Anda di halaman 1dari 2

Aspek Positif dan Negatif Infrastruktur dan

Teknologi Kota Jakarta


Nadira Safitri Mohammad
16715278

infrastruktur/infrastruktur/ n prasarana

Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km (lautan: 6.977,5 km), dengan


penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Wilayah metropolitan Jakarta
(Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan
terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. [source: Wikipedia]
Dikarenakan jumlah penduduk yang sangat besar, Jakarta tentu saja
memiliki berbagai macam model transportasi umum yang dapat digunakan untuk
mobilitas para penduduk di Jakarta seperti angkot, bajaj, taxi, ojek, bus, krl dll.
Bahkan semenjak era kepemimpinan Joko Widodo, sedang dibuat alternatif
transportasi berupa Mass Rapid Transportation (MRT). Disamping itu, Jakarta
memiliki beberapa ruas toll yang dapat digunakan oleh para pengendara mobil
untuk menghubungkan beberapa wilayah, seperti Toll Jagorawi yang
menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi, Toll Sedyatmo yang menghubungkan
Jakarta-Bandara Soekarno-Hatta, Toll Jorr yang menghubungkan Jakarta dengan
kota-kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor. Selain itu, ada juga
Toll Dalam Kota yang menghubungkan wilayah-wilayah di dalam Kota Jakarta itu
sendiri.
Meskipun banyaknya transportasi umum dan ruas jalan di wilayah Kota
Jakarta, namun tetap saja setiap hari Kota Jakarta dilanda kemacetan dan
penumpukan kendaraan yang cukup parah di berbagai tempat. Kita dapat melihat
setiap pagi, terjadi kemacetan di Toll Dalam Kota dan daerah-daerah sentrabisnis
Kota Jakarta dan setiap sore terjadi kemacetan di ruas-ruas jalan yang mengarah
ke kota-kota satelit.
Rupanya, terdapat banyak penyimpangan yang membuat lalu lintas Kota
Jakarta menjadi carut marut. Sebagai contoh, masih banyak angkutan kota atau
yang biasa disebut angkot me-ngetem seenaknya di pinggir jalan Kota Jakarta
yang tentu saja sangat menghambat mobilitas para pengendara dan penumpang
di Kota Jakarta yang mengakibatkan banyaknya waktu yang terbuang dengan
percuma di jalan yang tentu saja menurunkan produktivitas warga Kota Jakarta.
Kemudian, ada juga masalah dimana jumlah kendaraan pribadi tidak sebanding
dengan luas dan panjang jalan di Kota Jakarta. Hal ini mengakibatkan seringnya
terjadi kemacetan dan penumpukan di ruas jalan tertentu yang sebenarnya tidak
mampu menampung volume kendaraan yang besar. Hal ini, disebabkan oleh
keengganan warga Kota Jakarta untuk memakai moda transportasi umum.
Namun, transportasi umum di Kota Jakarta khususnya angkot, bus kota, krl, dan
ojek memiliki masalah seperti armada yang tidak terawat dan seringnya terjadi

kasus pelecehan seksual, pencopetan, dan jambret yang membuat warga Kota
Jakarta enggan menggunakan transportasi umum.

Anda mungkin juga menyukai