Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2. Perusahaan dengan lebih dari 500 pemodal dan mempunyai asset $10 juta atau
lebih
3. Perusahaan dengan lebih dari 300 pemodal, dan memenuhi syarat lain seperti
penerbitan surat-surat utang jangka panjang seperti obligasi.
4. Para pendaftar sukarela, mereka tidak wajib secara hukum,, tetapi menerapkan
Sox secara sukarela.
5. Perusahaan yang registerasinya masih pending. misal perusahaan yang melakukan
IPO untuk saham atau surat utang.
Dampak Sox Terhadap Profesi Akuntansi
Menurut Sox salah satu penyebab terjadinya kekacauan / fraud terhadap laporan
keuangan adalah kondisi hiruk-pikuknya jasa yang diberikan kantor akuntan publik,
atau dikenal dengan multi-disciplinary practice. Untuk menghindari conflict of
interest dalam kode etik akuntan; independent in appearance, sehingga dalam Sox
section 201 membatasi jasa-jasa non-audit. jasa-jasa berikut apabila diberikan
bersamaan dengan jasa audit akan bertentangan dengan hukum (unlawful):
Pembukuan, atau jasa lain berkaitan dengan jasa pencataran akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan dari klien yang diaudit.
Desain dan implementasi dari system informasi keuangan.
Jasa appraisal atau valuation service, pendapat mengenai kewajaran (fairness
opinions), atau laporan mengenai sumbangan dalam bentuk jasa (contribution-in-kind
reports)
Jasa aktuarial.
Jasa-jasa audit internal (internal audit outsourcing services)
dll
Selain itu, agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat kehilangan
objektivitasnya, Sox juga mengatur rotasi atau pertukaran auditor. hal ini diatur
dalam Sox section 203, menetapkan rotasi dari lead audit partner dan concurring
audit partner setiap 5 (lima) tahun.
(Theodorus M. Tuanakotta, Setengah Abad Profesi Akuntansi: 265- 271)
Seperti telah diungkapkan dan diberikan contoh diatas, dampak Sox ini dirasakan
secara global, karena perusahaan Publik Amerika Serikat berdomisili di banyak
penjuru dunia. Termasuk perusahaan Indonesia yang mencatatkan diri di pasar modal
Amerika; PT Telkom Tbk juga harus mentaati Sox. Di bawah ini akan dijabarkan
substansi yang terkandung dalam Sox section 302 dan Sox secton 404, sebagai berikut:
Sox section 302 (disclosure controls and procedures)
Bostelman (2005:12-14) dan Telkom Presentation to HCGA (2007:5) menyatakan bahwa
Sarbanes Oxley Act section 302 berisi kewajiban:
a. Sertifikasi terhadap laporan keuangan triwulanan oleh CEO dan CFO.
b. CEO dan CFO melakukan sertifikasi kelengkapan dan keakuratan laporan yang
diserahkan kepada US SEC.
c. CEO dan CFO melakukan sertifikasi terhadap efektivitas internal control menurut
bostelman (2005:14),
disclosure controls and procedures is defined under SEC rules as controls and other
procedures of public company that are designed to ensure that both non-financial and
financial information required to be disclosed by the company in its periodic reports is
recorded, processed, summarized, and reported in a timely fashion.
Berdasarkan definisi dari SEC, cakupan disclosure controls and procedures tidak
terbatas pada pengendalian internal atas pelaporan keuangan, tetapi juga
pengendalian untuk memberikan keyakinan atas kepatuhan (compliance) terhadap
persyaratan SEC. definisi dengan maksud yang sama juga dinyatakan oleh PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk secara terperinci. Menurut definisi yang dinyatakan
oleh PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk pada keputusan direksi no: kd 76/pw000/proiic/2006 tanggal 22 desember 2006, disclosure controls and procedures
(pengendalian dan prosedur pengungkapan)
adalah pengendalian dan prosedur yang dirancang dan dijalankan untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa semua informasi keuangan dan non-keuangan yang
wajib diungkapkan dalam laporan perusahaan yang disampaikan atau diserahkan ke
otoritas pasar modal (stock exchange) telah dikumpulkan, diperiksa, dicatat,
diproses, diikhtisarkan dan disampaikan secara tepat waktu, akurat dan dapat
diandalkan sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan di dalam peraturan
otoritas pasar modal.
Sox section 404 (internal control attest)
Bostelman (2005:15-16) dan Telkom Presentation to HCGA (2007:5) menyatakan bahwa
Sarbanes Oxley Act section 404 berisi:
a. Tanggung jawab manajemen terhadap internal controls over financial reporting
(icofr)
b. Atestasi manajemen terhadap efektifitas internal control over financial reporting
(icofr) berdasarkan pengujian yang dilakukan
c. Auditor harus melakukan atestasi dan melaporkan evaluasi atas laporan manajemen
menurut Bostelman (2005:31),
Internal control over financial reporting is a process designed to provide reasonable
assurance regarding the reliability of financial reporting and the preparation of
financial statements for external purposes in accordance with generally accepted
accounting principles.
Bostelman (2005:15) menyatakan bahwa proses pengendalian internal atas pelaporan
keuangan (internal controls over financial reporting) harus mencakup tiga elemen,
yaitu:
a. Pemeliharaan dokumentasi yang akurat, wajar, dan dalam rincian yang memadai
yang
mencerminkan transaksi dan disposisi asset.
b. Keyakinan yang memadai atas pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi
secara umum
c. Keyakinan yang memadai terhadap tindakan prevention atau detection pada hak
akuisisi, penggunaan, atau disposisi asset perusahaan Telkom Presentation to HCGA
(2007:16) Internal Control perusahaan dilaksanakan pada beberapa level kontrol,
yaitu:
a. Entity level control
Soft control, pengendalian yang dilakukan oleh top manajemen, seperti: komitmen
Regulasi Bapepam yang mengatur mengenai sertifikasi laporan keuangan oleh direksi
adalah peraturan Bapepam No. VIII.g. 11, namun demikian ada dua peraturan lain
yang terkait dengan peraturan tersebut, yaitu peraturan No. IX.I.6 tentang direksi dan
komisaris perusahaan emiten dan peraturan No. IX.I.5 tentang komite audit.
Ketiga peraturan ini saling berhubungan, dimana peraturan IX.I.6 menerangkan
tanggung jawab direksi atas laporan keuangan secara rinci dan peraturan IX.I.5
menjelaskan tentang peran komite audit dalam melakukan penelaahan atas laporan
keuangan dan pengawasan atas internal control dalam perusahaan.
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan membahas 3 (tiga) permasalahan seperti yang telah
diindentifikasi pada bab I, berdasarkan hasil penelitian dari berbagai narasumber yang
melakukan penelitian terhadap 3 (tiga) hal diatas, sebagai berikut:
A. Bagaimana pengaruh kualitas komite audit dan auditor independent terhadap
kualitas pengungkapan kelemahan internal control?
Pengaruh kualitas komite audit
Menurut Krishnan,2005 ; Yan Zhang dkk,2006, menemukan bahwa terdapat hubungan
antara kelemahan internal control suatu perusahaan terhadap kualitas (pengalaman,
background, dll) komite audit.
Disini komite audit dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
Komite audit yang memang mempunyai pengalaman dan ahli di bidang financialakuntansi (accounting-financial expertise)
Komite audit yang tidak memiliki pengalaman dan keahlian di bidang financialakuntansi (non-accounting financial expertise).
Oleh Defond, 2005: secara specific komite audit accounting-financial expertise,
dikelompokkan lagi menjadi 2 (dua) yaitu:
Accounting-financial expertise, yang pernah bekerja sebagai akuntan public, auditor,
principal or Cief Financial Officer, Controller, atau principal/ Chief Accounting Officer.
Non-accounting financial expert, yang pernah menjadi CEO, President, atau Chairman
of Board in profit corporation, berpengalaman sebagai managing director, principal in
venture financing, investment banking.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa untuk kelompok accounting-financial expertise
(terutama kelompok 1 (satu) oleh Defond; yang pernah menjadi auditor, controller,
dst), mereka memiliki kemampuan mendeteksi material misstatement, jika
dibandingkan dengan non-accounting financial expertise.
Pengaruh Auditor Independent
Menurut Doyle,2006; mencatat bahwa problem kelemahan internal-control antara
perusahaan kecil maupun yang keuntungannya rendah, adalah tidak ada bedanya jika
Hal ini dimungkinkan karena investor secara agregat (umum) telah faham bahwa
perusahaan sudah merevisi nilai dari laporan keuangan. Pengungkapan kelemahan
yang material ini justru mendorong investor (pemegang saham) lebih memberikan
perhatian terhadap biaya yang akan dikeluarkan demi perbaikan sistem yang perlu
dibenahi. Lagipula kemungkinan masih terdapat kelemahan material yang belum
diungkap sangat kecil, karena masih ada auditor yang akan memberikan laporan dan
berhak untuk menolak memberikan pendapat terhadap internal control perusahaan
apabila terdapat kelemahan material, sesuai dengan Sox section 404.
Dari beberapa penelitian lain disebutkan bahwa, meskipun pada saat setelah
pengungkapan kelemahan internal control secara material, harga saham bisa
mengalami penurunan, namun hal itu hanya terjadi sementara dan dalam interval
waktu yang pendek..
Berdasakan hal tersebut diatas, secara umum dengan adanya pengungkapan informasi
tentang kelemahan internal control secara periodik, maka dapat digunakan oleh
investor untuk merevisi rata-rata ekspektasi terhadap nilai perusahaan. Dari sisi
perusahaan, perusahaan akan lebih hati-hati dan selalu melakukan perbaikan secara
berkelanjutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identfikasi masalah yang ada, maka dapat
kita buat beberapa kesimpulan mengenai penerapan Sox section 302 dan Sox section
404:
1. Kualitas pengungkapan kelemahan internal control, dalam rangka penerapan Sox
section 302 sangat tergantung pada komposisi anggota dari komite audit. komite audit
yang mempunyai pengalaman keuangan dan akuntansi (financial-accountant
expertise), terlebih lagi yang berpengalaman sebagai auditor, kap, financial cotroller,
dan sejenisnya, akan mampu mendeteksi kelemahan sistem internal control, serta
salah saji laporan keuangan.
peran akuntan independent juga sangat berpengaruh dalam memberikan review,
attest, serta memberikan pendapat dalam laporan auditnya terhadap sistem internal
control perusahaan sebagaimana diatur dalam Sox 404.
2. Dengan adanya Sox section 302 dan Sox section 404, dapat menigkatkan kualitas
laporan keuangan pada khususnya, dan internal control serta performa perusahaan
secara umum. manajemen perusahaan akan lebih hati-hati dalam melakukan
dokumentasi, pencatatan dan pelaporan keuangan. perusahaan juga akan dapat
melakukan perbaikan secara berkelanjutan, paling tidak setiap 3 (tiga) bulan sekali
(kuartal report) oleh komite audit, dan paling tidak 1 (satu) tahun sekali akan diattesst melalui annual audit dari kap.
penomena yang menarik adalah aturan ini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang
diwajibkan (perusahaan public) untuk menerapkan aturan Sox, namun banyak juga
dilakukan dengan sukarela oleh perusahaan non-publik yang secara hukum tidak
diwajibkan.
3. Meskipun biaya untuk melaksanakan aturan Sox section 302 dan Sox section 404 ini
sangat besar, namun secara umum hampir semua investor sangat mendukung
No comments:
Post a Comment
Links to this post
Create a Link
Home
Powered by Blogger.