Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.

bagian

tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari
tanpa minum air. Air juga merupakan zat yang paling parah akibat pencemaran.
Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan disebarkan melalui
air. Penyakit-penyakit tersebut merupakan akibat semakin tingginya kadar
pencemaran yang memasuki air.
Faktor-faktor biotik yang memungkinkan terdapat dalam air terdiri dari: bakteria,
fungi, mikroalgae, protozoa, virus serta sekumpulan hewan atau tumbuhan air lainnya
yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air mungkin
akan mendatangkan keuntungan tetapi juga akan mendatangkan kerugian.
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air
mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan
internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal
ini kualitas air bersih di Indonesia harusmemenuhi persyaratan yang tertuang di dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap
komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai.
Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang
menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan
sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah
tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari
tangki septik maupun air permukaan.
Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara fisika,
mikrobiologi, kimia dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air minum
secara mikrobiologi adalah total bakteri coliform dan Escherichia coli. Penentuan
kualitas air secara mikrobiologi dilakukan dengan Most Probable Number Test.
Uji kualitas air terdiri dari beberapa uji yakni uji penduga, uji penguat dan uji
pelengkap. Air sangat perlu untuk diuji sebelum dikonsumsi atau diminum karena air
dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Jika didalam 100 ml sampel air
didapatkan sel bakteri coliform memungkinkan terjadinya diare dan gangguan
pencernaan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas air dalam sampel air yang sudah disediakan dari laboratorium
mikrobiologi Fakultas farmasi Universitas Pancasila?
2. Apakah terdapat cemaran bakteri coliform dalam sampel air yang sudah
disediakan dari laboratorium mikrobiologi Fakultas farmasi Universitas Pancasila
dengan dilakukan uji penduga?

C. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui kualitas air dalam sampel air yang sudah disediakan dari
laboratorium mikrobiologi Fakultas farmasi Universitas Pancasila.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat cemaran bakteri coliform dalam sampel air
yang sudah disediakan dari laboratorium mikrobiologi Fakultas farmasi
Universitas Pancasila dengan dilakukan uji penduga.
D. Manfaat Praktikum
1. Kita dapat melakukan uji penduga terhadap sampel air yang diberikan.
2. Kita dapat mengetahui kualitas suatu air pada sampel walau masih dalam lingkup
kecil.
3. Kita dapat mengetahui bahwa air sebagai kebutuhan bagi makhluk hidup penting
diuji kualitasnya.
4. Dapat menambah wawasan agar kita selalu memperhatikan dan menjaga
kebersihan lingkungan sekitar kita untuk meminimalisir tercemarnya air.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mikrobiologi Air
Mikroorganisme dalam air sangatlah berbeda. Jumlah dan tipe bakteri yang ada bergantung
kepada jumlah bahan organik yang ada di dalam air, adanya zat racun, kadar garam air, dan
faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan udara. Mikroorganisme heterotrofik ada di dasar
sungai dan danau dimana zat organik mendominasi sedangkan air yang terbuka atau berada di
permukaan akan memiliki bakteri autrotrof dengan banyak tipe. Dengan adanya bakteri di
dalam air, penyakit seperti kolera dapat menjadi penyakit yang sering menyerang saat
kualitas air tidak diperhatikan atau ditangani.
Sebenarnya, air dengan bakteri aman untuk diminum tergantung dari jenis mikroba apa yang
terdapat di dalamnya. Air dari mata air dan danau yang mengandung banyak bakteri autotrof
dan heterotrof dapat diminum selama tidak patogen terhadap manusia. Meski begitu
perhatian masih mengarah kepada mikroba yang patogen. Contohnya yang menyerang usus
seperti penyebab disentri dan kolera. Penularan yang diakibatkan oleh sisa-sisa metabolisme
manusia menjadi faktor lain penyebaran mikroba patogen sehingga pemeriksaan kualitas air
yang konstan diperlukan untuk menjaga kemurnian air agar aman dikonsumsi.
Mikroorganisme dalam air dapat diketahui keberadaannya melalui bakteri-bakteri yang
menjadi indicator keberadaannya. Indikator yang umum diketahui adalah Escherichia coli
yang diklasifikasikan sebagai bakteri Coliform. Bakteri coliform merupakan bakteri aerob
dan anaerob fakultatif, Gram negative, tidak membentuk spora, dan memiliki kemampuan
untuk memfermentasi laktosa dengan tanda gas dan asam pada suhu 35 C selama 24-48 jam.
Coliform dapat ditemukan dalam saluran pencernaan makhluk hidup atau secara alami pada
lingkungan. Adanya bakteri jenis ini di dalam air memperbesar kemungkinan adanya bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam kondisi normal, jumlah coliform juga normal dan
masih dapat diukur. Namun apabila jumlahnya berlebih, dapat dikatakan bahwa air tersebut
tercemar dan dapat melebihi jumlah bakteri patogen lainnya. Karena sifat bertambah banyak
ini, coliform dijadikan indicator pencemaran air. Ada dua grup bakteri coliform yaitu
coliform fekal yang diisi oleh Escherischia coli dan bakteri Enterobacter aerogenes yang
masuk dalam bakteri coliform non fekal.
Air yang digunakan dalam keperluan farmasi tidak boleh mengandung mikroba dan air yang
digunakan untuk sediaan parenteral harus bebas dari pirogen. Air untuk keperluan farmasi
dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
1. Potable water/drinking water (air minum)
Air ini adalah air yang dapat dikonsumsi secara aman oleh manusia. Umumnya
berasal dari sungai, sumur, mata air, danau, atau laut.
2. Purified water
Air murni diperoleh dari air minum yang telah melalui proses ultrafiltrasi, deionisasi,
ataupun reverse osmosis. Air ini harus memenuhi ketentuan dalam Farmakope
terhadap kandungan kimia air dan terlindung dari segala aktivitas mikroba.
3

3. High purified water (HPW)


Hampir sama dengan purified water. Hanya saja air jenis ini harus memenuhi kriteria
air untuk injeksi termasuk dalam jumlah endotoksin. Air ini diproduksi dari air minum
biasa yang melalui proses kombinasi dari ultrafiltrasi, deionisasi, dan reverse osmosis.
4. Water for injection (WFI)
Air ini digunakan untuk sediaan parenteral dan bukan merupakan produk steril atau
produk jadi melainkan produk antara yang diperoleh dari air minum yang diolah
dengan sistem destilasi.
Ketentuan kemurnian air dari berbagai standar adalah sebagai berikut,

Tahun 2002, Departemen Kesehatan RI menetapkan kriteria kualitas air secara


mikrobiologis melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 dan
diperbaiki melalui Peraturan Menteri Kesehatan 492/Menkes/Per/IV/2010. Dalam
peraturan tersebut dituliskan bahwa air minum tidak diperkenankan mengandung
bakteri coliform dan Escherischia coli.
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553-2006 menyatakan bahwa air minum
kemasan tidak boleh mengandung bakteri pathogen yaitu Pesudomonas aeruginosa,
dan Salmonella. Selain itu cemaran mikrobanya tidak boleh lebih besar dari 100
koloni/ml.
USP 28 untuk Purified Water (PW) memiliki persyaratan mikrobiologi air adalah 100
CFU/ml dan untuk Water for Injection (WFI) sebesar 10 CFU/ml serta batas cemaran
endotoxin 0,25 EU/ml.

Untuk menjamin kemurnian air yang ada di dalam kehidupan sehari-hari maupun yang
dipakai untuk keperluan farmasi, dapat dilakukan serangkai tes terhadap sampel. Ada tiga
tahap uji yang dapat dilakukan yaitu Uji Penduga (Presumptive Test), Uji Penguat
(Confirmed Test), Uji Lengkap (Complete Test), Uji pewarnaan Gram untuk mengetahui
morfologi sel, dan Uji IMViC.
a. Uji Penduga (Presumptive Test)

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi mikroba yang dapat menghasilkan hasil
fermentasi laktosa yaitu asam dan gas. Mikroba dengan ciri seperti itu diduga sebagai
salah satu jenis bakteri coliform. Mikroba coliform mampu menggunakan laktosa
sebagai sumber karbon sehingga terjadilah proses fermentasi yang menghasilkan
asam maupun gas. Asam dapat dilihat dari kekeruhan media penanaman sedangkan
gas dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Hasil tes penduga
dinyatakan positif apabila terjadi kekeruhan dalam media dan adanya gas sebanyak
10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya jumlah bakteri
dapat diketahui dengan menghitung tabung yang reaksinya positif (terdapat asam dan
gas) lalu dibandingkan dengan tabel MPN.

b. Uji Penguat (Confirmed Test)

Setelah uji penduga menampakan reaksi positif, dapat dilakukanlah uji penguat yang
bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai mikroba yang terdapat di dalam
sampel. Uji penguat dilakukan dengan mengkulturkan hasil positif dari uji penduga ke
media lain yaitu Brilliant Green Lactose Bile (BGLB) broth sebagai media diferensial
dan selektif. Bakteri Gram positif selain coliform dapat dihambat pertumbuhannya
jika berada di dalam BGLB karena BGLB mengandung asam empedu. Selain itu
dapat digunakan juga Levine EMB atau Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). EMBA
mengandung indikator metilen blue yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif. Hasil positif apabila ada warna hitam dan hijau kilat metalik dari lingkungan
asam yang membuat indikator membentuk senyawa kompleks, lalu dipresipitasikan
ke luar sel kelompok coliform dan merupakan karakteristik khas dari E.coli.
Kelompok lainnya bisa dilihat dari warna koloni merah muda atau merah muda
dengan lendir. Jumlah cawan EMBA yang menunjukan adanya pertumbuhan coliform
jenis apapun dihitung, dan dibandingkan dengan tabel MPN.
c. Uji Lengkap (Complete Test)

Pengujian ini merupakan uji untuk menentukan golongan bakteri coliform dengan
cara menginokulasikan koloni positif hasil dari uji penguat dalam media Nutrient
Agar miring untuk melihat asam dan Lactosa Broth untuk memeriksa gas. Inkubasi
pada suhu 37 C selama 24 jam. Bila ternyata terdapat gas dan asam maka sampel air
tersebut positif mengandung E.coli. Untuk menentukan golongannya, maka
inkubasinya dibagi menjadi dua bagian. Satu pada suhu 37 C dan yang satunya pada
suhu 42 C. Karakteristik coliform non fekal yang tidak dapat tumbuh baik pada suhu
42 C membuat bakteri coliform fekal dapat dikenali. Untuk melihat secara jelas
bakteri yang ada beserta sifat-sifatnya, kultur yang sudah diinokulasikan dapat dipakai
untuk uji pewarnaan Gram atau uji IMViC.
d. Uji IMViC
IMViC merupakan singkatan dari Indol, Metil merah, Voges-Proskauer, dan C untuk
Citrate utilization atau uji penggunaan sitrat.
1. Uji Indol
Indol merupakan senyawa yang diproduksi dari Tryptone. Dengan
menginokulasikan kultur ke dalam media Tryptone broth dan dinkubasi pada 35
C selama 24 2 jam serta penambahan reager Kovacs, maka akan terlihat
karakteristik dari mikroba. Apabila terbentuk cincin merah pada bagian atas
tabung, maka bakteri dapat menghasilkan indol positif. Sedangkan apabila
terbentuk cincin kuning maka bakteri tersebut menghasilkan indol negatif. E.coli
dapat memproduksi indol sehingga hasilnya positif. Bacillus subtilis dapat
digunakan sebagai control negatif untuk mempermudah perbandingan hasil tes.

2. Uji Methyl Red

Produksi asam dari glukosa dengan Methyl Red sebagai indikator penurunan pH
dapat membedakan bakteri yang terdapat di dalam sampel air. Kultur dugaan
diinokulasikan dalam MR-VP Broth dan diinkubasi selama 48 2 jam pada suhu
35 C. Setelah itu 5 tetes metal merah ditambahkan ke dalam tabung. E.coli
memberikan hasil yang positif.
3. Uji Voges-Proskauer
Uji ini dapat mengklasifikasi bakteri yang mampu memproduksi acetylmethylcarbinol atau tidak. Senyawa ini dikenali dengan penambahan potassium
hidroksida sebagai pembentuk diasetil. Diasetil akan beraksi dengan pepton
sehingga terbentuk warna merah. Kultur diinokulasikan dalam MR-VP broth dan
diinkubasi selama 48 2 ja. Setelah 24 pindahkan 1 ml ke tabung kosong dan
tambahkan 0,6 ml larutan -naphtol dan 0,2 ml KOH 40% serta tambahkan juga
kristal creatine. Kocok dan biarkan selama 2 jam. Uji dinyatakan positif apabila
warna berubah menjadi merah. E.coli dinyatakan ada jika tidak ada perubahan
warna atau hasilnya negatif. Enterobacter dapat digunakan sebagai kontrol positif
dan E.coli sebagai control negatif.
4. Uji Penggunaan Sitrat
Bakteri yang mampu menggunakan sitrat sebagai sumber nutrisi akan terlihat
dalam uji ini. E.coli seharusnya tidak menunjukkan perubahan warna pada uji ini.
Klebsiela pneumonia dapat digunakan sebagai kontrol positif dan E.coli sebagai
kontrol negatif. Uji dapat dilakukan dengan menginokulasikan kultur dugaan ke
media Simmon Citrate (SC). Kultur lalu diinkubasikan selama 96 2 jam pada
suhu 35 C. Reaksi positif apabila ada perubahan warna menjadi biru.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
6

A. Uji penduga (presumptive test)


1. Siapkan media Lactosa Broth dengan indikator merah fenol atau ungu bromkresil,
atur pH 7-7,2. Masukkan media ini ke dalam 10 tabung reaksi masing-masing 5
mL bersama tabung Durham yang terbalik. Catatan : tabung Durham harus berisi
media dan tidak boleh ada gelembung udara dalam tabung Durham. Tutup rapat
semua tabung dengan kapas dan sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 0C,
tekanan 1 atm selama 15 menit.
2. Masukkan volume sampel masing-masing 10 mL ke dalam 3 tabung kelompok I.
3. Masukkan volume sampel masing-masing 1 mL ke dalam 3 tabung kelompok II.
4. Masukkan volume sampel masing-masing0,1 mL ke dalam 3 tabung kelompok
III.
5. Masukkan 1 mL air steril ke dalam satu tabung sebagai kontrol sterilitas.
6. Dapat juga menggunakan 1 mL kultur E. coli atau 1 mL kultur S. aureus ke dalam
2 buah tabung sisa diatas sebagai kontrol positif dan kontrol negatif.
7. Inkubasi semua tabung pada suhu 35-37 0,50C selama 242jam. Amati
terbentuknya asam dan gas pada tabung Durham. Adanya asam dan gas
disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri coliform, asam dilihat dari
perubahan warna ungu menjadi kuning dan gas dapat dilihat dalam tabung
Durham berupa gelembung udara. Inkubasi lagi (24 jam sisanya) pada tabung
yang tidak terbentuk gas. Banyaknya kandungan bakteri coliform dpat dilihat
dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif dan lihat Tabel MPN.
8. Setelah inkubasi hasilnya positif dilanjutkan dengan uji penegasan (confirmed
test).
B. Uji penegasan (confirmed test)
1. Siapkan 12 tabung yang telah berisi masing-masing 10 mL Brilliant Green
Lactose Bile (BGLB) Broth dengan tabung Durham didalamnya (dibagi menjadi 3
kelompok masing-masing 3 buah tabung dan 3 buah tabung sebagai kontrol
sterilitas, kontrol positif dan kontrol negatif).
2. Masukkan satu ose inokulum dari tiap-tiap tabung hasil uji presumptive test yang
menghasilkan uji positif ke dalam tiap-tip tabung media BGLB.
3. Masukkan masing-masing 1 mL air steril atau 1 mL kultur E. coli atau 1 mL kultur
S. aureuske dalam 3 buah tabung sisa yang telah berisi BGLB sebagai
kontrolsterilitas, kontrol positif dan kontrol negatif.
4. Inkubasi semua tabung pada suhu 35-37 0,50C selama 483jam. Amati
terbentuknya gas pada tabung Durham dalam waktu 24-48 jam lalu catat hasilnya.
Inkubasi lagi (24 jam sisanya) pada tabung yang tidak terbentuk gas (negatif).
5. Interpretasi hasil positif jika media keruh dan terbentuk gas (harus kedua-duanya).
Interpretasi hasil negatif jika tidak terdapat pertumbuhan dan tidak terbentuk gas.
6. Hitung kisaran konsentrasi Coliform (MPN/mL) dengan menghitung tabung positif
kemudian cocokkan dengan tabel MPN berasarkan dari perhitungan uji dugaan.
Perkiraan konsentrasi yang didapat adalah penegasan adanya Coliform.
7. Untuk meyakinkan adanya Escherichia coli, goreskan 1 ose dari kultur tabung
positif (mengandung gas) dari media BGLB ke dalam cawan yang berisi media
Endo Agar atau Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Inkubasi kultur dalam
cawan tersebut pada (inverted Petri dishes)suhu 35-37 0,50C selama 242jam.

8. Interpretasikan sebagai E. coli dalam media EMBA jika memiliki ciri-ciri koloni
datar, baerwarna hitam atau bintik biru kehijauan di tengah koloni dengan atau
tanpa warna kilat logam (metallic sheen).
C. Uji lengkap (completed test)
1. Inokulasikan satu atau lebih koloni yang tumbuh dalam setiap cawan ke dalam
media Lactose Broth (dengan tabung Durham didalamnya) dan koloni tersebut
juga goreskan ke dalam Nutrient Agar atau Tryptone Soy Agar miring.
2. Inkubasi kultur dari cawan dan agar miring tersebut di atas pada suhu 35-37
0,50C selama 242jam atau 483jam.
3. Intepretasikan hasil dikatakan positif jika media keruh dn terbentuk gas (harus
kedua-duanya) baik pada inkubasi 24 jam atau 48 jam pada media Lactose Broth
dan merupakan Gram negatif, tidak membentuk spora, bentuk sel bulat
memanjang (rod shape) setelah dilakukan pengecatan Gram. Namun jika setelah
inkubasi 48 jam, gas baru diproduksi dn setelah dilakukan pengecatan Gram
hasilnya Gram positif tetapi tidak berspora, maka hasil ini merupakan hasil positif
keberadaan kelompok Coliform dalam uji completed test.
4. Untuk mempertegas hasil, lakukan uji IMVIC.
D. Uji pewarnaan Gram dan morfologi sel
1. Buat preparat ulas (smear) yng telah difiksasi dari tabung Nutrient Agar atau
Tryptone Soy Agar yang diduga E. coli.
2. Teteskan kristal violet sebagai pewarna utama, usahakan semua ulasan terwarnai
dan tunggu selama 1 menit, kemudian cuci dengan air mengalir.
3. Teteskan mordant(lugols iodine) lalu tunggu 1menit, kemudian cuci dengan air
mengalir.
4. Beri larutan pemucat (eanol 96%) setetes demi setetes hingga etanol yang jatuh
berwarna jernih. Jangan sampai terlalu banyak (overdecolorized), kemudian cuci
dengan air mengalir.
5. Teteskan counterstain (safranin) dan tunggu selama 45 detik, kemudian cuci
dengan air mengalir.
6. Keringkan preparat dengan kertas tissue yang ditempelkan di sisi belakang ulasan
(jangan sampai merusak ulasan) lalu biarkan mengering di udara.
7. Interpretasikan sebagai Gram negatif berwarna merah dan sebagai Gram positif
berwarna ungu. Jika kultur dugaan tersebut E. coli maka seharusnya menunjukkan
sifat Gram negatif dan sel berbentuk batang pendek. Gunakan kultur Bacillus
subtilis sebagai kontrol Gram positif dan kultur E. coli sebagai kontrol Gram
negatif.
8. Jika kultur dugaan tersebut sifat Gram negatif dan berbentuk batang, maka
diinokulasikan kembali ke media Lactose Broth untuk mengkonfirmasi ulang
terbentuknya gas. Kemudian semua kultur dugaan kedua jenis diatas dilakukan uji
IMVIC.
E. Uji IMVIC (produksi indol, uji Methyl Red, uji Voges-Proskauer, uji
penggunaan sitrat)
1. Uji produksi indol; uji ini akan membedakan bakteri yang mampu atau tidak
mampu memproduksi indol dari Tryptone.
8

a. Inokulasikan kultur dugaan dari hasil ke dalam media Tryptone Broth lalu
inkubasi pada suhu 350C selama 242jam.
b. Tambahkan 0,2-0,3 mL reagen Kovacs. jika terbentuk cincin merah pada
bagian atas tabung maka bakteri dapat memproduksi indol (indol positif) dan
bila terbentuk cincin kuning maka disimpulkan sebagai indol negatif. Jika
kultur dugaan tersebut E. coli maka seharusnya menunjukkan hasil positif dan
sel berbentuk batang pendek.Gunakan kultur Bacillus subtilis sebagai kontrol
negatif dan kultur E. coli sebagai positif.
2. Uji Methyl Red. Uji ini akan membedakan bakteri yang mampu memproduksi

asam dari glukosa dan Methyl Red sebagai indikator penurunan pH (pH < 4,4 =
merah; pH 5-5,8 = oranye; pH > 6 = kuning).
a. Inokulasikan kultur dugaan tersebut di atas ke MR-VP Broth lalu inkubasi
pada suhu 350C selama 482jam.
b. Tambahkan 5 tetes larutan Methyl Redke dalam tabung. Jika kultur dugaan
tersebut E. coli maka seharusnya menunjukkan hasil positif. Gunakan kultur
Enterobacter spp. sebagai kontrol negatif dan kultur E. coli sebagai kontrol
positif.
3. Uji Voges-Proskauer. Uji ini

dapat membedakan bakteri yang mampu


memproduksiacethylmethyl-carbinol atau tidak. Senyawa tersebut dideteksi
dengan penambahan potassium hydroxide yang akan membentuk diacethyl yang
bereaksi dengan peptone menghasilkan warna merah.
a. Inokulasikan kultur dugaan tersebut ke MR-VP Broth lalu inkubasi pada suhu
350C selama 482jam.
b. Setelah watu 24 jam pindahkan 1 mL kedalam tabung kosong lalu tambahkan
0,6 mL larutan -naphthol dan 0,2 mL 40% KOH.
c. Tambahkan beberapa kristal creatine. Kocok kemudian biarkan selama 2 jam.
Uji VP dinyatakan positif bila warna berubah menjadi merah. Jika kultur
dugaan tersebut E. coli maka seharusnya menunjukkan hasil tidak ada
perubahan warna (negatif). Gunakan kultur Enterobacter spp. sebagai kontrol
negatif dan kultur E. coli sebagai kontrol positif.

4. Uji penggunaan sitrat. Uji ini membedakan bakteri yang mampu menggunakan

citrate sebagai sumber nutrisinya.


Inokulasikan kultur dugaan tersebut media Simmon Citrate (SC) lalu inkubasi
pada suhu 350C selama 962jam. Reaksi positif jika terdapat pertumbuhan media
yang berwarna hijau berubah menjdi biru, reaksi negatif jika tidak ad
pertumbuhan dan media tetap hijau. Jika kultur dugaan tersebut E. coli maka
seharusnya menunjukkan hasil tidak ada perubahan warna (negatif). Gunakan
kultur Klebsiella pneumoniaesebagai kontrol positif dan kultur E. coli sebagai
kontrol negatif.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
9

Tabel Uji Penduga


Kelompok tabung

Hasil

Keterangan

Hasil

10 ml

Tidak ada gelembung


udara dalam tabung
durham

1 ml

Tidak ada gelembung


udara dalam tabung
durham

0,1 ml

Tidak ada gelembung


udara dalam tabung
durham

3 Mpn/ml

Kontrol
Positif (Escherichia
colli)

Hasil

Keterangan
Terdapat gelembung udara dalam
tabung durham
10

Negatif
(Staphylococcus
aureus)

Tidak terdapat gelembung udara dalam


tabung durham

Pembahasan
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas air saat praktikum menggunakan
koloform sebagai indikator. Kelompok koliform mencakup bakteri yang aerobic dan
anaerobic fakultatif, berbentuk batang atau basil, gram negative dan tidak membentuk spora.
Koliform memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan gas CO2 dalam waktu
inkubasi selama 48 jam dan diletakkan pada suhu 37C (Hadieotomo 1993).
Uji yang dilakukan pada metode ini ialah uji penduga, uji penguat dan uji pelengkap. Uji
penduga dilakukan dengan menginkubasi air sampel yang telah dimasuukan ke dalam tabung
reaksi yang berisi media lactose broth dan tabung Durham, hasil yang diperoleh yakni pada
tabung berlabel D6 pada kelompok tabung 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml tidak terbentuk gelembung
dalam tabung durham yang mengindikasikan tidak adanya kolifrom pada air sampel dengan
indeks MPN 3MPN/ ml.
Pada pegamatan uji pendugaan diketahui semua tabung negativ karena tidak terdapat gas
dalam tabung durham, karna sampel hasil negative maka tidak dilakukan uji penguat.

BAB V
KESIMPULAN

11

1. Kualitas air (sampel air) yang telah disediakan dari laboratorium mikrobiologi
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila merupakan sampel yang dapat dikatakan baik
dan dapat dikonsumsi dengan aman karena dengan uji penduga tidak ditemukan
adanya gelembung gas ataupun asam.
2. Tidak terdapat cemaran bakteri coliform dalam sampel air yang sudah disediakan dari
laboratorium mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan dilakukan
uji penduga karena tidak ditemukannya gelembung gas dan tidak terjadi perubahan
warna yang menunjukan adanya asam yang merupakan hasil fermentasi laktosa yang
dilakukan oleh bakteri coliform. Angka Paling Mungkin adanya bakteri dalam sampel
adalah 3 MPN/ mL yang berarti mungkin ada bakteri dengan jumlah 3 pada setiap mL
sampel.

12

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_1no_3/129-133.pdf. Kualitas Air Minum Yang


Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang
Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi. Rido Wandrivel, Netty Suharti, Yuniar Lestari.
http://www.unhas.ac.id/hasbi/TOT-Atm-eSpr/eSpring%20TTT/background/Air%203.pdf.
Analisis Kualitatif Bakteri . Ni Luh Putu Manik Widiyanti dan Ni Putu Ristiati.
Benson. 2001. Microbiological Applications : Laboratory Manual in General Microbiology.
The McGrawHill Companies.
Kar, Autosh. Pharmaceutical Microbiology. New Delhi : NEW AGE INTERNATIONAL
LIMITED PUBLISHERS.
Goldman, Emanuel & Lorrence H. Green (editor). Practical Handbook of Microbiology.
CRC Press, Taylor & Francis Group.

13

LAMPIRAN
Pendahuluan

Eldwin Suwandy

Tinjauan Pustaka

Jennifer Virginia

Metodologi Penelitian

Jackleen Stephanie

Hasil dan Pembahasan

Intan Pratidia Alistin

Kesimpulan

Jackleen Stephanie

Daftar Pustaka

Eldwin Suwandy, Jennifer Virginia

Lampiran

Jennifer Virginia

14

Anda mungkin juga menyukai