Anda di halaman 1dari 4

Analisis Probabilitas Gempa Dengan Metode Gaussian dan Besarnya Nilai PGA yang

Berpengaruh di Wilayah Yogyakarta


1

Candra Bakti Putra P , Adi Susilo , Arin Kuncahyani

Jurusan Fisika FMIPA Univ. Brawijaya


2

BMKG Kelas I Yogyakarta


Email : pcandra52@yahoo.com

ABSTRAK
Telah dilakukan studi analisis hazard kegempaan dengan menggunakan metode Gaussian dan nilai
PGA yang berpengaruh di wilayah Yogyakarta. Penulisan ini bertujuan untuk melakukan analisis hazard
gempa dengan pemodelan 3-dimensi untuk periode ulang 500 tahun. Analisis probabilitas gempa
dilakukan pada T=0 detik, T=0,2 detik (periode pendek) dan T=1 detik (periode panjang) yang dibagi
per-grid. Model katalog gempa yang digunakan dalam analisis ini adalah data gempa dari tahun tahun
1937 sampai tahun 2011. Skala magnitudo yang digunakan magnitudo 5, dan kedalaman maksimum 60

km, dengan koordinat 110 10 -110 80 BT dan 7,10 -7,25 LS yang diambil dari BMKG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk probabilitas Yogyakarta menghasilkan nilai PGA pada
grid 1 antara 0,00848g - 0,00142g, pada grid 2 antara 0,01006g - 0,00136g, pada grid 3 antara 0,07677g 0,01049g dan pada grid 4 berkisar 0,16825g - 0,01102g. untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50
tahun umur bangunan atau setara dengan periode ulang gempa 500 tahun.
Kata kunci : Seismik hazard, PGA, metode Gaussian, Magnitudo
ABSTRACT
A study have been done to analysis earthquake hazard using Gaussian method and PGA value
that influential in Yogyakarta. This report determined to analysis earthquake hazard using 3D modelling
for repeatdly period 500 years. Earthquake probability analysis was done to T=0 second, T=0,2 second
(short period) and T=1 second (long period) that was devided per grid. The katalog model that was used
in this analysis was earthquake data in the year 1937 to 2011. The Magnitude scale that was used
magnitude 5, and maksimum depth in 60 km, in coordinate 11010 to 11080 Longitude East and
7.10 to 7.25 Southen Latitude were taken from BMKG.
A research result refer to Yogyakarta probabilitas produces PGA values in grid 1 between
0.00848g to 0.00142g, in grid 2 between 0.01006g to 0.00136g, in grid 3 between 0.07677g to 0.01049g
and in grid 4 between 0.16825g to 0.01102g. for over probability is 10% in 50 years age building
equivalent to earthquake repeatdly period 500 years.
Keywords : Seismic hazard, PGA, Gaussian method, Magnitude

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang sangat rawan gempabumi, hal ini
disebabkan karena Indonesia terletak pada
pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu
lempeng Indo-Australia, Eurasia dan
lempeng Pasific dan sembilan lempeng kecil
lainnya saling bertemu di wilayah Indonesia
dan membentuk jalur-jalur pertemuan
lempeng. Secara sepintas lokasi-lokasi
gempa aktif sudah dapat dipastikan berada di
tumbukan antar lempeng tektonik tersebut.

Gambar 1 Peta Tektonik Indonesia


(Kertapati,dkk, 2005)
Kondisi wilayah Indonesia yang rawan
yang harus diterima konsekuensinya oleh semua
penduduk agar selalu waspada dan dapat
beradaptasi dengan bahaya gempabumi yang bisa
terjadi sewaktu-waktu karena hingga saat ini
belum ada teknologi yang dapat mengetahui

secara langsung dan secara pasti kapan dan


dimana gempa terjadi.
Wilayah D.I. Yogyakarta merupakan salah
satu wilayah yang memiliki risiko yang cukup
tinggi terhadap bencana gempabumi. Untuk itu,
para ahli gempabumi terus berupaya dan
melakukan
pengembangan
suatu
metode
penghitungan risiko gempabumi yang berguna
untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan .
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
memperkirakan kapan kemungkinan terulang
kembali gempa besar di suatu wilayah adalah
dengan menggunakan metode probabilitas. Salah
satu metode probabilitas yang dapat digunakan
dalam perhitungan periode ulang kejadian gempa
adalah dengan rumusan probabilitas Gaussian.
Adapun persamaan Gaussian yaitu:

Metode
Adapun langkah-langkah dalam melakukan
penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.
Mulai

Seleksi katalog gempa

Konversi magnitude

Declustering gempa
tidak

b-value =1,0
Pemodelan sumber gempa

Dimana : s adalah sebaran dari fungsi gaussian


(mx dan my) adalah titik tengah dari
fungsi gaussian

Subduksi

Declustering

Haz sub
Interpretasi

(Gardner and Knopoff, 1974)


Teori bingkas elastik merupkan teori yang
menjelaskan bagaimana umumnya gempabumi
terjadi yang dikumukakan oleh seorang
seismologi Amerika, Reid (Bullen, 1995).
Menurut teori ini gempabumi terjadi pada daerah
atau area yang mengalami deformasi. Energi
yang tersimpan dalam deformasi akan
terakumulasi sampai daya dukung batuan
mencapai batas maksimum, hingga akhirnya
menimbulkan rekahan atau patahan.

Selesai

Gambar 3 Alur Penelitian.


Hasil yang diperoleh dalam pengolahan data
probabilitas gempabumi yaitu sebuah model
grafik gempabumi yang tersebar di beberapa
layer dengan interval tertentu, kemudian
dihitung nilai probabilitas gempa dari masingmasing layer untuk beberapa tahun kedepan.
Hasil dan Pembahasan

Gambar 2 Mekanisme Sumber Gempabumi


(Ibrahim, 2005).
Pemilihan fungsi atenuasi ini didasarkan
pada kesamaan kondisi geologi dan tektonik dari
wilayah dimana fungsi atenuasi itu dibuat.
Fungsi atenuasi yang digunakan dalam studi ini
sudah melibatkan Next Generation Attenuation
(NGA),
dimana
atenuasi
ini
dalam
pembuatannya sudah
menggunakan
data
gempa global (worldwide data). (Lay , T. 1995)

Dalam analisis sumber gempa subduksi


katalog gempa yang digunakan adalah katalog
gempa utama yang telah dihilangkan gempa
susulannya dan akibat sumber patahan dan
memiliki batas kedalaman maksimum sekitar
60 km atau merupakan daerah megathrust.
Episenter sumber gempa dari data gempa yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dapat
digambarkan dalam bentuk di bawah ini.

Gambar 4 Hasil
Pembagian
wilayah sumber
gempa
per grid
Setelah itu nilai Probabilitas dihitung per grid.
Agar diperoleh prosentase probabilitas kejadian
gempa yang akan datang maka dilihat dari nilai
rata-rata kejadian gempa () yang terjadi.
Pada wilayah grid 1 diperoleh probabilitas
kejadian gempa yang mendekati 100 % adalah
pada tahun 2084 atau 75 tahun lagi dari tahun
2012. Sama Halnya dengan perhitungan grid 1,
pada wilayah grid 2 diperoleh probabilitas
kejadian gempa yang mendekati 100 % adalah
pada tahun 2014 atau 32 tahun lagi dari tahun
1983. Dan pada wilayah grid 3 diperoleh
probabilitas kejadian gempa yang mendekati
100 % adalah pada tahun 2078 atau 69 tahun
lagi dari tahun 2012. Dan pada wilayah grid 4
diperoleh probabilitas kejadian gempa yang
mendekati 100 % adalah pada tahun 2066 atau
59 tahun lagi dari tahun 2012. Hasil dari semua
perhitungan probabilitas untuk, setiap grid dapat
dilihat di lampiran 3 (L.4.3.).
Hasil perhitungan probabilitas gempa akan
terulang lagi dilihat pada tahun yang sudah
mencapai prosentase 99 %, karena setelah
mencapai angka 99 % perhitungan pada tahun
berikutnya akan mempunyai perbedaan yang
sangat kecil sekali.

Gambar 5 Peta Hasil probabilitas gempa


Yogjakarta

probabilitas gempanya akan terulang lagi sekitar


stahun 2084, dan warna merah menunjukkan
grid 2 yang probabilitas gempanya akan terulang
lagi sekitar tahun 2014, dan warna pink
merupakan warna dari wilayah grid 3 yang
menunjukkan pada daerah ini akan terjadi
gempa dengan magnitudo yang sama saat tahun
2078 serta yang warna kuning merupakan
wilayah dari grid 4 dengan probabilitas gempa
terulang kembali pada saat tahun 2066.
Nilai PGA per grid dan nilai R rupture dapat
diketahui bahwa rentang nilai percepatan
maksimum akibat sumber gempa subduksi
berkisar 0,008482g - 0,168255g. Nilai percepatan
tersebut merupakan nilai percepatan yang cukup
tinggi
karena
nilai percepatan tersebut
dipengaruhi oleh adanya zona subduksi dan
patahan Opak yang berada di sekitar grid di
wilayah Yogyakarta.
Peak Spectral Acceleration (PSA) adalah
nilai puncak spektral percepatan pada suatu
wilayah. nilai PSA ini berbeda pada periode yang
berbeda. Perbandingan antara nilai PSA hasil
perhitungan pada tiap Grid adalah sebagai
berikut:

Gambar 6 Grafik perbandingan PSA tiap grid


Hasil percepatan gempa/respon spektra pada
T=0 sampai T=3 pada grid 1 sampai grid 4 bisa di
lihat pada grafik di atas. Dari keempat rentang
nilai yang dihasilkan tiap grid maka dapat dilihat
terdapat satu grid yang memiliki percepatan yang
cukup cepat dibandingkan grid-grid yang lain.
Ternyata pada grid 4 mempunyai nilai percepatan
PSA (g) yang cukup tinggi saat berada pada
T=0,2 rentang nilai percepatan mencapai
0,33499g. Hal ini dipengaruhi karena pada
wilayah grid 4 merupakan wilayah yang dekat
dengan zona subduksi dan patahan Opak yang
berada di wilayah tersebut.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis data gempa dari tahun
1937 sampai tahun 2011. Skala magnitudo yang

digunakan magnitudo 5, dan kedalaman


maksimum 60 km, maka didapatkan, Analisis
probabilitas gempa besar
pada wilayah
Yogyakarta dibagi atas 4 grid pada grid 1
diperoleh probabilitas kejadian gempa yang
mendekati 100 % adalah pada tahun 2084 atau 75
tahun lagi dari tahun 2012, kemudian pada
wilayah grid 2 diperoleh probabilitas kejadian
gempa yang mendekati 100 % adalah pada tahun
2014 atau 32 tahun lagi dari tahun 1983,
kemudian pada wilayah grid 3 diperoleh
probabilitas kejadian gempa yang mendekati 100
% adalah pada tahun 2078 atau 69 tahun lagi dari
tahun 2012 dan pada wilayah grid 4 diperoleh
probabilitas kejadian gempa yang mendekati 100
% adalah pada tahun 2066 atau 59 tahun lagi dari
tahun 2012.
Analisis seismik hazard di Yogyakarta
menghasilkan nilai PGA 0,00848g - 0,16825g
untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50
tahun umur bangunan atau setara dengan periode
ulang gempa 500 tahun, serta
Wilayah
Yogyakarta
yang memiliki nilai PGA paling
rendah adalah grid 1 dengan nilai 0.008482g dan
yang memiliki nilai PGA paling tinggi adalah
grid 4 dengan nilai 0.168255g. Dari nilai-nilai
percepatan
gempa
yang
diperoleh
mengindikasikan bahwa wilayah Yogyakarta
sangat rentan terhadap gempa. Maka dalam
pembuatan gedung atau sarana infrastruktur
lainnya sangat diharapkan untuk selalu
memperhitungkan faktor percepatan gempa
sebagai acuan dalam pembangunannya.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner, J.K., & Knopoff, L. (1974). Is The Sequence of Earthquake in Southern California, With
Aftershocks Removed. Bulletin of Seismological Society of America, 64, 1363-1367
Ibrahim, G, dan Subardjo, 2005. Pengetahuan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta

Seismologi.

Badan

Kertapati, E.K., Boen, T., Petersen, M.D., Dangkua, D.T., Asrurifak, M. Usulan revisi peta
hazard kegempaan wilayah Indonesia, ITB, Bandung, Indonesia
Lay , T. 1995. Modern Global Seismology, London: United Kingdom Edition
Natawidjaja, D.H. (2007). Gempa Bumi dan Tsunami diSumatra dan Upaya untuk
Mengembangkan Lingkungan Hidup yang Aman Dari Bencana Alam. Symposium. ITB : Bandung
Reid, H.F,. 1982. Elastic Rebound Theory of Earthquake. BSSA
Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Gempa Indonesia
2010, Bandung 1 Juli 2010, Laporan Studi

Anda mungkin juga menyukai