedangkan Km
tetap.

(16)

3.

Inhibitor Unkompetitif
Pada inhibitor tak kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim

bebas, namun hanya dapat dengan komples ES. Kompleks EIS yang terbentuk
kemudian menjadi tidak aktif. Jenis inhibitor ini sangat jarang, namun dapat terjadi
pada enzim-enzim multimerik.

V0

No inhibitor

Vmaks
Vmaks

I0

1/V0

Both Km & Vmaks


descreated

1/2Vmaks

I1

Two paralel
lines

1/Vmaks

Inhibitor
unkompetitif

Km Km

I1
I0

-1/Km - 1/Km

Gambar 3. Hubungan antara (V) dan konsentrasi substrat (dengan atau tanpa
inhibitor unkompetisi). Dalam hal ini terdapat pergeseran Vmaks, dan Km.

(17)

4.
Inhibitor Substrat
Konsentrasi substrat yang tinggi dapat menurunkan aktivitas enzim. Modifikasi
persamaan Michaelis-Menten disesuaikan dengan fenomena ini. Penyesuaian
Lineweaver-Burk yaitu
(18)

5.
Inhibitor Produk Akhir
dalam rantai metabolisme, produk akhir dapat menghambat enzim sebelumnya dalam
rantai yang akhir-produk daripada aktivator, mengikat ke situs aktif kedua dalam
molekul enzim. pengikatan aktivator bergeser enzim ke bentuk aktif, sedangkan
pengikatan inhibitor berbalik transisi.

6.4.

Kegunaan
Karena karakteristiknya, secara prinsip enzim adalah katalis yang ideal untuk

digunakan dalam aplikasi proses industri dan dapat menguntungkan maupun tidak
menguntungkan. Hal yang menguntungkan terjadi jika reaksi spesifik diperlukan
pada spesies selain substrat mdan ketika konversi tanpa pembentukan produk
samping. spesifisitas adalah kelemahan dalam setiap reaksi enzim yang berbeda dan
setiap enzim memiliki potensi untuk aplikasi untuk reaksi lainnya.
6.5.
Sumber
Enzim ialah senyawa protein yang disintesiskan di dalam sel secara
biokimiawi. Enzim merupakan biokatalis yaitu senyawa yang diproduksi oleh
organisme. Secara garis besar sumber enzim dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
hewan, tanaman dan mikroba. Namun saat ini, enzim yang diproduksi dalam skala
industri sebagian besar diperoleh dari mikroba.
6.6.
Enzim Amobil

penggunaan enzim dalam larutan bebas merupakan pemborosan, tidak selalu


ekonomis. untuk mencegah kehilangan, enzim dapat diimobilisasi dengan bahan
larut. Adanya faktor ekonomi yang harus diperhitungkan untuk menetapkan
kelayakan imobilisasi yakni sebagai berikut.
1. Harga enzim
2. Tingkat pemurnian enzim yang diperlukan
3. Biaya bahan kimia imobilisasi dan proses imobilisasi
4. Stabilitas enzim
5. Inhibitor dan efek racun
Teknik yang digunakan dalam proses imobilisasi yaitu:

Covalent attachment
enzim yang kovalen terikat dengan adanya inhibitor kompetitif atau substrat

untuk mencegah kemungkinan kerusakan pada situs aktivitas enzim. pengikatan


umumnya terjadi oleh salah satu reaksi berikut:
1. Peptide reaction bond
2. Alkylation or arylation
3. Diazo linkage
4. Isourea linkage
5. Other reactions

Covalent crosslinking
Penggunaan agen multifungsi berat molekul rendah untuk menghubungkan

hasil enzim dalam banyak kehilangan aktivitas enzim, dengan pembentukan produk
gelatin. untuk menghindari kerugian dalam aktivitas, enzim sering diserap ke
pembawa sesuai sebelum polimerisasi.

Adsorption

Entrapment or encapsulation

Anda mungkin juga menyukai