Maisurina Muthiarani
201410360311093
Hubungan Internasional C
PENDAHULUAN
Salah satu tenaga penggerak perubahan peradaban umat manusia adalah kekuasaan
atau sosial power. Kekuasaaan digunakan oleh para pemimpin untuk menciptakan visi dan
mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan perubahan. Dimanapun di dunia,
kekuasaan merupakan kata kontroversial karena sangat diperlukan dan dalam waktu
bersamaan dibenci orang. Power is Americas last dirty word kata Rosabeth Moss Kanter
(1979) dalam Wirawan (2003) memulai artikelnya dalam Harvard Buseniss Review.
Kekuasaan merupakan kata kotor terakhir di Amerika. Sedangkan McGregor Burn (1979)
dalam Wirawan (2003) mengemukakan istilah-istilah baru untuk kekuasaan yaitu clout
(kekuatan), wallop (pukulan keras) dan muscle (otot). Kekuasaan sering dikaitkan dengan
kekuatan dan kekerasan. Power atau kekuasaan merupakan kata yang dibenci karena
penyalahgunaannya menghasilkan sesuatu yang dikutuk orang. Akan tetapi kekuasaan sangat
diperlukan oleh para manajer dan pemimpin karena tanpa kekuasaan mereka tidak berdaya.
Kekuasaan merupakan sesuatu yang abstrak, tidak kelihatan. Kekuasaan dalam organisasi
terlihat pada jabatan, pakaian dan seragam, simbol-simbol dan posisi seseorang dalam sistem
sosial. Kekuasaan merupakan milik interaksi sosial bukan milik individu. Kekuasaan ada jika
ada interaksi sosial antara anggota sistem sosial. Kepemimpinan merupakan interaksi antara
pemimpin dengan para pengikutnya atau bawahan. Jadi kekuasaan dapat terjadi dimana saja,
di pemerintahan, di bisnis, di sekolah, di keluarga dan juga tatanan pelayanan kesehatan
seperti di rumah sakit. Bawahan sering mengabaikan kekuasaan yang dimiliki atasannya.
Dengan kata lain kekuasaan atasannya tidak memiliki nilai tukar atau tidak berharga bagi
bawahannya.1
1 http://core.ac.uk/download/pdf/12128124.pdf
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pelopor pertama yang mempergunakan istilah kekuasaan adalah sosiolog kenamaan Max
Weber. Dia merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang
aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan
keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan (Henderson dan Talcott Parsons :
Organizations Behavior ; 387). Bierstedt mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempergunakan kekuatan. Kekuasaan adalah bagian yang mengisi jalinan kehidupan
organisasi (Iain Mangham ; Power and Performance in Organizations). Menyelesaikan
masalah memerlukan kekuatan. Setiap hari, manajer pada organisasi publik dan swasta
memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan, dan dalam banyak kasus
untuk memperkuat posisinya sendiri. Keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam
menggunakan dan bereaksi pada kekuasaan sangat ditentukan oleh pengertiannya tentang
kekuasaan, mengetahui bagaimana dan kapan menggunakannya, dan dapat mengantisipasi
kemungkinan akibat-akibatnya.2
Jadi, kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya
kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan
juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa
wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.3 Kekuasaan mengandung suatu
potensi/kemampuan yang belum tentu efektif jika dilaksanakan, dan suatu hubungan
ketergantungan. Bisa saja seseorang memiliki suatu kekuasaan namun tidak digunakan oleh
orang tersebut. Jadi kekuasaan merupakan suatu kemampuan atau potensi yang tidak akan
terjadi jika tidak digunakan oleh orang yang memilikinya. Kekuasaan juga merupakan suatu
fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan Y kepada X, maka akan semakin besar
kekuasaan X dalam hubungan tersebut. Jadi ketergantungan didasarkan pada alternatif yang
dipersepsikan oleh Y dan pentingnya alternatif yang ditempatkan oleh Y untuk dikendalikan
oleh X. Seseorang hanya dapat memiliki kekuasaan atas diri orang lain, jika ia dapat
mengendalikan sesuatu yang diinginkan oleh orang lain tersebut. Contoh: Orang-tua memiliki
kekuasaan yang sangat besar atas anaknya, pada saat anak tersebut kuliahnya masih dibiayai
oleh orang-tuanya. Ketika si anak telah lulus, dan kemudian ia bekerja serta memiliki
pendapatan sendiri, maka kekuasaan orang-tua atas dirinya semakin berkurang.4
2 http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/kekuasaandan-politik.pdf
3
file:///C:/Users/SEMESTA/Downloads/BAB_2_WEWENANG,KEKUASAAN_&_PENGAR
UH.pdf
4 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=47611&val=3916
B. Jenis-Jenis Kekuasaan
Sumber kekuasaan biasanya dibagi menjadi dua kelompok besar (Robbins dan Judge, 2007),
yaitu:
1. Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).
a) Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada
posisi individual dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini dapat berasal dari:
Kemampuan untuk memaksa (coercive power),
Kemampuan untuk memberi imbalan (reward power)
Kekuatan formal (legitimate power).
b) Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal dari
karakteristik unik yang dimiliki seorang individu. Kekuasaan ini dapat berasal
dari:
Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)
Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)
2. Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power). Kekuasaan ini juga
dikenal dengan istilah inter-group atau inter-departmental power yang merupakan
sumber kekuasaan kelompok.
Sumber Kekuasaan Antar Individu
Pada paragrap berikut, penulis akan membahas pengertian masing-masing
kekuasaan yang telah disebutkan (Hughes et all, 2009):
a) Kekuasaan Memaksa (Coercive Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan untuk
memberikan hukuman (akibat negatif) atau meniadakan kejadian yang positif
terhadap orang lain. Pada suatu organisasi, biasanya seseorang tunduk pada
atasannya karena takut dipecat, atau diturunkan dari jabatannya. Kekuasaan ini
juga dapat dimiliki seseorang karena ia mempunyai informasi yang sangat penting
mengenai orang lain, yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap orang
tersebut.
b) Kekuasaan Memberi Imbalan (Reward Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan untuk
mengendalikan sumber-daya yang dapat mempengaruhi orang lain, misalnya: ia
dapat menaikkan jabatan, memberikan bonus, menaikkan gaji, atau hal-hal positif
lainnya.5
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki posisi sebagai
pejabat pada struktur organisasi formal. Orang ini memiliki kekuasaan resmi
untuk mengendalikan dan menggunakan sumber-daya yang ada dalam organisasi.
Kekuasaannya meliputi kekuatan untuk memaksa dan memberi imbalan. Anggota
organisasi biasanya akan mendengarkan dan melaksanakan apa yang dikatakan
oleh pemimpinnya, karena ia memiliki kekuasaan formal dalam organisasi yang
dipimpinnya.
d) Kekuasaan karena Ahli (Expert Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki keahlian,
ketrampilan atau pengetahuan khusus dalam bidangnya. Misalnya seorang ahli
komputer yang bekerja pada sebuah perusahaan, atau seorang karyawan yang
memiliki kemampuan menggunakan 2 atau 3 bahasa internasional, akan memiliki
expert power karena sangat dibutuhkan oleh perusahaannya.
e) Kekuasaan karena pantas dijadikan contoh (Referent Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki sumber-daya,
kepribadian yang menarik, atau karisma tertentu. Kekuasaan ini dapat
menimbulkan kekaguman pada orang tersebut, dan membuat orang yang
mengaguminya ingin menjadi seperti orang tersebut. Misalnya seorang dengan
kepribadian menarik, sering dijadikan contoh atau model oleh orang lain dalam
berperilaku. Kelman, Sussman, dan Vecchio menyusun suatu Model kekuasaan
antar-pribadi (Model of interpersonal power) yang bagannya dapat dilihat di
bawah ini (Wagner and Hollenback, 2005). Gambar ini menunjukkan bahwa dasar
kekuasaan yang berbeda, akan mendapat tanggapan yang berbeda, dengan melalui
mekanisme yang berbeda pula. 6
Sumber : http://3.bp.blogspot.com
power, menunjukkan hubungan yang negatif dengan kepuasan dan komitmen karyawan.
(Robbins dan Judge, 2007: 419). Sally Helgesen (Hegelsen, 2008) menyatakan dalam
tulisannya yang berjudul New Sources of Power, we need a new model of leadership,
bahwa terjadinya perubahan dalam: sifat ekonomi (human knowledge menjadi yang paling
penting), bentuk teknologi informasi yang baru (informasi menjadi tersebar lebih luas,
menghilangnya hambatan antara pekerjaan dan rumah), dan demografi (mengakibatkan
terjadinya percampuran budaya dan nilai-nilai), membutuhkan suatu model kepemimpinan
yang baru. Konsep kepemimpinan yang baru, kurang mementingkan posisi, namun akan lebih
mementingkan: kekuatan atau kekuasaan karena koneksi, hubungan, keahlian individu,
kualitas personal, aspirasi, dan memiliki kekuasaan personal. Pemimpin membutuhkan
perubahan mental dari model kepemimpinan dan sumber kekuasaan tradisional, ke arah
kepemimpinan yang lebih menerapkan fleksibilitas dan sensitivitas untuk dapat
memenuhi model kepemimpinan yang baru.8
Soft Power
Soft Power diartikan sebagai tipe dalam kekuatan nasional yang mengutamakan
diplomasi dalam melakukan Hubungan Internasional. Salah satu contoh dari soft
power adalah nilai budaya suatu negara. Misalnya, negara A memiliki kekuatan
nasional karena kekayaan budaya yang dimiliknya, kebudayaan ini dapat
8 Ibid2
9 http://yunia-damayanti-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-85171
Hard Power
Hard power adalah tipe kekuatan nasional berdasarkan kekuatan militer dan
ekonomi.Contoh yang termasuk ke dalam tipe kekuatan nasional hard power,
misalnya negara A memiliki kekuatan dalam aspek militer dan ekonomi. Dapat
dikatakan bahwa negara A merupakan negara yang mempunyai kekuatan nasional
untuk dapat mengendalikan negara lain dalam mempertahankan kepentingan
nasional kedua negara. Hard Power merupakan kekuatan yang dapat
dikategorikan bersifat ekspilisit dan terkadang dapat bermakna memaksa. Contoh
negara A memiliki kepentingan nasional dengan negara B, negara A memiliki
kekuatan militer yang kuat untuk memengaruhi negara B agar dapat terlaksana
kepentingan nasional di antara dua negara tersebut.
Kekuatan nasional memiliki sumber-sumber atau elemen-elemen, yaitu sumber
alamiah dan sumber non-alamiah. Sumber alamiah dapat dikategorikan menjadi
sumber geografis, populasi, dan sumber daya alam. Sumber alamiah geografis
seperti lokasi dan topografi suatu negara dapat mempengaruhi prospek bangsa
dari segi kekuatan nasionalnya. Sumber alamiah populasi suatu negara dalam
bentuk ukuran, maupun tren merupakan aspek penting di dalam kekuatan
nasional. Populasi yang besar adalah prasyarat utama, tetapi bukan jaminan
kekuatan nasional yang kuat. Sedangkan sumber alamiah yaitu sumber daya alam
yang besar merupakan hal yang vital bagi suatu negara untuk mengoperasikan
basis industri. Negara yang memiliki basis industri yang kuat dapat mempunyai
kekuatan nasional yang besar juga. (Jablonsky, 2010: 148-150).
Sumber kekuatan nasional non-alamiah, yaitu sumber ekonomi, militer,
politik, psikologi, dan informasi. Sumber ekonomi merupakan faktor penentu
kekuatan sosial suatu negara. Sumber kekuasan nasional dalam bentuk militer,
secara historis militer merupakan daya ukur suatu kekuatan nasional karena
apabila suatu negara misalnya kalah dari perang, negara akan otomatis menandai
penurunan kekuasaan negara tersebut, begitupun sebaliknya. Dari segi sumber
psikologi, yaitu merupakan elemen atas kehendak nasional yang mencerminkan
karakter nasional. Sumber informasi dalam kekuatan nasional diartikan sebagai
perkembangan-perkembangan teknologi komunikasi seperti mesin faks, satelit
televisi, dan lain-lain (Jablonsky, 2010: 151-155).
Kekuatan nasional juga dapat dikalkulasikan, dengan cara eksak. Di mana
dalam mengkalkulasikan kekuatan nasional ini mendapat pengaruh dari berbagai
elemen-elemen, seperti halnya alam, efektivitas angkatan bersenjata, dan ukuran.
Dalam mengkalkulasikan kekuatan nasional dapat digunakan rumus sebagai
berikut. Pp = (C + E + M) x (S + W), di mana Pp adalah perceived power
(kekuatan yang dirasakan), C adalah critical mass (populasi dan territorial), E
adalah economic capability (kemampuan ekonomi), M adalah military capability
10 ibid
Kesimpulan
Pengetahuan mengenai kekuasaan, sangat penting bagi setiap orang, terlebih lagi bagi
para manajer atau pemimpin suatu organisasi. Dengan mengetahui sumber-sumber dan
jenis-jenis kekuasaan, seseorang atau pemimpin dapat meningkatkan ketergantungan
orang lain kepadanya, atau mengurangi ketergantungan dirinya kepada orang lain.
Dengan mengetahui cara atau taktik mempengaruhi orang lain, maka seseorang atau
pemimpin dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. Biasanya
orang akan lebih dapat menerima dan patuh pada orang yang mereka kagumi atau orang
yang pengetahuannya dihargai, bukan pada orang yang mengandalkan posisinya untuk
dapat mempengaruhi, maka penggunaan expert power dan/atau referent power secara
efektif, akan dapat meningkatkan motivasi, kinerja, komitmen, dan kepuasan orang
lain. Jadi sebaiknya setiap orang, terlebih lagi para manajer atau pemimpin suatu
organisasi, mengembangkan dan menggunakan expert power sebagai dasar untuk
meningkatkan kekuasaannya. Kekuatan nasional memiliki unsur yang cukup banyak
untuk mendukungnya. Kekuatan nasional dapat dikalkulasikan dengan menggabungkan
berbagai unsur-unsur nyata maupun unsur subjektif. Kekuatan nasional digunakan
sebagai alat agar suatu negara dapat mendapatkan apa yang telah menjadi tujuan di
dalam kepentingan nasionalnya. Kekuatan nasional juga menjadi acuan sebuah negara
apakah negara tersebut dapat bertahan atau tidak dalam mempertahankan kepentingan
nasionalnya. Tipe-tipe kekuatan nasional yang terbagi dalam soft power dan hard power
mengindikasikan bahwa hal tersebut merupakan hak masing-masing negara dalam
mengaplikasikan kekuatan nasional negaranya dengan cara soft power atau hard power.
Yang terpenting adalah masing-masing negara di dunia menginginkan yang terbaik bagi
kepentingan nasionalnya. Jadi orang atau para pemimpin yang bijaksana, sebaiknya
senantiasa menggunakan softpower dan menghindari hard power dalam mempengaruhi
orang lain.