Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
: Faza Haitami
: B1J013067
: IV
:3
: Ria Cahya Lani
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Identifikasi adalah mengenali dan mencari mengenali ciri-ciri taksonomik
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya dalam suatu takson. Prosedur
identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Pengertian identifikasi
berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi berhubungan dengan ciriciri taksonomik dalam jumlah sedikit (idealnya satu ciri), akan membawa spesimen
kedalam satu urutan kunci identifikasi; sedangkan klasifikasi berhubungan dengan
upaya mengevaluasi jumlah besar ciri-ciri (Indarmawan, 2010).
Klasifikasi adalah penataan hewan-hewan ke dalam kelompok yang
didasarkan atas kesamaan dan hubungan mereka (Mayr, 1982). Identifikasi memiliki
arti penting bila ditinjau dari segi ilmiahnya, sebab seluruh urutan pekerjaan
berikutnya sangat tergantung kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu spesies
yang sedang diteliti. Peranan buku kunci identifikasi dalam melakukan identifikasi
adalah mutlak diperlukan (Saanin, 1984). Pengelompokkan makhluk hidup
dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan hubungan kekerabatannya, yaitu in
group dan out group. In group adalah kelompok organisme yang sedang dikaji. Out
group adalah kelompok organisme yang sedang tidak dikaji namun memiliki
kekerabatan yang dekat dengan kelompok organisme yang sedang dikaji (Simpson,
1961).
Klasifikasi makhluk hidup bertujuan untuk membantu dalam mengenali atau
mempelajari makhluk hidup yang begitu banyak dan beraneka ragam sifat serta ciricirinya. Manfaat klasifikasi adalah mengetahui jenis-jenis makhluk hidup dan
hubungan didalamnya sehingga lebih mudah diketahui kekerabatan yang beraneka
ragam. Makhluk hidup yang diklasifikasikan dalam satu kelompok atau takson
tertentu memiliki persamaan-persamaan sifat dan ciri-ciri (Kottelat et al., 1993).
Pentingnya karakter morfologis
numerik dan dirumuskan dalam bentuk matriks. Memperoleh data dari spesimen
mempelajari berbagai data yang sedang ditabulasi dan digunakan untuk phenogram
konstruksi dengan menggunakan MVSP perangkat lunak. Pengaruh lingkungan
seperti ketinggian, luas permukaan dan beberapa aspek ekologi sangat signifikan
Annelida adalah filum luas yang terdiri dari cacing bersegmen, dengan sekitar
15.000 spesies modern, antara lain cacing tanah, pacet dan lintah. Annelida
ditemukan di sebagian besar lingkungan basah, seperti air tawar dan di laut. Panjang
anggotanya mulai dari di bawah satu milimeter sampai tiga meter. Annelida
dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
Berikut ciri-ciri Annelida :
Bentuk tubuh bulat panjang, bersegmen segmen.
Dikenal juga sebagai Annulata ( cacing bersegmen ).
Setiap segmen dipisahkan oleh septum / sekat
Bersifat metameri ( antara segmen yang satu dengan yang lainnya sama baik
bentuk luar maupun alat alat tubuhnya.
Memiliki sistem saraf.
Reproduksi secara seksual dan aseksual, termasuk hewan hermaprodit.
Mempunyai rongga tubuh sejati.
Bersifat bebas dan bersifat parasit.
Memiliki tiga lapisan penyusun tubuh yaitu endoderma, mesoderma, ektoderma.
Dinding luar kantong melekat pada ektoderma, disebut lapisan somatik dan
dinding dalamnya melekat pada endoderma disebut lapisan splanknik.
Memiliki otot yang terdiri dari otot melingkar ( sirkuler ) dan otot memanjang
(longitudinal).
Mollusca (Hewan Bertubuh Lunak) memilki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
2.
3.
Triploblastik selomata
4.
5.
Tubuh terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kaki, massa visceral, dan
mantel (dapat berupa cangkang atau cangkok)
6.
7.
dan silindris terutama kelompok Nematoda. Tidak mempunyai bentuk kepala yang
nyata. Ciri khas Aschelminthes sebagai berkiut:
1. Tubuh dilindungi lapisan cuticula scleroprotein, pada beberapa hewan berupa
cangkang
2. Saluran pencernaan lengkap
3. Susunan pernafasan dan peredaran darah tidak ada, karena merupakan hewan
air yang sangat kecil
4. Protonefhridia kadang-kadang ada (Anderson, 1998)
Platyhelminthes mencakup lebih dari 20.000 spesies dan merupakan filum
hewan terbesar keempat setelah arthropoda, moluska dan chordata, selain itu,
platyhelminthes memainkan peran kunci dalam hipotesis mengenai bauplan
evolution, terutama asal simetri bilateral. Platyhelminthes dinamai oleh ahli zoologi
Jerman Karl Gegenbaur (1859), guru dan rekan kerja dari Ernst Haeckel, tahun yang
sama bahwa The Origin of Species diterbitkan. Platyhelminthes terdiri dari dua kata
Yunani platy, yang berarti "datar", dan cacing berarti cacing; dengan demikian, itu
adalah terjemahan langsung dari nama vernakular mereka, "cacing pipih". Praktikum
vermes dan moluska kali ini memakai preparat Tubifex sp. dan Dugesia sp. sebagai
perwakilan vermes. Dugesia adalah genus kaya spesies dan mencakup sekitar 75
spesies dengan distribusi lebar, yaitu Afrotropical, Palearctic, Oriental, dan wilayah
biogeografi Australia. Dari 75 spesies ini, lebih dari 20 ada di Eropa dan di daerah
Mediterania, menunjukkan radiasi macam genus di daerah ini. Namun, beberapa
faktor membuat jumlah dan distribusi spesies dugesia tidak menentu di Mediterania.
Pertama, anggota Dugesia secara eksternal sangat mirip. Kedua, banyak dari
populasi Dugesia triploid dan bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan
(bentuk fissiparous). Dikarenakan tidak berkembanganya sistem reproduksi atau
corpulatory apparatus yang merupakan satu-satunya sumber karakter taksonomi
diagnostik maka pekerjaan terkait spesies dari genus Dugesia tidak mungkin berjalan
(Marta, 2012).
Dugesia sp. tinggal di air dangkal, bening dan bergerak pada substrat mulai
dari kerikil, berbatu dan batu-batu hingga kayu dan vegetasi air dengan suhu 15-20oC
dan pH 7-8. Spesies yang termasuk genus Dugesia menunjukkan dua keadaan untuk
dua sifat yaitu rangkaian saluran ejakulasi dan pembukaan saluran ejakulasi,
rangkaian saluran ejakulasi adalah pusat atau ventral, dan pembukaan saluran
ejakulasi yaitu terminal atau subterminal. Sebagian besar spesies ditandai dengan:
(1) outer bilayered pharyngeal musculature; (2) adanya penguatan ectal; (3) bukaan
simetris saluran telur; (4) bukaan posterior vasa deferentia; (5) bentuk kerucut dari
papilla; (6) program pusat ejakulasi tersebut; (7) pembukaan terminal dari saluran
ejakulasi; (8) adanya struktur ketat terkait dengan penial apparatus seperti lipatan
penial, adenodactyls dan katup penial (Stocchino, 2005). Berikut klasifikasi Dugesia
sp. menurut WoRMS :
Kingdom : Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class
: Rhabditophora
Subclass
: Trepaxonemata
Infraclass : Euneoophora
Order
: Tricladida
Infraorder : Paludicola
Family
: Dugesiidae
Genus
: Dugesia
Spesies
: Dugesia sp.
: Animalia
Phylum
: Annelida
Class
: Clitellata
Subclass
: Oligochaeta
Order
: Haplotaxida
Suborder
: Tubificina
Family
: Tubificidae
Subfamily
: Tubificinae
Genus
: Tubifex
Spesies
: Tubifex sp.
Praktikum Vermes dan Mollusca kali ini menggunakan tiga preparat yang
mewakili Mollusca yaitu Chiton sp, Anadara granosa dan Sepia officinalis. Studi
filogenetik menunjukkan bahwa Chiton (Polyplacophora) mempertahankan banyak
fitur yang plesiomorphic. Chiton yang hidup terkandung dalam subclass Neoloricata,
yang memiliki catatan fosil dari 350 Mya. Namun, terlepas dari catatan fosil yang
mendalam ini, sebagian besar spesies fosil yang dikenal bersifat terisolasi (Julia,
2009). Polyplacophora, hidup di substrat keras: terutama batu, batu, kerikil, atau
kerang. Namun, beberapa Chiton hidup pada substrat yang tidak biasa, yaitu kayu
cekung dan daun dari darat yang terletak di dasar laut berlumpur. Lebih dari 200
spesies Chiton yang berbeda menghuni tanaman di laut dalam dan sekitar 50 spesies
memanfaatkan sisa-sisa tanaman sebagai substrat, sedangkan jumlah yang lebih kecil
dikenal mampu hidup dan memakan sisa-sisa tanaman (Boris, 2003). Berikut
klasifikasi Chiton sp. menurut WoRMS :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Polyplacophora
Subclass
: Neoloricata
Order
: Chitonida
Family
: Chitonidae
Genus
: Chiton
Spesies
: Chiton sp.
kapsul telur. Dalam kapsul telur pembelahan zigot menimbulkan embrio berbentuk
cakram di kutub, sedangkan kutub vegetal menunjukkan lapisan tipis sel ektoderm
'ekstra-embrio' yang mencakup kuning telur. Organ pertama mulai tertata ketika
kutub hewan berbentuk seperti disk. Lengan dan mulut terletak di mantel pusat.
Kemudian, embrio memperluas dirinya dan sumbu anterior-posterior dewasa mulai
muncul tetapi dalam bentuk mantel dan semua massa visceral muncul saat calon
kepala masih menghadap yolk (Yann et al. 2013).
Di antara kelas Cephalopoda, Sepiida (atau sotong) ditandai dengan
cuttlebone internal yang merupakan struktur komposit aragonitic-organik yang
digunakan sebagai kerangka struktural yang juga berfungsi sebagai alat kontrol daya
apung. Cuttlebone internal terdiri dari phragmocone berkapur dan mengandung
beberapa septae, dipisahkan oleh pilar vertikal kecil dan dinding membentuk ruang.
Ruang tersebut mengandung gas dan digunakan untuk mengatur posisi vertikal di air.
Daya apung sotong disesuaikan dengan pergerakan cairan baik keluar ataupun masuk
dari ruang cangkang melalui pompa osmotik Ruang-ruang pertama cuttlebone
disintesis selama fase embrionik. Di antara Sepiida, Sepia officinalis adalah salah
satu cumi yang paling melimpah di sepanjang pantai Eropa, termasuk laut
Mediterania. Spesies ini secara komersial penting dengan penangkapan mencapai
50.000 ton per tahun di Eropa. Setelah hidup relatif pendek (1-2 tahun), sotong
dewasa bertelur di perairan dangkal (30-40m) pada akhir musim dingin sampai awal
musim panas (Narimane, 2013). Berikut klasifikasinya menurut WoRMS :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Cephalopda
Subclass
: Coleoidea
Superorder
: Decapodiformes
Order
: Sepiida
Family
: Sepiidae
Genus
: Sepia
Spesies
: Sepia officinalis
tereduksi. Penamaan darah pada kerang ini didasari adanya hemoglobin dalam cairan
yang dihasilkannya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis.
Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu :
1. Periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin sebagai pelindung.
2. Lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur prisma,
3. Lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari
lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan parallel (Anderson, 1998). Berikut klasifikasi
Anadara granulosa menurut WoRMS :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Subclass
: Pteriomorphia
Order
: Arcoida
Superfamily
: Arcoidea
Family
: Arcidae
Genus
: Anadara
Spesies
: Anadara granulosa
4
Keterangan :
1. Operculum
4. Columella
2. Apex
5. Sutura
3. Granula
Klasifikasi Murex sp. menurut WoRMS :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Gastropoda
Subclass
: Caenogastropoda
Order
: Neogastropoda
Superfamily
: Muricoidea
Family
: Muricidae
Subfamily
: Muricinae
Genus
: Murex
Spesies
: Murex sp.
Keterangan :
1. Lengan cengkram 4. Fin
2. Tentakel
5. Mata
3. Mulut
Berikut klasifikasi Sepia officinalis menurut WoRMS :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Cephalopda
Subclass
: Coleoidea
Superorder
: Decapodiformes
Order
: Sepiida
Family
: Sepiidae
Genus
: Sepia
Spesies
: Sepia officinalis
3
7
Keterangan :
1. Radula
4. Ctenidia
7. Lempeng anterior
2. Mulut
5. Headfoot
8. Lempeng posterior
3. Mantel
6. Anus
Berikut klasifikasi Chiton sp. menurut WoRMS :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Polyplacophora
Subclass
: Neoloricata
Order
: Chitonida
Family
: Chitonidae
Genus
: Chiton
Spesies
: Chiton sp.
6
5
1
Keterangan :
1. Umbo
2. Valve
5. Garis palial
3. Gigi lateral
6. Lengkung palial
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Subclass
: Pteriomorphia
Order
: Arcoida
Superfamily
:Arcoidea
Family
: Arcidae
Genus
: Anadara
Spesies
: Anadara granulosa
: Platyhelminthes
Class
: Rhabditophora
Subclass
: Trepaxonemata
Infraclass : Euneoophora
Order
: Tricladida
Infraorder : Paludicola
Family
: Dugesiidae
Genus
: Dugesia
Spesies
: Dugesia sp.
: Animalia
Phylum
: Annelida
Class
: Clitellata
Subclass
: Oligochaeta
Order
: Haplotaxida
Suborder
: Tubificina
Family
: Tubificidae
Subfamily
: Tubificinae
Genus
: Tubifex
Spesies
: Tubifex sp.
B. Pembahasan
Identifikasi dilakukan secara morfologi dan bertujuan mengetahui hubungan
kekerabatan antar anggota. Preparat yang digunakan yaitu Dugesia sp, Tubifex sp,
Anadara granulosa, Chiton sp dan Sepia officinalis. Khusus rombongan 4 terdapat
tambahan preparat Cerax sp. Parameter yang digunakan yaitu ada tidaknya selomata,
ada tidaknya metamer, letak cangkang, ada tidaknya lempeng dorsal dan kepala
tereduksi atau tidak. Kelompok 3 rombongan IV mendapati hasil pengamatan
morfologi sebagai berikut : semua preparat selomata kecuali Dugesia sp., hanya
Tubifex sp. yang metamer, cangkang dalam hanya dimiliki Sepia officinalis, lempeng
dorsal hanya dimiliki Chiton sp., dan kepala tereduksi hanya dimiliki Anadara
granulosa sedangkan Murex sp. kepalanya tidak tereduksi.
Preparat kemudian diamati bagian-bagian tubuhnya. Dugesia sp. memiliki
auricle, yaitu bagian lateral dari kepala dan juga terdapat eyespot. Tubifex sp.
memiliki cetae, metamer, protostomium (bagian paling anterior) dan anus (bagian
paling posterior). Sepia officinalis memiliki lengan cakram (untuk mencengkram
mangsa), tentakel (untuk menangkap mangsa), mulut, mantel, fin (membantu
pergerakan) dan mata. Murex sp. memiliki operculum, apex, granula, columella dan
sutura.
Chiton sp. merupakan salah satu spesies yang termasuk
dalam kelas gastropoda. Ciri khas kelas Gastropoda adalah adanya
head foot dan massa visceral. Chiton sp merupakan Gastropoda
perairan, oleh karena memiliki insang. Chiton sp memiliki karakter
lain seperti mulut, anus, mantel, anterior valve, dan posterior
valve, dan lempeng yang berbentuk pipih sebanyak delapan buah.
Saran untuk praktikum Vermes dan Moluska kali ini yakni jumlah preparat
diperbanyak agar setiap praktikan dapat belajar mengidentifikasi
DAFTAR REFERENSI
Anderson, D.T. 1998. Invertebrate Zoology. England : Oxford University Press.
Boris S. 2003. The ancient origin and persistence of chitons (Mollusca,
Polyplacophora) that live and feed on deep submerged land plant matter
(xylophages). Bollettino Malacologico, Supplemento 5: 111-116.
Dewi, I.R & Putra, S. 2011. Morphological divergences among three sympatric
populations of Silver Sharkminnow (Cyprinidae: Osteochilus hasseltii C.V.)
in West Sumatra. Biodiversitas. 12(3) : 141-145.
G. A. Stocchino. 2005. Endemic freshwater planarians of Sardinia: Redescription of
Dugesia hepta (Platyhelminthes, Tricladida) with a comparison of the
Mediterranean species of the genus. Journal of Natural History, 39(22):
19471960.
Indarmawan., A. Nuryanto., D. Bhagawati., M. N. Abudilias. 2010. Lectures Notes
Mata Kuliah Taksonomi Hewan. Purwokerto : Fakultas Biologi Unsoed.
Jasin, Maskoeri. 1989. Zoologi vertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Julia D. 2009. Morphological cladistic analysis as a model for character evaluation in
primitive living chitons (Polyplacophora, Lepidopleurina). Amer. Malac. Bull.
27: 95-104
Kottelat, M., J. A. Whitten., N. S. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Canada : Dalhousie University.
Leyla. 2007. Tubifex From Alaska and Their Susceptibility To Myxobolus Cerebralis.
J. Parasitol., 93(6) : 13321342.