Anda di halaman 1dari 9

APLIKASI NANOPARTIKEL Fe3O4 (MAGNETITE)

HASIL SINTESIS SECARA ELEKTROKIMIA SEBAGAI


ADSORBEN ION KADMIUM (II)
Dwi Wahyu Ningsih, Fauziatul Fajaroh, Surjani Wonorahardjo
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mensintesis nanopartikel magnetite
dengan metode elektrokimia secara elektro-oksidasi besi dalam air dengan
voltase tinggi, mengetahui pengaruh jarak antar elektrode terhadap karakter
partikel yang dihasilkan dan pengaruh pH, waktu kontak dan konsentrasi larutan
terhadap persentase ion kadmium (II) teradsorpsi sehingga diperoleh kondisi
optimum. Tahap awal yaitu sintesis nanopartikel magnetite secara elektrokimia,
diikuti tahap karakterisasi dengan XRD, FTIR, SEM, dan BET. Tahap akhir
yaitu proses adsorpsi ion kadmium (II). Instrumen yang digunakan untuk
mengetahui persen ion kadmium (II) oleh magnetite hasil sintesis. Instrumen
yang digunakan untuk mengetahui persen ion kadmium (II) teradsorpsi adalah
AAS. Hasil penelitian adalah (a) nanopartikel magnetite dapat disintesis dengan
metode elektrokimia secara elektro-oksidasi besi dalam air pada voltase tinggi
(70 V), (b) makin besar jarak antar elektrode makin kecil diameter partikel
magnetite yang dihasilkan, dan (c) dengan pH dan waktu kontak optimum, yaitu
pH 8 selama 30 menit, sebanyak 96,37 % Cd(II) dapat teradsorpsi oleh 50 mg
magnetite dari larutan Cd(NO3)2 3 ppm.
Kata kunci: Nanopartikel, magnetite, elektrokimia, adsorpsi, kadmium (II)
ABSTRACT: The purpose of this study was to synthesis magnetite
nanoparticles by electro-oxidation of iron in water with high voltage in various
inter-electrodes distance, to determine optimum condition of the percentage of
cadmium (II) ions adsorbed by the particles in various pH, contact time and
concentration. Initial stages starting from the electrochemical synthesis of
magnetite nanoparticles, followed by characterization of XRD, FTIR, SEM, and
BET. The final stage was the adsorption process of cadmium (II) ion using
magnetite nanoparticles as adsorbent. Instrument that was used to determine the
percent of adsorbed cadmium (II) ions was AAS. The result of this research: (a)
magnetite nanoparticles can be synthesized electro-oxidation of iron in water at
high voltage (70 V), (b) the greater the distance between electrode the smaller
particles size, and (c) the optimum pH and contact times obtained when the
adsorption conducted at pH 8 for contact time 30 minutes, where 96.37% Cd(II)
can be adsorbed from a solution of Cd(NO3)2 3 ppm by 50 mg magnetite.

Nanoteknologi merupakan teknologi berbasis pengelolaan materi yang


berukuran nanometer atau satu per miliar meter. Perkembangan nanoteknologi
menyebabkan berkembang pula penelitian tentang partikel berukuran nanometer
atau disebut dengan nanopartikel. Partikel dalam ukuran nanometer memiliki luas
permukaan yang besar dengan mengecilnya ukuran (Abdullah & Khairurijal,
2010: 1-3). Salah satu nanopartikel yang
telah banyak digunakan dan
dikembangkan oleh ilmuwan adalah magnetite (Fe3O4). Magnetite dikenal juga
sebagai black iron oxide, magnetic iron ore, loadstone, ferrous ferrit, atau
hercules stone yang menunjukkan kemagnetan paling kuat di antara oksida-oksida
logam transisi (Teja & Koh, 2009).
Beberapa metode sintesis nanopartikel magnetite adalah metode aerosol,
pengendapan dan elektrokimia. Sintesis dengan metode aerosol pada dasarnya

melibatkan reaksi-reaksi dalam fasa gas. Sintesis dengan metode pengendapan


melibatkan reaksi kimia spontan di fasa cair. Sedangkan sintesis dengan metode
elektrokimia melibatkan reaksi redoks dalam sel elektrokimia. Sintesis dengan
metode elektrokimia memiliki keunggulan yaitu berprinsip sederhana, dapat
dilakukan pada suhu kamar dan mudah dikontrol, seperti ukuran partikel yang
dapat dikontrol melalui pengaturan rapat arus atau voltase dan jarak antar
elektrode.
Tahap sintesis dilakukan sesuai dengan metode elektrokimia yang
dikembangkan oleh Fajaroh, dkk. (2012) yang diawali dengan preparasi anode
melalui elektroplating sehingga diperoleh besi murni yang selanjutnya
diaplikasikan sebagai sumber besi dalam sintesis nanopartikel magnetite. Sintesis
dilakukan dengan menggunakan rapat arus yang bervariasi (0,175 A/dm2; 0,25
A/dm2; 0,325 A/dm2) pada suhu kamar. Beberapa aspek yang belum dipelajari
dalam Fajaroh, dkk. (2012) adalah aspek penggunaan voltase tinggi, pengaruh
jarak antar elektrode pada sintesis dengan voltase tinggi terhadap karakter partikel
yang dihasilkan, serta aplikasi dari nanopartikel magnetite hasil sintesis
. Material dalam ukuran nanometer tersebut mempunyai luas permukaan
yang sangat besar. Karakter inilah yang dapat diunggulkan dalam banyak aplikasi,
salah satu di antaranya sebagai adsorben logam berat. Daya adsorpsi terhadap
logam berat termasuk salah satu karakter penting dari material tersebut,
mengingat lingkungan dan kehidupan di bumi saat ini menghadapi ancaman yang
serius dari pencemaran logam berat akibat meningkatnya populasi dan industri di
dunia. Kadmium merupakan salah satu logam berat yang terkandung dalam
limbah industri pelapisan logam (Der, 2012). Kadmium dapat menimbulkan
ancaman serius di lingkungan karena bersifat non-biodegradabel dan toksik
walaupun dalam konsentrasi rendah yaitu 0,0001 mg/L ( Feng dkk, 2010).
Adsorpsi merupakan salah satu metode yang paling populer dan efektif
untuk menanggulangi pencemaran logam berat, karena proses adsorpsi
menawarkan fleksibilitas dalam desain dan operasinya ( Pang dkk, 2011). Proses
adsorpsi dengan nanopartikel magnetite sebagai adsorben dimungkinkan, karena
atom-atom oksigen di permukaan magnetite berpotensi mengikat ion-ion logam
berat, sehingga dapat menurunkan kadar logam berat dalam air atau pun limbah
cair. Tahap adsorpsi berdasarkan pada penelitian Bahrami, dkk. (2012)
menggunakan nanopartikel magnetite termodifikasi sebagai adsorben untuk
menghilangkan kadmium dalam air limbah. Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian Aplikasi Nanopartikel
Fe3O4 (Magnetite) Hasil Sintesis secara Elektrokimia sebagai Adsorben Ion
Kadmium (II)
METODE PENELITIAN
Pelapisan Besi
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun rangkaian alat yang
terdiri atas bejana kaca berukuran 10 x 12 x 16 cm, kemudian mengisi bejana
dengan 500 mL FeSO4.7H2O dalam aquades dengan konsentrasi 0,02 mol/L.
Pembuatan larutan elektrolit tersebut dilakukan dengan cara menimbang padatan
FeSO4.7H2O sebanyak 2,78 gram dan dilarutkan sampai 500 mL dengan aquades.
Lempeng besi yang akan dilapisi ditempatkan sebagai katoda sedangkan untuk
anodanya menggunakan elektroda grafit lalu diatur jarak antar elektrode 2 cm.

Bejana yang sudah tersusun rangkaian elektrolisis dan terisi larutan elektrolit
kemudian diletakkan di atas pengaduk magnet agar pengadukan konstan lalu
dialirkan arus DC dari power supply dengan tegangan 20 volt. Elektroplating besi
dilakukan selama 3 jam. Setelah proses dihentikan, diperoleh produk berupa
lempeng besi yang telah terlapisi besi murni.
Sintesis Fe3O4 dan Karakterisasinya
Tahap sintesis diawali dengan menyusun alat elektrolisis dan menyiapkan
elektrode lempeng besi terlapisi besi murni sebagai anode dan besi komersil
sebagai katode. Setelah itu dialirkan arus listrik dari power supply DC 70 V
dengan variasi jarak antar elektrode 2, 3 dan 4 cm. Percobaan ini dilakukan
selama 4 jam, setelah itu produk yang dihasilkan dipisahkan dan dikeringkan.
Proses pengeringan endapan dilakukan dengan oven yang bersuhu 40-60C
selama 1 jam. Hasil yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dengan XRD untuk
identifikasi fasa, FTIR untuk identifikasi jenis ikatan, SEM untuk penentuan
morfologi, rerata ukuran dan distribusi ukuran partikel, serta BET untuk
pengukuran diameter partikel rata-rata dari nanopartikel magnetite.
Aplikasi Fe3O4 sebagai Adsorben Ion Kadmium (II)
Langkah awal yang dilakukan adalah membuat larutan induk Cd(II) 1000
ppm dengan cara melarutkan 2,772 gram Cd(NO3)2.4H2O dengan aquades dalam
gelas beaker sampai semua padatan larut lalu dimasukkan larutan ke dalam labu
ukur 1000 mL dan ditambahkan aquades sampai tanda batas. Setelah itu dikocokkocok hingga homogen.
Langkah kedua membuat larutan standar 1, 2, 3, dan 4 ppm dengan cara
mengambil 4 buah labu takar 100 mL, masing-masing diisi 0,1; 0,2; 0,3; dan 0,4
mL larutan induk Cd2+ 1000 ppm, kemudian ditambah aquades sampai tanda batas
lalu dikocok hingga homogen. Pembuatan larutan standar ini bertujuan untuk
membuat kurva kalibrasi dengan menggunakan AAS. Pembuatan kurva kalibrasi
ini dapat dilakukan dengan cara mengukur larutan standar pada berbagai variasi
dengan menggunakan alat tersebut, kemudian dibuat kurva dengan konsentrasi
sebagai sumbu X dan absorbansi sebagai sumbu Y.
Langkah ketiga yaitu membuat larutan sampel diawali pada pengaruh
variasi pH (2, 4, 6, dan 8) yang dilakukan dengan cara mengambil 5 Erlenmeyer,
masing-masing diisi 25 mL larutan Cd(NO3)2 3 ppm dan diatur variasi pH dengan
cara penambahan HNO3 untuk suasana asam dan NaOH untuk suasana basa.
Larutan-larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya sebagai absorbansi awal.
Setelah itu sebanyak 0,05 gram magnetite yang disintesis dengan jarak antar
elektrode 4 cm dan voltase 70 V dimasukkan ke dalam masing-masing
Erlenmeyer. Kemudian masing-masing larutan dikocok dengan menggunakan
shaker dengan kecepatan 250 rpm selama 60 menit. Setelah itu larutan
disentrifugasi pada 2500 rpm selama 30 menit untuk memisahkan supernatan
dengan residu. Supernatan akan diukur absorbansinya dengan AAS untuk
menentukan kadar ion logam Cd(II) dalam larutan setelah adsorpsi.
Langkah keempat yaitu membuat larutan sampel pada pengaruh variasi
waktu kontak (2, 5, 10, 15, 30, dan 60) menit yang dilakukan dengan cara
mengambil 6 Erlenmeyer, masing-masing diisi 25 mL larutan Cd(NO3)2 3 ppm
dengan pH 8. Pengaturan suasana basa dengan mengisi 10 mL larutan Cd(NO3)2
yang dilakukan dengan menambahkan NaOH lalu diisi larutan kembali sebelum
25 mL dan pHnya dicek kembali. Larutan-larutan tersebut kemudian diukur

absorbansinya sebagai absorbansi awal. Setelah itu sebanyak 0,05 gram


magnetite yang disintesis dengan jarak antar elektrode 4 cm dan voltase 70 V
dimasukkan ke dalam masing-masing Erlenmeyer. Kemudian masing-masing
larutan dikocok dengan menggunakan shaker dengan kecepatan 250 rpm selama
(2, 5, 10, 15, 30, dan 60) menit. Setelah itu larutan disentrifugasi pada 2500 rpm
selama 30 menit untuk memisahkan supernatan dengan residu. Supernatan akan
diukur absorbansinya dengan AAS untuk menentukan kadar ion logam Cd(II)
dalam larutan setlah adsorpsi.
Langkah kelima yaitu membuat larutan sampel pada pengaruh variasi
konsentrasi (1, 2, 3, dan 4) ppm yang dilakukan dengan cara mengambil 4
Erlenmeyer, masing-masing diisi 25 mL larutan Cd(NO3)2 lalu diatur variasi
konsentrasinya dan pHnya (pH 8). Setelah itu sebanyak 0,05 gram magnetite yang
disintesis dengan jarak antar elektrode 4 cm dan voltase 70 V dimasukkan ke
dalam masing-masing Erlenmeyer. Kemudian masing-masing larutan dikocok
dengan menggunakan shaker dengan kecepatan 250 rpm selama 30 menit. Setelah
itu larutan disentrifugasi pada 2500 rpm selama 30 menit untuk memisahkan
supernatan dengan residu. Supernatan diukur absorbansinya dengan AAS untuk
menentukan kadar ion logam Cd(II) dalam larutan setelah adsorpsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Sintesis Nanopartikel Magnetite dan Karakterisasinya
Produk hasil elektrolisis berupa serbuk berwarna hitam dan dapat ditarik
oleh magnet. Hasil XRD seperti tampak pada Gambar 1 bersesuaian dengan pola
XRD standar magnetite (JCPDS card no 19-629) yakni adanya puncak-puncak
pada sudut 30,5; 35,9; 37; 43,4; 53,6; 57,3; dan 63,1. Analisis dengan FTIR
sebagaimana tampak pada Gambar 2 yang menunjukkan adanya ikatan Fe-O pada
bilangan gelombang 416 dan 549,71 cm-1 menguatkan hasil XRD di atas.

Gambar 1. Hasil XRD Magnetite Hasil Sintesis

Gambar 2. Spektrum Magnetite Fe3O4

Karakterisasi berikutnya adalah karakterisasi SEM yang bertujuan untuk


menentukan morfologi partikel magnetite yang dihasilkan. Foto SEM untuk
produk magnetite yang dihasilkan pada voltase 70 V dan jarak antar electrode 4
cm dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Foto Scanning Electron Microscopy (SEM) Fe3O4 dengan Perbesaran


100.000 kali

Nanopartikel magnetite hasil analisis dengan SEM menunjukkan


morfologi sferik dan masih teraglomerasi. Ditinjau dari rerata ukuran partikel
diperoleh ukuran 26,23 - 40,48 nm. Hasil karakterisasi ini menunjukkan bahwa
magnetite telah berukuran nanopartikel dan dapat disintesis dengan metode
elektrokimia.
Karakterisasi terakhir yang dilakukan adalah karakterisasi BET
(Brunauer Emmett Teller) yang bertujuan untuk penentuan diameter partikel ratarata. Hasil karakterisasi didapatkan luas permukaan spesifik sehingga dapat
dihitung diameter partikel rata-rata menggunakan rumus sebagai berikut:
6
Diameter partikel rata rata (nm) =

Densitas () magnetite adalah 5,18 g/cm3, sehingga didapatkan diameter partikel


rata-rata masing-masing sampel seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Besar Luas Permukaan Spesifik (m2/g) dan Diameter Partikel Rata-rata (nm) dari
Nanopartikel Magnetite Hasil Sintesis
Voltase (V)

Jarak antar
electrode
(cm)

70
70
70

Luas permukaan
spesifik (m2/g)

4
3
2

Diameter
partikel rata-rata
(nm)

67,428
39,200
27,997

17,18
29,47
41,37

Tampak dalam Tabel 1 bahwa diameter partikel rata-rata dari masingmasing sampel dengan jarak antar elektrode 2, 3 dan 4 cm pada voltase tetap 70 V
menunjukkan perbedaan nilai diameternya yaitu 41,37 nm , 29,47 nm dan 17,18
nm. Hal ini menunjukkan bahwa magnetite yang disintesis telah memiliki ukuran
nanometer. Dari ketiga sampel dapat disimpulkan bahwa semakin dekat jarak
antar elektrodenya maka semakin kecil luas permukaan spesifik dan semakin
besar diameter partikel rata-rata yang dihasilkan, dan juga sebaliknya.
Adsorpsi Ion Cd2+oleh Magnetite pada Berbagai Kondisi
Pengaruh Variasi pH
Penelitian ini menggunakan nanopartikel magnetite hasil sintesis yang
ukuran partikelnya telah di atur dengan pengaruh jarak antar elektrode dan
pengaruh voltase tinggi (70V) sehingga diperoleh partikel yang berukuran nano
dan dapat diaplikasikan dengan baik sebagai adsorben. Berikut ini merupakan
kurva adsorpsi ion Cd(II) oleh nanopartikel magnetite terhadap pengaruh variasi
pH yaitu 2, 4, 6 dan 8 yang ditunjukkan pada Gambar 4.
120

%teradsorpsi

100
80
60
40
20
0
-20 0

10

12

pH
Gambar 4. Kurva Adsorpsi Ion Cd2+ oleh Serbuk Magnetite dengan Variasi pH
padaWaktu Kontak 60 menit

Kurva tersebut menunjukkan bahwa persentase adsorpsi antara pH 2-6


rendah. Kemudian terjadi peningkatan yang signifikan, sehingga tercapai titik
optimum pada pH 8. Di atas pH 8, kembali terjadi penurunan secara perlahan.
Fakta ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada pH rendah, adsorben (magnetite)
larut perlahan, selain itu pada pH rendah terjadi persaingan antara ion Cd2+ dan
ion H+ dalam memperebutkan tempat di permukaan adsorben sehingga

%teradsorpsi

menyebabkan persentase ion Cd2+ yang teradsorpsi menurun. Pada pH 8 terjadi


kenaikan persen teradsorpsi sebesar 93,61%. Kenaikan terjadi karena pada pH
tersebut ion OH- mulai terbentuk, sehingga permukaan magnetite dikelilingi oleh
muatan negatif dan terjadi tarik menarik dengan adsorbat yang bermuatan positif
sehingga meningkatkan penyerapan ion Cd(II). Penurunan perlahan persentase
adsorbat pada pH>8, disebabkan karena konsentrasi OH- yang berlebih
menyebabkan Cd(II) terendapkan sebagai hidroksidanya.
Pengaruh Variasi Waktu Kontak
Berikut ini merupakan kurva adsorpsi ion Cd(II) oleh nanopartikel
magnetite terhadap pengaruh variasi waktu kontak yaitu 2, 5, 10, 15, 30 dan 60
menit yang ditunjukkan pada Gambar 5.
99.8
99.6
99.4
99.2
99
98.8
98.6
98.4
0

10

20

30

40

50

60

70

waktu (menit)
Gambar 5. Kurva Adsorpsi Ion Cd2+ oleh Serbuk Magnetite dengan Variasi Waktu
Kontak pada pH 8

Kurva tersebut menunjukkan bahwa pada waktu kontak 2-30 menit terjadi
kenaikan persen teradsorpsi ion Cd2+ secara signifikan, hal ini disebabkan belum
terjadi kesetimbangan adsorpsi. Semakin lama waktu kontak antara adsorben
magnetite dengan adsorbat, maka daya adsorpsi magnetite terhadap ion Cd2+ pada
adsorbat akan semakin bertambah besar. Waktu kontak yang semakin lama akan
memberikan kesempatan bagi adsorben untuk kontak dengan ion-ion dalam
adsorbat. Pada waktu kontak 30 menit telah terjadi kesetimbangan adsorpsi, hal
ini ditunjukkan pada waktu lebih dari 30 menit yaitu 60 menit persen
keterserapannya mempunyai nilai yang sama yaitu sebesar 99,51%.
Pengaruh Variasi Konsentrasi
Berikut ini merupakan kurva adsorpsi ion Cd(II) oleh nanopartikel
magnetite terhadap pengaruh variasi konsentrasi yaitu 1, 2, 3 dan 4 ppm yang
ditunjukkan pada Gambar 6.

97

%teradsorpsi

96
95
94
93
92
91
90
0

konsentrasi (ppm)
Gambar 6. Kurva Adsorpsi Ion Cd2+ oleh Serbuk Magnetite dengan Variasi
Konsentrasi pada pH 8 dan Waktu Kontak 30 menit

Berdasarkan kurva tersebut diketahui bahwa pada konsentrasi 1-3 ppm


terjadi peningkatan persen teradsorpsi, hal ini terjadi karena saat terjadi adsorpsi,
ion Cd2+ yang terserap pada magnetite melakukan kesetimbangan dengan ion Cd2+
yang terdapat dalam air sehingga makin besar konsentrasi ion Cd2+ yang terlarut
dalam larutan maka semakin banyak jumlah konsentrasi ion Cd2+ yang teradsorpsi
pada permukaan adsorben. Penurunan persen teradsorpsi terjadi saat ditambahkan
konsentrasi menjadi 4 ppm, jika penurunan ini terjadi terus menerus serta tidak
mengalami kenaikan maka sistem dikatakan telah jenuh dan tidak dapat
mengalami proses adsorpsi lagi, selain itu penurunan persen teradsorpsi juga
disebabkan karena telah terjadi superdifusi partikel-partikel adsorbat yang dapat
menghalangi partikel adsorbat lain untuk melakukan interaksi dengan permukaan
adsorben karena terjadi tumbukan. Tumbukan yang terjadi menyebabkan partikelpartikel adsorbat yang menempel pada permukaan adsorben dapat mengalami
desorpsi (Kimmich, 2002).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Nanopartikel magnetite dapat
disintesis dengan metode elektrokimia secara elektro-oksidasi besi dalam air pada
voltase tinggi (70 V). Makin besar jarak antar elektrode makin kecil diameter
partikel magnetite yang dihasilkan. Faktor pH, waktu kontak dan konsentrasi
mempengaruhi adsorpsi ion Cd(II) oleh magnetite. Dengan pH dan waktu kontak
optimum, yaitu pH 8 selama 30 menit, sebanyak 96,37% Cd(II) dapat teradsorpsi
oleh 50 mg magnetite dari larutan Cd(NO3)2 3 ppm.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan yaitu
perlu dilakukan penelitian sintesis nanopartikel magnetite dengan variasi lain
yaitu rapat arus, Adsorben magnetite bisa dimanfaatkan untuk menyerap logamlogam berat lain dalam proses pemurnian air minum, dan perlu adanya penelitian

mengenai pengaruh variabel yang lain terhadap adsorpsi ion Cd2+ dengan
menggunakan metode yang sama.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, M Abdullah, M &Khairurijal. 2010. Karakterisasi Nanomaterial, Teori,
Penerapandan Pengolahan Data. Bandung: CV. Rezeki Putra Bandung
Bahrami, M., Saeed, B., Kashkuli, H.A., Firoozi, A.F. &Babaei, A. 2012.
Removal of Cd(II) from Aquoeous Solution Using Modified Fe3O4
Nanoparticles. Journal of Sciencepub, 4: 31-39.
Der, V.P. 2012.Removal of Metal Ions from Synthetic and Galvanic Wastewater
by Their Incorporation into Ferrites.DisertasiDiterbitkan. Hamburg:
Thecnischen University of Hamburg.
Fajaroh, F., Setyawan, H., Widiyastuti, W. &Winardi, S. 2012. Synthesis of
Magnetite Nanoparticles by Surfactant-free electrochemical method in an
Aqueous System.Journal of Advance Powder Technology, 23: 328.
Feng, Y., Gong, J.L., Zeng, G.M., Niu, Q.Y., Zhang, H.Y., Deng, J.H. & Yan,
Ming. 2010. Adsorption Of Cd (II) and Zn (II) From Aqueous Solutions
Using Magnetic Hydroxyapatite Nanoparticles as Adsorbents. Chemical
Engineering Journal, 162: 487.
Kimmich, R. 2002. Strange Kinetics, Porous Media, and NMR. Chemical
Physic,(284):253-285.
Pang, Y., Zeng, G., Tang, L., Zhang, Y., Liu, Y., Lei, X., Li, Z. &Xie, G.
2011.PEI- Grafted Magnetic Porous Powder for Highly Effective
Adsorption of Heavy Metals Ions.Journal of ScienceDirect, 281: 278.
Teja, A.S. &Koh, P. 2009. Synthesis, properties , and application of magnetic iron
oxide nanoparticles. Progress in crystal growth and characterization of
materials, 55: 22.

Anda mungkin juga menyukai