BAB 1
PENDAHULUAN
yang panjang.
2,3,4
5,6
akurat dan prediksi kelahiran preterm pada wanita dengan gejala adalah penting
bagi pemberi layanan kesehatan, agar dapat memberikan penatalaksanaan yang
tepat dan efektif, sehingga menghindari intervensi yang tidak perlu.
Pada tahun 2005, sebanyak 12,5 juta kelahiran atau 9,6% dari semua
kelahiran di seluruh dunia adalah kelahiran preterm. Sekitar 11 juta (85%) dari
kelahiran preterm terkonsentrasi di Afrika dan Asia, sekitar setengah juta di
1
Amerika Latin dan Karibia. Kejadian tertinggi kelahiran preterm berada di Afrika
dan Amerika Utara (11,9% dan 10,6% dari semua kelahiran), dan terendah berada
7
di Eropa (6,2%). Di Amerika Serikat pada tahun 2005, sebanyak 28.384 bayi
meninggal pada tahun pertama hidupnya. Kelahiran preterm terlibat sekitar dua
8
pertiga dari kematian ini. Di Indonesia diperkirakan kelahiran preterm terjadi 10%
dari sekitar 4 juta kelahiran, dan angka kematian neonatal sebanyak 20% dari
10,11,12
rahim. Hal ini menandakan bahwa ostium uteri internum merupakan tempat
59
60
Agen yang dapat digunakan untuk proses pematangan servik adalah kemokin
yaitu interleukin-8. Interleukin-8 mempunyai efek yang selektif dalam menstimulasi
pelepasan kolagenase dari granula spesifik tanpa pelepasan protease
11
perhari
59
13
14
Tidak semua pasien yang datang dengan tanda persalinan preterm akan
menjadi kelahiran preterm. Bagaimanapun juga, banyak dari kondisi ini harus
mengalami perawatan di rumah sakit yang sebenarnya tidak diperlukan oleh
karena sulitnya menentukan antara ancaman persalinan preterm dan persalinan
3
preterm yang menjadi kelahiran preterm. Prediktor diagnosis yang baik tidak hanya
menghindari pasien dari terapi tokolitik dan efek sampingnya, tetapi juga dapat
menurunkan angka perawatan rumah sakit dan juga menurunkan angka rujukan ke
fasilitas perawatan perinatologi. Telah banyak prediktor diagnostik yang digunakan
untuk memprediksi kelahiran preterm sebelumnya, namun belum ada yang memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang baik untuk digunakan klinisi
15
Pemeriksaan yang tidak invasif dan telah dilakukan di RS Dr. Hasan Sadikin
adalah pemeriksaan gabungan pH dan neutrofil vagina yang memberikan nilai
spesifisitas dan akurasi yaitu 83,3% dan 75% untuk memprediksi terjadinya
16
13
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
12
Menurut Creasy dan Herron, didefinisikan sebagai persalinan pada wanita hamil
dengan usia gestasi 20 36 minggu, dengan kontraksi uterus empat kali tiap 20
menit atau delapan kali tiap 60 menit selama enam hari, dan diikuti oleh satu dari
beberapa hal berikut: ketuban pecah dini (premature rupture of membrane,
PROM), dilatasi serviks2 cm, penipisan serviks > 50%, atau perubahan dalam
hal dilatasi dan penipisan serviks pada pemeriksaan secara serial.
18
Definisi lain
19
20
21
tertinggi adalah Provinsi Papua (27,0%), Papua Barat (23,8%), Nusa Tenggara
5
21
Dari penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993,
didapatkan angka kejadian persalinan preterm 20,4% dan berat lahir rendah sebesar
9,3%. Selain itu terdapat sejumlah morbiditas yang turut berperan dalam terjadinya
persalinan dan kelahiran preterm, misalnya anemia, di mana prevalens
22
23
24
kasus).
25
26
18
- Faktor maternal:
Berat badan rendah sebelum hamil (Indeks Massa Tubuh - IMT < 19,8
24
kg/m2)
Merokok
Penyalahgunaan zat adiktif
- Faktor uterus:
Anomali uterus
Trauma
19
- Infeksi
Faktor risiko yang paling dominan adalah sosial ekonomi yang rendah dan
riwayat persalinan preterm sebelumnya.
intervensi yang mungkin membahayakan dapat dihindari. Hingga saat ini, belum ada
satu atau beberapa kelompok pemeriksaan yang memiliki nilai sensitivitas dan
spesifisitas yang optimal. Prediksi tersebut dibagi menjadi prediksi klinis, biofisik,
dan biologik.
28
29
Prediksi disini belum tentu suatu uji skrining, karena saat ini belum
ada uji skrining yang dilakukan rutin terhadap persalinan preterm yang terpisah
dari proses anamnesis untuk mencari faktor risiko, seperti riwayat persalinan
sebelumnya. Prediksi yang tepat akan memberikan kesempatan melakukan
intervensi yang efektif.
30
19
31
27,31
preterm selanjutnya setelah satu kali persalinan preterm meningkat hingga 14,3%
32
Wanita yang
8
31
27,31
usia gestasi 24-37 minggu merupakan suatu penanda persalinan preterm aktif.
19
33
dan prediksi positifnya rendah sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat skrining
persalinan preterm. Jika pada usia gestasi 22 - 24 minggu terdapat empat atau lebih
kontraksi tiap jamnya, nilai sensitivitas dan prediksi positif 9% dan 25%. Sementara
bila pada usia gestasi 27 - 28 minggu didapatkan empat atau lebih kontraksi tiap
jamnya, nilai sensitivitas dan prediksi positifnya 28% dan
23%.
34
dalam tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut, skor Bishop didapat dari penjumlahan
skor masing-masing kriteria sesuai hasil pemeriksaan fisik.
Tabel 1 Skor Bishop
31
khususnya pada vagina. Infeksi pada vagina dipandang penting sebagai alat
untuk memprediksikan terjadinya preterm oleh karena terdapat sejumlah bukti
kuat mengenai peran infeksi sebagai faktor risiko persalinan preterm yang paling
kuat.
31
Bukti tersebut antara lain: (1) infeksi intrauterin atau adanya produk
31,35
36
11
37
internal os).
pengukuran
transvaginal.
serviks
yang
sangat
dianjurkan
adalah
secara
37,38,39
12
40
13
diperlukan.
41
14
Lebih dari satu dekade, deteksi dari berbagai prediksi biologik telah
diteliti sebagai suatu alat diagnostik yang potensial dalam memprediksi ancaman
14
persalinan preterm pada umur kehamilan kurang dari 35 minggu. Dari semuanya,
pemeriksaan neutrofil melalui swab vagina menjadi suatu pemeriksaan yang tidak
invasif dalam mendiagnosis persalinan preterm secara klinis dan memberikan nilai
spesifisitas dan akurasi yaitu 83,3% dan 75% untuk memprediksi terjadinya
16
2.4 Neutrofil
Neutrofil, disebut juga leukosit polimorfonuklear merupakan jumlah yang
paling banyak dari populasi sel darah putih dan sebagai perantara fase awal dari
reaksi inflamasi.
17
Neutrofil merupakan sel yang berbentuk bola dengan diameter kira-kira 1215 m dengan membran yang banyak. Neutrofil memiliki segmen yang terbentuk
dari 3 sampai 5 lobulus yang saling berhubungan, oleh karena itu neutrofil disebut
juga polymorphonuclear leukocyte. Sitoplasma neutrofil terdiri dari 2 tipe granula.
Yang paling banyak adalah granula spesifik yang terdiri dari enzim seperti:
lysozyme, kolagenase dan elastase. Granulosa ini tidak memberikan pewarnaan yang
kuat pada pengecatan dasar atau pengecatan yang bersifat asam ( seperti
hematoxylin, eosin dan sejenisnya), hal ini yang membedakan granulosa neutrofil
dengan basofil dan eosinofil. Granulosa yang lain dari neutrofil disebut granulose
azurophilic adalah lisosom yang mengandung enzim dan substansi
17
15
lebih 6 jam. Neutrofil bisa berpindah ketempat yang mengalami infeksi, hanya
dalam beberapa jam setelah masuknya mikroba. Jika neutrofil tidak menuju ke
tempat terjadinya reaksi inflamasi pada periode tersebut, hal tersebut
menunjukkan terjadi proses apoptosis dan biasanya terjadi fagositosis oleh
makrofag di hati atau limpa. Setelah memasuki jaringan, fungsi dari neutrofil
hanya beberapa jam dan kemudian mati.
16
Gambar 4 Hematopoie sis. Perkembangan dari berbagai macam sel dar ah merah
digambarkan dalam Pohon Hematopoietic
Sumber: And rew,2010
17
17
Neutrofils dan Monosit direkrut dari darah ke situs infeksi dengan mengikat
molekul adhesi pada sel endotel dan kemoatractants dihasilkan sebagai respons
terhadap infeksi. Pada suasana non infeksi, lekosit berada di sirkulasi dan tidak
berada di jaringan. Perekrutan leukosit adalah proses multistep dimulai dari
pengikatan leukosit pada lapisan endothelial pada lumen vena post kapiler
kemudian migrasi melewati dinding pembuluh darah. Setiap langkah diatur oleh
beberpa molekul tertentu.
1. Selektin-memediasi pemindahan lekosit pada endotel
Sbagai respon yang timbul akibat adanya mikroba dan sitokin yang
diproduksi oleh sel sel yang menyerang mikroba, sel endothelial pada
bens post capiler dimana terdapat inflamasi terjadi peningkatan ekspresi
protein permukaan yang disebut selectin. Salah satu sitokin yang
terpenting dalam aktivasi endotel adalah Tumor Necrosis Factor (TNF)
dan Interleukin 1 (IL-1). Kedua tipe dari selektin yang diekspresikan dari
sel endotel adalah selectin-P, yang tersimpan pada granul sitoplasma dan
secara cepat didistribusikan pada permukaan sebagai respon dari produk
mikroba dan sitokin. Selektin-E yang disintesis sebagai respon dari
interleukin 1(IL-1) dan TNF, bersamaan dengan produk mikroba,
diekspresikan ke permukaan sel dalam waktu 1 sampai 2 jam. Selektin
ketiga, disebut L-selektin(CD62L), diekspresikan pada limfosit, dan
18
2.
21
Neutrofil dan makrofag mencerna mikroba yang terikat pada vesikel disebut
sebagai proses fagositosis
Fagositosis adalah proses aktif, memerlukan energi dalam proses
mencerna partikel yang besar (>0,5 micrometer pada diameter). Proses mencerna
mikroba ini bertempat pada vesikel yang dibentuk saat fagositosis, dan proses ini
berpotensi menyebabkan perlukaan pada sel, namun prosesnya terlokalisir dari
seluruh sel.
Proses pertama dari fagositosis adalah pengenalan mikroba oleh sel fagosit.
Neutrofil dan makrofag yang terekspos dengan sel normal tidak akan memberikan
reaksi apa-apa, namun secara spesifik mereka akan bereaksi dan mencerna berbagai
mikroba dan partikelnya. Spesifitas menunjukkan bahwa neutrofil dan makrofag
mengekspresikan reseptor yang secara spesifik mengenali mikroba , dan secara
fungsional reseptor ini berperan dalam proses fagositosis. Beberapa reseptor ini
merupakan reseptor pengenal, termasuk lektin tipe-C dan reseptor scavenger.
Reseptor pengenal berperan dalam proses fagositosis pada organisme yang
melepaskan pola tertentu, seperti mannose. Beberapa grup lain dari reseptor
fagositosis mengenali protein host yang menempel pada mikroba yang disebut
opsonins, dan termasuk antibodi, protein komplemen, dan lektin. Proses dari
pelapisan mikroba yang menjadi target fagositosis disebut opsonisasi.
Fagositosis memiliki reseptor dengan afinitas tinggi yang berikatan secara
spesifik pda molekul antibody, protein komplemen, dan lektin; reseptor ini sangat
penting dalam proses fagositosis pada beberapa mikroba. Salah satu dari sistim yang
paling efisien dalam opsonisasi mikroba adalah menyelimutinya dengan antibodi.
Molekul antibodi memiliki ikatan antigen pada satu sisi dan sisi lainnya
22
dinamakan dengan region Fc, antibodi berinteraksi dengan sel efektor dan
molekul dari sistem imun bawaan.
Fagosit mengekspresikan afinitas reseptor Fc yang tinggi disebut FcRI
spesifik untuk antibodi Ig G. Ketika individu merespon adanya antigen mikroba
dengan memproduksi Ig G,dimana Ig G berikatan dengan antigen mikroba, ujung Fc
berinteraksi dengan reseptor FcRI padasel fagosit, dan semakin meningkatkan
efisiensi dalam proses fagositosis mikroba tersebut. Berbagai macam jenis antibodi
yang dihasilkan dalam proses ikatan ini, bergantung dari jenis produk mikroba,
opsonisasi mediated antibody semakin memperluas kemampuan fagositosis dan
melengkapi kerja dari reseptor pengenal. Meskipun antibodi Ig G penting dalam
proses fagositosis dalam berbagai organisme, dimana Ig G adalah produk dari
respon imun adaptif yang dihasilkan oleh limfosit B yang menggerakan efektor
respon imun didapat (fagosit) untuk melakukan tugasnya. Berbagai variasi reseptor
pengenal dan molekul efektor dari sistim imun innate/didapat, termasuk komplemen
dan lektin, adalah merupakan opsonin yang penting. Opsonin ini terdapat didarah,
mereka berikatan dengan mikroba, dan sel fagosit mengekspresikan resesptornya
untuk opsonin ini.
17
reaktif dalam membunuh mikroba (dan sel lainnya). Sistem utama dari
pembentukan radikal bebas adalah sistem fagosit oksidase. Fagosit
24
17
Proses inflamasi itu sendiri merupakan salah satu tanda awal dari persalinan dan
mungkin mempengaruhi hal- hal lain dalam perubahan yang berhubungan dengan
proses persalinan. Imunohistokimia digunakan untuk menggambarkan bahwa
neutrofil dan makrofag merupakan sel yang terutama menginfiltrasi miometrium
25
42
43
Tidak
44
Sel imun dari wanita yang dalam proses persalinan juga memproduksi
faktor inflamasi lainnya, seperti: reactive oxgen species (ROS) dimana dapat
mengoksidasi lemak, mengubah fungsi protein dan merubah DNA dengan
memodifikasi basisnya, menggeser tulang punggung deoxyribose, reaksi silang
molekul lainnya dan memodifikasi secara umum fungsi sel.
45
Inflamasi
B
untuk
meningkatkan
bentuk
hambatan
dari
progesterone
46,47
reseptor.
Sitokindari proses reaksi inflamasi diketahui untuk menginduksi
protein dan gene MMP,
konsentrasi serum prostaglandin dan menurunkan sintesis kolagen.
48
49,50
26
49
Gambar 7 Produk neutrofil dan efek progesteron reseptor pada proses persalinan
Sumber: Anna, 2010
27
61
dibagi dalam empat fase yang saling tumpang tindih yaitu: pelembutan,
pematangan, dilatasi dan pemulihan servik pospartum.
62
61
perubahan besar pada jaringan ikat di servik. Selama fase lambat terjadi
penurunan jumlah kolagen sampai 30% dan proteoglikan sampai 50%
dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil. Proses akhir dari pematangan servik
28
ini adalah melembutnya dan dilatasi dari servik. Mekanisme yang terlibat dalam
proses pematangan servik ini belum sepenuhnya diketahui.
63
64
Matriks ekstraseluler pada servik berjumlah sekitar 85% dan serat otot hanya
6-10%. Matriks ekstraseluler servik mengandung komponen fibriler, proteoglikan,
hyaluronan, dan glikoprotein. Komponen fibriler terdiri dari kolagen dan elastin.
Pada servik, kolagen menempati jumlah terbnyak yaitu 80% dimana
65
kekakuan dari servik dan dengan cepat mengalami perubahan oleh pengaruh
enzim kolagenase.
Kolagen yang terdapat dalam servik terutama kolagen tipe I, III dan IV.
Kolagen tipe I dan III merupakan komponen jaringan ikat utama, sedangkan
yang tipe IV ditemukan berhubungan dengan otot polos dan vaskuler. Dengan
bertambahnya umur kehamilan maka serat kolagen, otot polos dan fibroblas
tersusun dengan rapat yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan atau daya
regang jaringan sehubungan dengan bertambahnya berat janin.
64
pematangan servik maka bagian atas dari servik yaitu ostium uteri internum
bergerak ke lateral se hingga menjadi sulit dibedakan dengan segm en bawah
rahim. Hal ini menan dakan bahwa ostium uteri internum merupak an tempat
dimana proses pematan gan servik menjadi maksimal.
59
65
30
mengakibatkan meningkatnya ion kalsium intra selular. Kalsium ini akan berikatan
dengan kalmodulin untuk mengaktifkan myosin like chain kinase yang bekerja pada
aktin dan miosin sehingga akan menimbulkan pemendekan serabut miometrium dan
terjadilah kontraksi. Sedangkan PGE2 bersama-sama dengan mCSF mempengaruhi
sel darah putih dan fibroblas di servik menyebabkan terjadinya sintesis dan
pelepasan kolagenase. Kolagenase ini akan memecah jaringan kolagen servik
sehingga jumlah kolagen menurun, maka terjadilah proses pelunakan atau
pematangan servik. Servik yang melunak ini akan menyebabkan
60
Agen yang dapat digunakan untuk proses pematangan servik adalah kemokin
yaitu interleukin-8. Interleukin-8 mempunyai efek yang selektif dalam menstimulasi
pelepasan kolagenase dari granula spesifik tanpa pelepasan protease
11
perhari
59
66
32
67
pematangan servik. Kadar neutrofil dalam darah cukup tinggi yaitu 6x10 mL
11
perhari.
59
33
neutrofil vagina adalah > 9 per lapang pandang yang memberikan nilai
sensitivitas 73%, spesifisitas 100%, akurasi 87%, nilai prediksi positif 100% dan
nilai prediksi negatif 79%. Pada penelitian Yamada dan Fayes (2006) nilai
penentu (cut-off point) untuk jumlah neutrofil vagina adalah > 10 per lapang
pandang dengan sensitivitas 80%, spesifisitas 55%, akurasi 67,5%, nilai prediksi
positif 64% dan nilai prediksi negatif 73,3%.
51
Swab tidak boleh diputar balik dan menyilang objek gelas, karena bahan
yang penting yang terdapat pada bagian yang berlawanan dari swab kemungkinan
51
35
36
51
51
51
38
13
39
30
kurs US$1 senilai Rp 9.500 dan UK 1 senilai Rp 15.000 (per Februari 2010).
Pada tahun 2001, di Amerika Serikat diketahui terdapat 384.200 bayi
baru lahir yang didiagnosis sebagai bayi prematur/BBLR. Biaya perawatan bayi
prematur/BBLR di rumah sakit secara keseluruhan mencapai US$ 5,8 miliar
(sekitar Rp 55,100 triliun), mewakili 47% dari biaya perawatan seluruh bayi baru
lahir dan mencakup 27% dari keseluruhan perawatan inap kasus pediatri. Bayi
prematur/BBLR rata-rata membutuhkan biaya perawatan sekitar US$ 15.100
(sekitar Rp 143.450.000) dan lama perawatan 12,9 hari sementara bayi baru lahir
tanpa komplikasi membutuhkan biaya US$ 600 (sekitar Rp 5.700.000) dan lama
perawatan 1,9 hari.
52
Biaya perawatan akan semakin membengkak pada bayi baru lahir sangat
prematur (usia gestasi < 28 minggu/berat lahir < 1.000 g), yaitu sekitar US$
65.600 (sekitar Rp 623.200.000) dan pada bayi dengan komplikasi saluran
pernafasan spesifik. Meskipun begitu, 2/3 dari jumlah keseluruhan biaya
41
perawatan bayi preterm/BBLR merupakan biaya perawatan untuk bayi yang tidak
terlalu preterm.
52
53
Tidak hanya pada saat lahir saja, bayi preterm tentunya akan mengalami
komplikasi jangka panjang. Komplikasi tersebut dapat berupa gangguan
perkembangan dan neurologis, disabilitas motorik dan sensorik, kesulitan dalam
belajar, serta masalah sosial.
52,54
54
54
42
ini:
43
30,57
penelitian mengenai prediksi preterm, baik secara klinis atau dengan menggunakan
parameter fisik dan biologik, hanya dapat memprediksikan terjadinya persalinan
preterm tujuh hari setelah pemeriksaan hingga maksimal sebelum usia gestasi 37
minggu. Artinya, dengan metode prediksi bagaimana pun, persalinan yang terjadi
tetap preterm. Namun, dengan telah diprediksikannya suatu persalinan preterm,
dokter dapat langsung melakukan intervensi dan tata laksana secara dini sehingga
bayi prematur yang dilahirkan lebih baik.
Intervensi yang dapat dilakukan pada ibu hamil yang telah diprediksikan
akan mengalami persalinan preterm adalah dengan menunda terjadinya persalinan
selama mungkin sehingga dimungkinkan untuk dilakukan intervensi untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas neonatal. Antibiotik juga dapat diberikan
untuk mencegah infeksi neonatal. Pemberian steroid antenatal mengurangi
morbiditas neonatal seperti distres pernafasan, perdarahan intraventrikel,
57
58
Contohnya, untuk bayi yang lahir pada usia gestasi 25 minggu, biaya rerata
perkasus adalah US$202.700 (sekitar Rp 1.925.650.000) sementara untuk bayi
yang lahir pada usia gestasi 36 minggu dan 38 minggu, rerata biaya perkasus
adalah US$2.600 (Rp 24.700.000) dan US$1.100 (sekitar Rp 10.450.000).
58
46
Tabel 6 Kebutuhan biaya prediksi preterm yang lainnya yang dapat digunakan
47
BAB 3
RINGKASAN
59
Kolagenase ini akan memecah jaringan kolagen servik sehingga jumlah kolagen
menurun, maka terjadilah proses pelunakan atau pematangan servik. Servik yang
melunak ini akan menyebabkan mudahnya terjadi penipisan dan pembukaan.
60
Agen yang dapat digunakan untuk proses pematangan servik adalah kemokin
yaitu interleukin-8. Interleukin-8 mempunyai efek yang selektif dalam menstimulasi
pelepasan kolagenase dari granula spesifik tanpa pelepasan protease
59
pematangan servik. Kadar neutrofil dalam darah cukup tinggi yaitu 6x10 mL
11
59
13
14
49
Tidak semua pasien yang datang dengan tanda persalinan preterm akan
menjadi kelahiran preterm. Tes diagnostik yang baik tidak hanya menghindari
pasien dari terapi tokolitik dan efek sampingnya, tetapi juga dapat menurunkan
angka perawatan rumah sakit dan juga menurunkan angka rujukan ke fasilitas
perawatan perinatologi. Telah banyak tes diagnostik untuk memprediksi kelahiran
preterm digunakan sebelumnya, namun belum ada yang memiliki sensitivitas dan
spesifitas yang baik untuk digunakan klinisi dalam praktek sehari hari.
50
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
th
4.
Wang ML, Dorer DJ, Fleming MP, Catlin EA. Clinical outcomes of nearterm
infants.
Pediatrics
2004
;114:372-6.
PMID:15286219
doi:10.1542/peds. 114.2.372
5.
6.
the
first
years
of
life.
Pediatrics
2003;112:1290-7.
PMID:14654599 doi:10.1542/peds.112.6.1290
7.
8.
Iams JD, Romero R, Culhane JF, Goldenberg RL. Primary, secondary, and
tertiary interventions to reduce the morbidity and mortality of preterm
birth. Lancet 2008;371(9607):16475.
51
9.
10.
11.
12.
st
14.
15.
16.
52
17.
18.
th
Von Der Pool BA. Preterm Labor: Diagnosis and treatment. Am Fam
Phys.Mei 1998.
19.
Ross MG, Eden RE. Preterm Labor.Article. Juli 2009. Diunduh dari
www.emedicine.com
20.
21.
22.
23.
24.
Mercer BM, Goldenberg RL, Meis PJ, Moawad AH, Shellhaas C, Das A,
et al. The Preterm Prediction Study: prediction of preterm premature
rupture of membranes through clinical findings and ancillary testing. The
National Institute of Child Health and Human Development Maternal-Fetal
Medicine Units Network. Am J Obstet Gynecol 2000;183(3):738-45.
25.
Dizon-Townson
DS.
Preterm
labour
and
delivery:
genetic
26.
27.
Goldenberg RL, Iams JD, Mercer BM, Meis PJ, Moawad AH, Copper RL,
et al. Preterm prediction study: the value of new vs standard risk factor in
predicting early and all spontaneous preterm labor. Am J Public Health.
February 1998;88: 233-8.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
54
34.
35.
Pararas MV, Skevaki CL, Kafetzis DA. Preterm birth due to maternal
infection: Causative pathogens and modes of prevention. Eur J Clin
Microbiol Infect Dis 2006;25(9):562-9.
36.
Iams JD, Goldenberg RL, Meis PJ, Mercer BM, Moawad A, Das A, et al.
The length of cervix and the risk of spontaneous premature delivery.
NEJM February 1996 Vol 334 No 9. P 567-72.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Thomson AJ, Telfer JF, Young A, Campbell S, Stewart CJ, Cameron IT, et
al. Leukocyte infiltrate the myometrium during human parturition: further
evidence that labour is an inflammatory process. Hum Reprod 1999;
14:229-36.
43.
44.
45.
46.
progesterone
withdrawal.
Clin
Endocrinol
Metab
2004:89:1010-3.
47.
56
48.
49.
rd
Challis JR, Lockwood CJ, Myatt L, Norman JE, Strauss JF, 3 , Petraglia
F, Inflamation and pregnancy. Reprod Sci 2009;16:206-15.
50.
cytokine
interactions
affect
matrix
th
2011; 130-33.
52.
Russel RB, Green NS, Steiner CA, Howse JL, Poschman K, Dias T, et al.
Cost of hospitalization for preterm and low birth weight infant in United
States. Pediatrics Vol 120 No 1. Juli 2007
53.
54. Mangham LJ, Petrou S, Doyle LW, Draper ES, Marlow N. The cost of
preterm birth throughout childhood in England and Wales. Pediatrics.
2009; Vol 123 No 2. p e312-27.
55. Institute of Medicine. Preterm birth: causes, consequences, and prevention.
National Academy of Sciences.Washington DC: National Academic Press:
Washington DC. 2007.
57
A.
E.
et.
al.
Web
MD
Professional,
th
58
66. Norman, J. et. Al. Preterm Labour Managing Risk in Clinical Practice,
Cambridge University Press, Cambridge 2005.
67. Wikipedia
(2011),
Interleukin
Wikipedia.http://en.wikipedia.org/wiki/Interleukin_8.
th
20 2011.
Accesed:
8,
April
59