Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan
Thailand. Kondisi

tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan

Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit


menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga
kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya yaitu
pertambangan. Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembangunan nasional. Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan
dalam perekonomian nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor
riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana pertambangan menjadi salah satu
sumber penerimaan negara. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah
padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu,
dalam rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan
kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan

implementasi

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

(K3)

pada

kegiatan

pertambangan.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan
bagian dari proses manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting di dalam
pencapaian tujuan perusahaan melalui pengendalian rugi perusahaan tersebut.
Alasan ini adalah tepat mengingat penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam suatu perusahaan betujuan mencegah, mengurangi dan menanggulangi
setiap bentuk kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak
dikehendaki. Keberhasilan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dalam suatu industri sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ?
2. Apa faktor resiko yang ada dalam kegiatan pertambangan ?
3. Mengapa peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting
dalam kegiatan pertambangan ?
4. Bagaimana pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dalam kegiatan pertambangan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Mengetahui faktor resiko yang ada dalam kegiatan pertambangan.

3. Mengetahui pentingnya peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


dalam kegiatan pertambangan.
4. Mengetahui pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dalam kegiatan pertambangan.

D. Manfaat Penulisan
Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya
pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan
pertambangan sehingga mencegah resiko kecelakaan maupun kejadian berbahaya
serta penyakit pada saat bekerja.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :

Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.

Menurut Sumamur, keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk


menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Simanjuntak, keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang


bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup

tentang

kondisi

bangunan,

kondisi

mesin,

peralatan

keselamatan, dan kondisi pekerja.

Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja


adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang
terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk
pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Ridley, John yang dikutip oleh Boby Shiantosia, mengartikan


kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Menurut Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja


menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.

Menurut Mangkunegara bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah


a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi :
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang
kurang diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi :
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik dan
pengaturan penerangan.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan
dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga
pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi

lingkungan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) cukup penting bagi
moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk
memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam
kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3 (keselamatan dan kesehatan kerja)
meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi juga penyembuhan luka
dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti
sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri,
kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan
psikologi kesehatan kerja.

B. Faktor Resiko Yang Ada Dalam Kegiatan Pertambangan


Adapun

Faktor

Resiko

yang

sering

dijumpai

pada

perusahaan

pertambangan adalah sebagai berikut :


1. Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai
dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang
berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan
semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal.
2. Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang
terjadi di dalam tambang, serta kondisi tanah yang rentan mengalami
longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya pengaturan
pembuatan terowongan untuk tambang.

3. Kebakaran

Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah


tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal,
seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan
sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan
kemudian membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive
limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang
diiringi oleh kebakaran.

4. Getaran dari alat-alat mekanik


Alat-alat berat yang memiliki frekuensi rendah maupun tinggi yang dapat
diterima oleh seluruh tubuh dan merambat melalui tangan.

C. Tujuan Pelaksanaan K3 Dalam Kegiatan Pertambangan


Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin
kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil
karyanya. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja adalah sebagaai berikut :
1. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
2. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan
sewaktu bekerja.
3. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja.
4. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari
kerja.
5. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan

6. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.


Keselamatan

kerja

mencakup

pencegahan

kecelakaan

kerja

dan

perlindungan terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan


sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat. Syaratsyarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, penggunaan,
pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Adapun
yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja
dinilai seperti berikut :
1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,
cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja
yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja, kecelakaan
selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan
kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan mesin dan
peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat,
kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat
kecelakaan kerja, baik langsung ataupun tidak langsung, cukup bahkan
kadang-kadang terlampau besar sehingga bila diperhitungkan secara
nasional hal itu merupakan kehilangan yang berjumlah besar.

2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk


atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya, dewasa ini
seolah-olah relatif rendah dibandingkan dengan banyaknya jam kerja
tenaga kerja.
3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam pada sektor pertambangan
mempunyai risiko-risiko khusus sebagai akibat kecelakaan tambang,
sehingga keselamatan pertambangan perlu dikembangkan secara sendiri,
minyak dan gas bumi termasuk daerah rawan kecelakaan.
4. Menurut observasi, angka frekuensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan
yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih
terlalu tinggi. Padahal dengan hilangnya satu atau dua jam sehari
mengakibatkan kehilangan jam kerja yang besar secara keseluruhan.
5. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada
faktor penyebabnya, sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat
mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Untuk
mencegah kecelakaan, penyebab-penyebab ini harus dihilangkan.
6. 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia, maka dari itu
usaha-usaha keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga
harus memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam hubungan
ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja
merupakan sarana yang sangat penting.
7. Sekalipun upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih
mungkin terjadi dan dalam hal ini adalah besar peranan kompensasi
kecelakaan sebagai suatu segi jaminan sosial untuk meringankan beban
penderita.

D. Pelaksanaan K3 Dalam Kegiatan Pertambangan

Metode Pengelolaan dan Manajemen Resiko Dalam Kegiatan


Pertambangan
Pengelolaan resiko menempati peran penting, karena fungsi ini mendorong

budaya resiko yang disiplin dan menciptakan transparansi dengan menyediakan


dasar manajemen yang baik untuk menetapkan profil resiko yang sesuai.
Manajemen resiko bersifat instrumental dalam memastikan pendekatan yang
bijaksana dan cerdas terhadap pengambilan resiko yang dengan demikian akan
menyeimbangkan resiko dan hasil, serta mengoptimalkan alokasi modal di seluruh
korporat. Selain itu, melalui budaya manajemen resiko proaktif dan penggunaan
sarana kuantitatif dan kualitatif yang modern, akan meminimalkan potensi
terhadap kemungkinan resiko yang tidak diharapkan dalam operasional.
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah
maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai
berikut:
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.
3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi.
4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi.
7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota.

10

8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang


Pertambangan.
9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas
Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi.
10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi.
11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum.
12. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
Pengendalian resiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya
yang ada di tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja. Peran penilaian resiko
dalam kegiatan pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan
ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan resiko adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi resiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang
berpotensi menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut
kejadian yang tidak diinginkan).
2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya resiko yang mungkin timbul
dari peristiwa yang tidak diinginkan.
3. Pengendalian resiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk
mengurangi atau mengendalikan resiko yang tidak dapat diterima.
4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan, adalah menerapkan kontrol
dan memastikan mereka efektif.
Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi
bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti
sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan
membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah

11

analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa, tindakan


selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa
besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau
pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan
menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan
penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah
dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan
melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.

Progaram Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Kegiatan


Pertambangan
Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik adalah program yang

didasarkan pada prinsip close the loop atau prinsip penindaklanjutan hingga
tuntas. Secanggih apapun program yang ditawarkan, jikalau berhenti di tengah
jalan dan tidak diikuti dengan tindak lanjut yang nyata tentu tidak memiliki arti.
Baik International Loss Control Institute (ILCI) maupun National Occupational
Safety Association (NOSA) menyebutkan bahwa sistem keselamatan kerja yang
efektif harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Identifikasi Bahaya (Identification Hazard) Adalah tidak sama bahaya
di lingkungan kerja satu dengan yang lain. Untuk program yang umum
dijumpai dalam kegiatan pertambangan dalam kaitannya dengan
prinsip ini antara lain :
-

Program pengenalan dan peduli bahaya (Hazard Recognition and

awareness Program).
Program komunikasi bahaya dan inventori bahan kimia (Hazard

Communication and Chemical Inventory Program) .


Program pemantauan higiena perusahaan.
Program percontoh (Sampling Program).
STOP program.

12

Program penilaian resiko (Risk Assesment Program).


Program inspeksi keselamatan kerja (Safety Inspection Program).
Audit dasar pihak ketiga (Third Party Baseline Audit).

b) Menyusun standar kinerja dan sistem pengukuran (Set Standart of


Performance and Measurement). Di dalam langkah ini dipandang
sangat penting untuk menmbuat standar, prosedur atau kebijakan yang
berkaitan dengan potensi bahaya yang telah diketahui. Dalam
penyusunan prosedur ini sebaiknya melibatkan semua tingkatan
managemen dan pelaksana di lapangan.
-

Program penyusunan kebijakan, standar kerja, prosedur dengan

tolok ukur standar institusi international, pemerintah dan pabrik.


Program review prosedur kritis (Critical Prosedur Review).
Program inspeksi keselamatan kerja (Safety Inspection Program).
Program pertanggunggugatan keselamatan kerja (Safety

Accountability Program).
Program pertemuan keselamatan kerja (Safety Meeting Program).

c) Menyusun

standart

pertangunggugatan

(Set

Standard

of

Accountability). Langkah ini adalah untuk menetapkan sistem


pertanggunggugatan untuk masing-masing tingkatan manajemen.
Program yang sering dijumpai berkaitan dengan langkah ini adalah :
- Program standarisasi penugasan (Assignment Standardization
-

Program).
Program
standarisasi

Standardisation Program).
Program evaluasi diskripsi kerja (Job Description Evaluation

Program).
Program KRA-KPI.

pertanggunggugatan

(Accountability

d) Mengukur kinerja terhadap standar yang ditentukan (Measure


Performance Against Standard). Langkah ini untuk mengetahui
seberapa tinggi kinerja yang dipakai terhadap standar yang ada.
Beberapa program yang telah sangat dikenal dalam langkah ini
adalah :

13

Audit keselamatan kerja internal dan eksternal (Internal & External

Safety Audit).
Inspeksi keselamatan kerja (Safety Inspection Program).
Program analisa kecelakaan (Accident Investigation Program).
NOSA Five Starrs Grading Audit.
Housekeeping Evaluation.

e) Mengevaluasi hasil yang dicapai (Evaluate Outcome). Termasuk dalam


langkah ini adalah mengevaluasi adanya penyimpangan dari peraturan
perundangan dan standar internasional yang berlaku. Contoh program
dalam langkah ini antara lain :
- Program statistik kecelakaan (Safety Statistic Program).
- Program pelaporan ke pemerintah (Government Reporting).
- Program analisa kecelakaan (Accident Analysis Program).
- Evaluasi kesehatan karyawan (Medical Evaluation).
- Program perlindungan pendengaran dan pernapasan.
- Audit follow up.
f) Melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang ada (Correct
Deviations and Deficiencies) Salah satu contoh yang amat dikenal
dalam langkah ini adalah :
- Program penghargaan safety (Safety Recognition Program).
- Program koreksi tuntas (Correction Close The Loop Program).
- Program pertemuan kepala teknik tambang (Technical Manager
Meeting).

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecelakaan kerja dalam dunia pertambangan adalah suatu kejadian yang
tidak diinginkan atau tidak dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat
cidera pekerja tambang. Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi
pekerja maupun pengusaha, diharapkan dapat menjadi upaya untuk meminimalisir
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diawali dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipasi bila terjadi hal demikian.
Manajemen resiko pertambangan adalah suatu proses interaksi yang
digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,
dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya
seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang
ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan

15

secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman
bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk
manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan
manajemen perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari
perusahaan untuk mengelola K3 dengan menerapkan suatu sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

B. Saran
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat penting dalam dunia
pertambangan karena penyakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian
ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan, kerugian pada diri pekerja, bahkan
kerugian pada negara. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh
pekerja khusunya pekerja dalam dunia pertambangan, guna meminimalisir segala
bentuk kecelakaan maupun kerugian yang dapat terjadi.

16

DAFTAR PUSTAKA

Suhendri Yayan. 2013. Keselamatan dan Kesehatan di Pertambamgan


http://yayansuhendri.blogspot.com/2012/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerjadi.html (diakses 19 Desember 2014)
Kampung Miners. 2013. K3 Pertambangan
http://kampungminers.blogspot.com/2012/11/k3-pertambangan.html (diakses
19 Desember 2014)
Utami Andrika Putra, Rahmi Yunike, Sari Permata Dewi, Bismatullah, Ismadi.
2011. Manajemen Resiko K3 di Perusahaan Pertambangan
https://ariagusti.wordpress.com/2011/01/21/manajemen-risiko-k3-diperusahaan-pertambangan/ (diakses 20 Desember 2014)
Wikipedia. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja (diakses 19
Desember 2014)

17

Qiqi Rizky. 2013. K3 : Faktor Resiko Pada 7 Sektor Kerja


http://qiqihealthylife.blogspot.com/2013/04/k3-faktor-resiko-pada-7-sektorkerja.html (diakses 20 Desember 2014)
Budi Arisetia. 2013. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) : Definisi, Indikator
Penyebab dan Tujuan Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja
https://arisetiabudiblog.wordpress.com/2013/06/20/kesehatan-dan-keselamatankerja-k3-definisi-indikator-penyebab-dan-tujuan-penerapan-keselatan-dankesehatan-kerja/ (diakses 20 Desember 2014)
Faisal Muhammad. 2013. K3 (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja)
dan SOP
http://faisalichal.blogspot.com/2013/06/k3-kesehatan-keselamatan-dankeamanan.html (diakses 20 Desember 2014)

18

Anda mungkin juga menyukai