KONSEP DASAR
A. Pengertian
1. Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai
buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja
yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya; dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2008).
2. Gastroenteritis adalah suatu inflamasi yang terjadi di usus ditandai dengan
keadaan dimana buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari. Buang air
besar encer tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah (Sudoyo, 2002).
Berdasarkan
beberapa
pengertian
diatas,
dapat
ditarik
kesimpulan
Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pencernaan Manusia
Sumber : (adam.com)
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan
fisiologi sistem pencernaan yaitu :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan
masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung,
terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi
depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan
hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan
bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media
10
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b. Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 12 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4
m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang
terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
11
12
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air
besar) yang merupakan fungsi utama anus (Pearce, 1999).
13
2) Salmonella:
Infeksi Parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA),
tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain.
14
3. Faktor Imun
Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/ flora usus dan jamur
terutama candida.
D. Patofisiologi
Proses terjadinya penyakit gastroenteritis dilihat dari beberapa faktor
penyebab antara lain :
1. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan
Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang disebabkan
untuk penyakit antara lain akilia gastrika, humor, pasca gastrektomi,
vagotomi, vistula intestinal. Obstruksi intestinal parsial, divertikulosis,
kolitis ulserosa, poliposis dan endotriatis dapat mengakibatkan perubahan
pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan dinding unsur menurun
(normal 5 30x menit) hal ini menyebabkan perkembang biakan bakteri
bertambah dalam rongga usus atau jika pergerakan dinding usus
meningkat, peristaltik usus juga meningkat, sehingga terjadi percepatan
kontak makanan dengan permukaan usus, makanan lebih cepat masuk
kedalam lumen usus dan kolon, kolon bereaksi cepat untuk mengeluarkan
isinya sehingga terjadi hipersekresi yang menambah keenceran tinja.
2. Faktor Infeksi
Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung
akan dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut
15
bisa mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan
masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus
akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan dapat
meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air, dan
elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare.
3. Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi,
masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan akan
dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang mengandung
zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan bersifat merusak,
reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi peningkatan jumlah
cairan dalam usus yang mengakibatkan diare (Price, 1997; Corwin, 2000)
E. Manifestasi Klinik
Menurut Suharyono (2008), tanda dan gejala penyakit gastroenteritis
antara lain : Diare (frekuensi tinja meningkat dan feses lembek/ cair), demam
karena adanya organisme invasit yang menyebabkan infeksi, muntah, nyeri
abdomen, dehidrasi, penampakan pucat, mata cekung, mata kering, malaise,
weightloss (BB menurun).
16
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastroenteritis menurut Sudoyo (2002) berupa rehidrasi, dan
medikamentosa.
1. Rehidrasi Oral atau Intravena
a. Cairan per oral: Cairan yang diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl, dan Na, HCO, Kal dan Glukosa
b. Cairan Parentral.
1) Dehidrasi Ringan: 1 jam pertama 25 50 ml/kgBB/hari, kemudian
125 ml/kgBB/oral.
2) Dehidrasi sedang: 1 jam pertama 50 100 ml/kgBB/oral kemudian
125ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi
berat:
1jam
pertama
20
ml/kgBB/jam
atau
G. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit gastroenteritis antara lain :
dehidrasi, renjatan hipovolemik, kejang, malnutrisi, intoleransi sekunder
17
Kelemahan,
kelelahan,
malaise,
pembatasan
aktivitas
18
b. Integritas Ego
Gejala: Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tidak berdaya/ tidak
ada harapan, faktor stress akut/ kronis misalnya: hubungan keluarga,
pengobatan yang mahal, faktor budaya, peningkatan prevelensi pada
populasi, menolak, perhatian menyempit, depresi.
c. Eliminasi
Gejala: Episode diare yang tidak dapat disekresikan, hilang timbul,
sering tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan
berlemak (steneatorea), melena, konstipasi hilang timbul.
d. Nutrisi/ Cairan
Gejala: anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran
terhadap diare/ sensitif misalnya produk susu/ makanan berlemak,
kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala: ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.
f. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan
bawah: nyeri abdomen tengah, nyeri tekan menjalar ke bagian
periumbilikal, titik nyeri berpindah, nyeri tekan arthritis, nyeri mata,
fotopobia, iritasi, distensi abdomen.
g. Keamanan
Gejala : riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, peningkatan
suhu 39,640C (eksaserbasi akut)
19
h. Interaksi Sosial
Gejala: masalah berhubungan dengan peran sehubungan dengan
kondisi ketidakmampuan aktivitas secara sosial.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis:
a. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistet
bila diduga terdapat intoleransi gula
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
20
I. Pathways Keperawatan
Infeksi
(bakteri, virus, parasit)
Reaksi inflamasi
Faktor psikologis
Makanan beracun
Motilitas usus
hipermotilitas
Sekresi air dan elektrolit
hipomotilitas
Bakteri tumbuh berlebihan
GASTROENTERITIS
Perubahan status
kesehatan
Hiperperistaltik usus
Krisis situasi
demam
Defekasi sering
Cemas
hipertermi
Penurunan volume
cairan ekstra sel
Feses asam
Pembagian darah tidak merata
Resiko gangguan
integritas kulit
Penurunan cairan
interstitial
Gangguan sirkulasi
dehidrasi
Perfusi jaringan
syok
21
J. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien gastroenteritis
menurut Doengoes (2000) adalah:
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan pengeluaran cairan
yang berlebih
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan makanan tidak adekuat
3. Gangguan pola eliminasi fekal: diare berhubungan dengan peningkatan
peristaltik usus
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan defekasi yang sering
5. Cemas berhubungan dengan krisis situasi karena perubahan status
kesehatan dan hospitalisasi
22
Intervensi:
a. Awasi masukan dan haluaran, karakteristik dan jumlah feses, perkiraan
kehilangan yang tidak terlihat seperti berkeringat, ukur berat jenis urin,
observasi oliguria
Rasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi
ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan
b. Kaji Tanda Vital (Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan)
Rasional: Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat
menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan
c. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari aktivitas
Rasional: kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus
d. Berikan cairan parenteral dan tranfusi daran sesuai indikasi
Rasional:
mempertahankan
istirahat
usus
akan
memadukan
23
Malnutrisi
adalah
kondisi
gangguan
minat
yang
24
25
26
27
Intervensi:
a. Observasi/ catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah
Rasional: diare sering terjadi setelah memulai diet
b. Dorong diet rendah serat sesuai dalam batasan diet, dengan masukan
cairan sedang sesuai diet yang dibuat
Rasional: meningkatkan konsistensi feses. Meskipun cairan perlu
untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah mempengaruhi diare
c. Batasi masukan lemak sesuai indikasi
Rasional: diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan
membatasi efek laksantif penurunan absobsi lemak
d. Observasi tanda sindrom dumping, misal: diare cepat, berkeringat,
mual, muntah dan kelemahan setelah makan
Rasional:
pengosongan
cepat
makanan
dari
lambung
dapat
28
Peningkatan
kehilangan
gaster
potensial
resiko
Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan
misal kondisi dan prosedur
Rasional:
29
f.
dapat
digunakan
untuk
menurunkan
ansietas
dan
memudahkan istirahat
30