Oleh
Shinta Ardiana Puspitasari
115070201111021
PSIK REG 1
SLO Gastroenteritis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Definisi
Klasifikasi
Epidemiologi
Etiologi dan factor resiko
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Pemeriksaan Diagnostic
Penatalaksanaan Medis
Komplikasi
PEMBAHASAN Gastroenteritis
I.
DEFINISI Gastroenteritis
KLASIFIKASI GASTROENTERITIS
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut.
(Suraatmaja, 2007).
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)
(Suraatmaja, 2007)
III.
EPIDEMIOLOGI GASTROENTERITIS
Menurut Word Health Organization (WHO) menyatakan bahwa tujuh dari
sepuluh kematian anak di negara berkembang dapat disebabkan oleh lima
penyebab utama yakni salah satunya adalah Gastroenteritis yang masih
merupakan salah satu penyebab utama mortalitas anak-anak di berbagai
negara yang sedang berkembang. Setiap tahunnya lebih dari satu milyar
kasus Gastroenteritis sebanyak 3,3 juta kasus Gastroenteritis pada balita
setiap tahun dengan 2-3 % kemungkinan jatuh kedalam keadaan dehidrasi
(entamoeba
histolytica,
giardian
lambia,
trichomonas
Infeksi parenteral
Infeksi diluar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenterits,
seperti
otitis
media
akut,
tonsilitis,
bronkopneumonis,
ensefalitis,
tonsilofaringitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
- Disakarida : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
- Monosakarida : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
marah,
takut)
dapat
merangsang
kelenjar
adenalin
dibawah
VI.
PETOFISIOLOGI
Terlampir
MANIFESTASI KLINIS GASTROENTERITIS
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
SEDANG
BERAT
BB
6-9
7-10
(%) 4-5
kehilangan
Keadaan umum
Haus,
Haus,
gelisah Mengantuk,
sadar
atau letargi
berkeringat
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Turgor jaringan
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Membran mukosa
Basah
Kering
Sangat kering
Tekanan darah
Normal
Normal/rendah
<90
mmHg,
dingin,
mungkin
Normal
Menurun/ keruh
Oliguria
Nadi
Normal
Cepat
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Cekung
Sangat cekung
Defisit
cairan 40-50
60-90
>100
(ml/kg)
VII.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sebagian besar kasus sembuh sendiri dan tidak membutuhkan pemeriksaan
penunjang. Pada pasien dengan keadaan sakit berat sehingga perlu dirawat
di rumah sakit, harus dipertimbangkan pemeriksaan penunjang, diantaranya:
1. Hematest feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih umum pada
gatroenteritis yang disebabkan oleh bakteri)
2. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus
3. Hitung darah lengkap dengan deferensial
4. Uji antigen imunoesai enzim, untuk memastikan rotavirus
5. Kultur feses (jika dihospitalisasi, pus dalam feses atau diare yang
berkepanjangan), untuk menentukan patogen, mengetahui pH dan kadar
gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
6. Evaluasi feses terhadap cacing dan parasit
7. Aspiras duodenum (jika diduga G. Lambia)
8. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
Shigella keluar melalui urin.
9. Pemeriksaan elektrolit tubuh untuk mengetahui Na, K, Ca dan bikarbonat
(Cecily L. Betz, 2002).
Karakteristik feses:
Karakteristik
Normal
Konsistensi
Abnormal
Penyebab
kering Dehidrasi,
motilitas
penurunan
usus
kekurangan
serat,
kurang
konstipasi,
motilitas
akibat
latihan,
peningkatan
usus
(akibat
diare,
kekurangan
absorbsi.
Bau
Aromatik,
Tajam, pedas
dipengaruhi
bakteri
hydrogen
sulfide
dan
Sejumlah
kecil Infeksi
bakteri,
bagian
kasar kondisi
makanan
yang peradangan,
tidak
patogen
yang
bakteri malabsorbsi,
mati,
epitel,
lemak,
protein,
unsur-
empedu,
dll)
Frekuensi
Bentuk
Silinder,
rectum
pensil
atau
seperti benang
Jumlah
Tergantung
diet
(100-400mg/hari)
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
: 10-90 ml/kgBB/hari
: 80-90 ml/kgBB/hari
: 50 ml/kgBB/hari
: 40 ml/kgBB/hari
: 30 ml/kgBB/hari
Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa
diare
tetapi
memperbaiki
kondisi
usus
serta
mempercepat
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
a.
b.
c.
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang
atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E. (Ed), et.al. 2000. Ilmu kesehatan Anak Nelson. Cetakan I.
Ed.15. Vol.2. Jakarta: EGC.
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed.5. Jakarta: EGC.
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik . Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Ed.3. Jakarta: Aesculapiur FKUI
Syaifudin. 2001. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Ed.2. Jakarta: EGC